Rabu, 24 Desember 2014

Gereja Ayam, Saksi Sejarah yang Dilupakan Pemerintah




 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Pniel memiliki sejumlah benda bernilai sejarah tinggi. Satu di antaranya adalah Alkitab tua yang tebalnya lebih dari 20 sentimeter dan diperkirakan berumur satu abad. Alkitab bersampul kayu ini konon hanya ada dua di dunia dan didatangkan dari Belanda. Belum lagi bejana baptis yang terbuat dari perak bermotif. Sayang, gereja di kawasan Pasarbaru, Jakarta Pusat, belum mendapat perhatian pemerintah.

Menurut pengurus gereja James Manahampi, selain kitab tua, gereja ini juga memiliki jam antik yang menggerakkan lonceng untuk memulai ibadah di gereja. Untuk dapat melihat jam tua harus menaiki tangga terjal setinggi lebih dari 10 meter. Jam yang digerakkan secara manual ini telah rusak sejak 25 tahun silam. Hingga kini, jam bersejarah itu belum diperbaiki karena biaya perbaikan yang cukup besar dan harus dikirim ke Belanda. Gereja juga mempunyai kaca jendela yang khusus didatangkan dari Belanda dan masih dipertahankan hingga kini.

Satu lagi yang unik di gereja ini adalah simbol berupa ayam atau hunces kereg. Pembuatan simbol ini diilhami oleh salah satu ayat dalam Injil yang mengisahkan penyangkalan Yesus sebagai Tuhan oleh muridnya, Petrus, sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok. Simbol ini juga untuk mengingatkan umat Kristen untuk tak menyangkal Tuhan .

James menambahkan, semula, gereja Pniel hanya kapel yang dibangun sekitar akhir abad ke-19. Gereja ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan beribadah penghuni panti jompo yang dibangun pemerintah Belanda. Pada 1913, bangunan gereja diperluas dan selesai pada 1915. Hingga saat ini, renovasi maupun pemeliharaan gereja ditanggung sepenuhnya oleh umat dan donatur. Renovasi sederhana dilakukan setiap tahun agar umat lebih nyaman beribadah saat perayaan Paskah atau Natal.(http://news.liputan6.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar