Tidak diketahui dengan pasti mulai dari kapan orang
Dayak mengenal teknik fermentasi dan penyulingan baram ini, yang jelas
itu telah menjadi tradisi selama beratus-ratus tahun karena baram
digunakan dalam ritual sebagai sesaji untuk para roh leluhur. Perlu
bakat dan keterampilan khusus serta ketelatenan untuk menghasilkan baram
yang nikmat, karena pembuatannya melalui banyak proses peracikan
berbagai macam bahan dan penakaran yang pas. Resep dan keterampilan
membuat baram ini diwariskan secara turun temurun, kebanyakan dilakukan
oleh kaum perempuan.
Bahan dasar pembuatan baram antara lain nasi ketan,
enau, nila, serta ragi. Umumnya beras ditumbuk sampai halus lalu
dicampur dengan berbagai rempah-rempah, seperti kayu manis, lengkuas,
dan adas. Setelah itu dibuat menjadi adonan dengan dicampurkan air dan
kemudian dibentuk bulatan-bulatan sekepal tangan. Adonan yang akan
dibuat menjadi ragi ini kemudian dijemur hingga benar-benar kering.
Biasanya berlangsung beberapa hari, sampai seminggu.
Selanjutnya beras ketan dimasak dengan gula, lalu
dibubuhi ragi yang tadi telah dibuat sehingga menjadi tape. Bahan ini
akan disimpan dalam wadah tertutup selama beberapa hari, biasanya
sekitar seminggu.
4.bp.blogspot.com/_9Le4HEkblmQ/STQgasV7WYI/AAAAAAAAAMA/7L3DO-yXh4o/s320/PotongPantan&DrinkingBaram.jpg
Semakin lama disimpan, maka kadar alkohol baram akan
semakin tinggi dan memabukkan. Baram pada umumnya memiliki kadar alkohol
di atas 10% – 20%, hasil dipendam selama seminggu lebih, dan rasa baram
akan manis. Kadar alkohol baram dapat diukur dari bau dan
kejernihannya. Baram yang berbau keras artinya memiliki kadar alkohol
yang tinggi. Baram juga, semakin bening dan jernih, maka semakin
tinggilah kadar alkoholnya, bisa mencapai 80% jika dipendam selama
berbulan-bulan hingga setahun. Baram yang terlihat agak keruh kadar
alkoholnya rendah dan rasanya agak masam.
Baram sendiri sebagai salah satu unsur penting dalam
ritual penghormatan roh leluhur, juga memegang peranan penting dalam
penyambutan tamu atau sekadar pelengkap jika sedang mengobrol dengan
teman. Baram disuguhkan kepada tamu besar yang disambut, tamu dalam
ritual Dayak, atau mereka yang semalam suntuk bermain dadu gurak (semacam judi yang biasanya berlangsung beberapa malam jika ada orang yang meninggal dunia).
Seorang peminum baram akan terbawa emosinya sesuai
lingkungan sekitar. Misalnya dalam suasana pesta yang meriah, maka si
peminum akan ikut tertawa dan bergembira. Namun tergantung dari
kebiasaan masing-masing saat mabuk. Beberapa orang cenderung diam, namun
ada juga yang ribut sendiri, bahkan ada yang lancar bercerita. Baram
akan sangat memabukkan jika dikonsumsi dalam jumlah yang lumayan banyak.
Efek memabukkannya bisa berlangsung dua sampai tiga hari, dengan kepala
terasa agak pusing, tubuh cenderung lemas, dan penglihatan sedikit
nanar. Penetralisirnya adalah dengan meminum air asam Jawa. Efek mabuk
yang lama ini tidak berlaku bagi mereka yang sudah terbiasa meminum
baram, terutama masyarakat Dayak di pedalaman.
Di Kota Palangka Raya dan sekitarnya, selain dalam
ritual adat, umumnya baram dapat ditemukan di pasar tradisional dan toko
minuman keras. Namun biasanya untuk mendapatkan baram yang enak dan
murah, dapat dicari di rumah-rumah warga yang memang memproduksi baram
(ilegal) secara industri rumahtangga. Sekarang ini harga satu liternya
sekitar tujuh sampai sepuluh ribu rupiah. Jika dirasa kadar alkoholnya
masih kurang, bisa dipendam sendiri.
Di Kalimantan Tengah. Jangan sembarangan meminum air
putih dalam botol air mineral yang dijumpai di rumah seorang pemabuk.
Siapa tahu saja itu baram dengan kadar alkohol yang sangat tinggi. (https://hikarusky.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar