Sabtu, 03 Januari 2015

Baram, Tuak Khas Kalimantan

Jika di Jogyakarta dikenal lapen sebagai salah satu teman menikmati malam selain rokok kretek, maka lain lain jika sudah berada di Kalimantan Tengah. Bagi penikmat minuman beralkohol, pilihan minuman keras lokal penghangat badan yang patut dicoba adalah baram.
Tidak diketahui dengan pasti mulai dari kapan orang Dayak mengenal teknik fermentasi dan penyulingan baram ini, yang jelas itu telah menjadi tradisi selama beratus-ratus tahun karena baram digunakan dalam ritual sebagai sesaji untuk para roh leluhur. Perlu bakat dan keterampilan khusus serta ketelatenan untuk menghasilkan baram yang nikmat, karena pembuatannya melalui banyak proses peracikan berbagai macam bahan dan penakaran yang pas. Resep dan keterampilan membuat baram ini diwariskan secara turun temurun, kebanyakan dilakukan oleh kaum perempuan.
Bahan dasar pembuatan baram antara lain nasi ketan, enau, nila, serta ragi. Umumnya beras ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan berbagai rempah-rempah, seperti kayu manis, lengkuas, dan adas. Setelah itu dibuat menjadi adonan dengan dicampurkan air dan kemudian dibentuk bulatan-bulatan sekepal tangan. Adonan yang akan dibuat menjadi ragi ini kemudian dijemur hingga benar-benar kering. Biasanya berlangsung beberapa hari, sampai seminggu.
Selanjutnya beras ketan dimasak dengan gula, lalu dibubuhi ragi yang tadi telah dibuat sehingga menjadi tape. Bahan ini akan disimpan dalam wadah tertutup selama beberapa hari, biasanya sekitar seminggu.

4.bp.blogspot.com/_9Le4HEkblmQ/STQgasV7WYI/AAAAAAAAAMA/7L3DO-yXh4o/s320/PotongPantan&DrinkingBaram.jpg
Semakin lama disimpan, maka kadar alkohol baram akan semakin tinggi dan memabukkan. Baram pada umumnya memiliki kadar alkohol di atas 10% – 20%, hasil dipendam selama seminggu lebih, dan rasa baram akan manis. Kadar alkohol baram dapat diukur dari bau dan kejernihannya. Baram yang berbau keras artinya memiliki kadar alkohol yang tinggi. Baram juga, semakin bening dan jernih, maka semakin tinggilah kadar alkoholnya, bisa mencapai 80% jika dipendam selama berbulan-bulan hingga setahun. Baram yang terlihat agak keruh kadar alkoholnya rendah dan rasanya agak masam.
Baram sendiri sebagai salah satu unsur penting dalam ritual penghormatan roh leluhur, juga memegang peranan penting dalam penyambutan tamu atau sekadar pelengkap jika sedang mengobrol dengan teman. Baram disuguhkan kepada tamu besar yang disambut, tamu dalam ritual Dayak, atau mereka yang semalam suntuk bermain dadu gurak (semacam judi yang biasanya berlangsung beberapa malam jika ada orang yang meninggal dunia).
Seorang peminum baram akan terbawa emosinya sesuai lingkungan sekitar. Misalnya dalam suasana pesta yang meriah, maka si peminum akan ikut tertawa dan bergembira. Namun tergantung dari kebiasaan masing-masing saat mabuk. Beberapa orang cenderung diam, namun ada juga yang ribut sendiri, bahkan ada yang lancar bercerita. Baram akan sangat memabukkan jika dikonsumsi dalam jumlah yang lumayan banyak. Efek memabukkannya bisa berlangsung dua sampai tiga hari, dengan kepala terasa agak pusing, tubuh cenderung lemas, dan penglihatan sedikit nanar. Penetralisirnya adalah dengan meminum air asam Jawa. Efek mabuk yang lama ini tidak berlaku bagi mereka yang sudah terbiasa meminum baram, terutama masyarakat Dayak di pedalaman.
Di Kota Palangka Raya dan sekitarnya, selain dalam ritual adat, umumnya baram dapat ditemukan di pasar tradisional dan toko minuman keras. Namun biasanya untuk mendapatkan baram yang enak dan murah, dapat dicari di rumah-rumah warga yang memang memproduksi baram (ilegal) secara industri rumahtangga. Sekarang ini harga satu liternya sekitar tujuh sampai sepuluh ribu rupiah. Jika dirasa kadar alkoholnya masih kurang, bisa dipendam sendiri.
Di Kalimantan Tengah. Jangan sembarangan meminum air putih dalam botol air mineral yang dijumpai di rumah seorang pemabuk. Siapa tahu saja itu baram dengan kadar alkohol yang sangat tinggi. (https://hikarusky.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar