Sabtu, 07 Maret 2015

PG Pagottan

SEKILAS TENTANG PG PAGOTTAN
Pabrik Gula Pagottan yang berlokasi di Desa Pagottan, Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur memiliki sejarah beberapa periode yang sering mengalami pergantian kepemilikan karena pada masa-masa perkembangan tersebut bangsa Indonesia masih dalam periode pernjajahan Belanda dan Jepang, hingga akhirnya Pabrik Gula Pagottan menjadi BUMN Perusahaan Perseroan Terbatas. Tahun 1884-1941 (masa penjajahan Belanda) PG Pagottan didirikan oleh NV CODY COSTEREN VAN VOORHOUT serta mengatur pula administrasinya.
Tahun 1941-1945 (masa pendudukan Jepang)
Pada masa ini sedang terjadi Perang Dunia II, Jepang menggantikan Belanda menduduki Indonesia. Rakyat sekitar PG Pagottan mengambil barang-barang milik PG Pagottan sehingga PG Pagottan keadaannya menjadi rusak berat, tetapi dengan segala upaya akhirnya Jepang dapat memanfaatkan Pabrik Gula Pagottan menjadi Pabrik Pembuat Semen dengan menggunakan bahan baku gips yang banyak terdapat di daerah Slahung, Ponorogo.
Tahun 1945-1948 (masa revolusi fisik)
Karena kekalahan Jepang dan Perang Dunia II melawan sekutu, Jepang harus meninggalkan Indoensia PG Pagottan kemudian dimabil alih oleh rakyat Indonesia dan dimanfaatkan untuk memproduksi senjata granat tangan dan juga bangunan lainnya digunakan sebagai markas tentara.
Tahun 1948-1949 (masa agresi Belanda)
Pada tahun-tahun ini Belanda datang kembali ke Indonesia dan dapat menguasai kembali PG Pagottan dan juga digunakan sebagai markas.
Tahun 1949-1956 (masa Kedaulatan RI)
NV CODY COSTTERN VAN VOORHOUT mulai membangun dan memperbaiki PG Pagottan yang telah rusak berat akibat perang. Pada mas itu pula dilakukan penanaman tenu untuk pertama kali dan sekitar tahun 1953 PG Pagottan mengadakan penggilingan yang pertama yang diberi nama“Suiker Onderneming Pagottan.
Tahun 1956-1957
Dengan adanya perkembangan politik sekitar tahun 1956, pengelolaan PG Pagottan dialihkan kepada Bank Industri Negara dan diberi nama “PG Pagottan”.
Tahun 1957-1958
Pada bulan Desember 1957 PG Pagottan diambil alih oleh Pemerintah Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia dan selanjutnya PG Pagottan dikelola oleh Perusahaan Negara Perkebunan (PNP/Gula Inspeksi V).
Pada tahun 2011, PG Pagottan merencanakan menggiling tebu sebanyak 375.131,6 ton (tebu sendiri 150.455,0 ton dan tebu rakyat 224.676,6  ton) yang diperoleh dari areal seluas 4.997,0 ha (TS 1.880,0 ha dan TR 3.117,0 ha).Gula dihasilkan diproyeksikan mencapai 26.771,6 ton (milik PG 16.649,1 ton dan milik petani 10.122,5  ton) dan tetes 16.881,0 ton. Selain Kabupaten Madiun, areal pengusahaan tebu PG Pagottan juga berasal dari Kabupaten Ponorogo. Kapasitas PG 3.200,0 tth (tidak termasuk jam berhenti) atau 2.821,9 tth sudah termasuk jam berhenti.
PG Pagottan beberapa kali mengalami peningkatan kapasitas.  Terakhir dilakukan tahun 1990-an melalui pemanfaatan peralatan PG Cot Girek di Aceh yang dilikuidasi. Kondisi agroekosistem PG Pagottan yang memungkinkan tebu tumbuh dengan baik, menjadikannya relatif bersaing terhadap komoditas agribisnis lain.  Sadar akan pentingnya tebu rakyat dalam pemenuhan kebutuhan bakan baku dan pengembangan PG lebih lanjut, pelayanan prima kepada petani tebu diupayakan dengan sebaik-baiknya. Secara periodik, PG menyelenggarakan Forum Temu Kemitraan (FTK) guna membahas berbagai persoalan yang dihadapi petani, baik di luar maupun dalam masa giling.
Dalam upaya peningkatan produktivitas, PG Pagottan antara lain melakukan optimalisasi masa tanaman, penataan varietas menuju komposisi ideal (proporsi antara masak awal, tengah dan akhir berbanding 30-40-30%), penyediaan agroinputs secara tepat, intensifikasi budidaya, dan perbaikan manajemen tebang angkut.  Sedangkan untuk percepatan alih teknologi, PG Pagottan aktif menyelenggarakan kebun percobaan.Melalui kebun semacam ini, petani diharapkan dapat belajar lebih banyak tentang pengelolaan kebun melalui best practices.

PROFIL ADMINISTRATUR
Sejak 2012, Administratur PG Pagottan  dijabat Ekosiwi Rudy Tjahjono. Lahir di Malang  tahun 1957.  Menyelesaikan pendidikan S-1 Teknologi Hasil Pertanian dari Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pendidikan tambahan antara lainKursus Manajemen Perkebunan, dan Kursus Manajemen Perkebunan Lanjutan yang semuanya diperoleh dari Lembaga Pendidikan Perkebunan Yogyakarta.  Selain itu, juga pelatihan  di bidang agronomi, penyuluhan pertanian, dan kepemimpinan sosial.
Mengawali karier sebagai Sinder Wilayah di PG Kedawoeng tahun 1983. Dalam perjalanan kariernya, Ekosiwi Rudy Tjahjono antara lain pernah ditugaskan di PG Pelaihari, menjabat Kepala Bagian Tanaman PG Kedawoeng,  dan Administratur beberapa PG (Wringinanom, Pandjie, Pradjekan dan Kanigoro). (http://www.ptpn-11.com/pg-pagottan.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar