Minggu, 15 Maret 2015

Teh Gopek

Apalagi yang lebih nikmat selain pagi-pagi menikmati segelas teh hangat beraroma melati? Meskipun sekarang sudah bekerja di Sulawesi Selatan, kenangan akan citarasa dan aroma teh yang menemani masa kecil saya tidak pernah terlupa. Ialah teh Gopek,yang memiliki citarasa teh yang sangat khas beraroma melati. Rasanya yang sepet dan warnanya yang menggugah selera, belum lagi uap seduhan pertama ketika daun-daun teh itu disiram dengan air mendidih…sungguh menggugah selera.

Sejak awal datang ke Sulawesi, saya tidak mendapati teh Gopek ini baik di warung, pasar, maupun supermarket. Seingat saya pula, ketika masih kuliah di Jogja dulu saya sempat menemui teh Gopek di Mirota Kampus sebelum akhirnya digantikan dengan teh Poci. Memang sama-sama teh melati tetapi aromanya lebih kuat teh Gopek. Jadi sepertinya saya harus ‘mengimpor’ teh ini dari Magetan :P
Teh nasgithel - panas, legi, kenthel (yang dalam bahasa Indonesia berarti panas, manis, dan kental) - bagi saya adalah sesuatu yang jika tidak dihirup pagi-pagi atau sore hari bisa menimbulkan perasaan akan adanya ’sesuatu yang hilang’. Memang saat ini saya tidak seeksklusif dulu untuk urusan memilih merek teh sepanjang masih berupa teh melati. Hasil petualangan saya mencari pengganti teh Gopek tercinta menghasilkan beberapa merek yang bisa sedikitnya ‘melegakan’ selera saya, seperti 2Tang Premium dan Sariwangi Melati untuk teh celup serta Tjatoet dan Poci untuk teh seduh (nama teh Poci ini selalu mengingatkan saya akan memori bersama Ria tersayang saat melewatkan kata demi kata dan hangatnya suasana malam di kedai Teh Poci - Jogja). Tapi ibarat pepatah, sejauh-jauh bangau terbang pasti akan kembali ke sarangnya. Dan begitu pulalah saya, akhirnya menemukan trik jitu untuk menikmati segelas teh Gopek hangat. Ya, saya minta dikirimkan teh Gopek sebungkus besar berisi sepuluh teh dalam kemasan kertas. Hmmmm…..

Iseng-iseng saya mencari referensi tentang teh Gopek ini dari internet. Ternyata ada setidaknya dua alamat situs yaitu tehgopek.tripod.com dan kucing-goreng.blogspot.com/2007/08/teh-gopek.html. Wow! Yang pertama menyebut diri sebagai situs resmi (official website) tapi tidak pernah di-update lagi sejak 2006 (dan minim informasi!). Yang berikutnya lebih lengkap, termasuk cerita tentang sejarah dan silsilah keluarga yang membangun dan mengelola perusahaan teh Gopek.

Saya agak bingung dengan nama Gopek itu sendiri. Terlintas kemungkinan merujuk pada angka 500 (gopek). Apakah dulunya harga secangkir teh ini adalah 500 rupiah? Sepertinya tidak karena perusahaan ini telah berdiri sejak jaman pendudukan Jepang (1942) seperti kutipan berikut ini : “Perusahaan Teh Gopek didirikan di Slawi sekitar tahun 1942, bersamaan dengan jaman penjajahan Jepang di Indonesia. Pada awalnya, perusahaan Teh Gopek dimulai sebagai Home Industry dengan peralatan sederhana.”

Dan ternyata nama Gopek memiliki maksud tersendiri, yaitu pucuk daun teh yang bagus (Golden Orange Pekoe). Selain itu, nama Gopek juga berasal dari nama tengah 5 pemuda keluarga Kwee, yaitu Kwee PEK Tjoe, Kwee PEK Hoey, Kwee PEK Lioe, Kwee PEK Lo, dan Kwee PEK Yauw. Nah, rasa penasaran saya sudah terjawab sekarang.

Terlepas dari arti namanya, Gopek tetap memiliki aroma teh melati yang khas. Pernah saya melakukan crosscheck dengan beberapa teman sesama pecinta teh dan jawaban mereka yang pernah merasakan teh Gopek ini rata-rata sama, “It’s the real jasmine tea! Have a great taste!”. Sebagai pecinta teh melati, sudahkah Anda mencobanya? (http://kangmashadi.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar