Seniman yang juga dikenal sebagai
pemain biola legendaris Indonesia, Idris Sardi telah tutup usia. Ayah
dari aktor Lukman Sardi tersebut meninggal dunia pada 28 April 2014 di
Rumah Sakit Meilia, Cibubur karena menderita sakit komplokasi sejak
akhir tahun lalu.
Idris merupakan seorang pemain biola sekaligus komposer tersohor di
Tanah Air. Dia merupakan anak dari seorang pemain biola Orkes RRI Studio
Jakarta, bernama M Sardi.
Idris pertama kali mengenal biola pada usia enam tahun. Kemudian, pada usia 10 tahun, dia muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya di Yogyakarta. Pria kelahiran Jakarta, 7 Juni 1938 itu termasuk ke dalam golongan anak ajaib.
Karena di usia belia permainan biolanya sudah sangat lincah. Kepiawaiannya itu yang membuat Idris diterima di Sekolah Musik Indonesia (SMIND). Prestasi Idris di sekolah tersebut pun sangat gemilang.
Pada usia 14 tahun dia sudah duduk sebagai concert master dalam orkesta siswa SMIND pimpinan Nicolao Varvolomejeff. Sewaktu di Yogyakarta, Idris berlatih biola pada seorang guru asal Hongaria yakni George Setet.
Ketika hijrah ke Jakarta, dia juga belajar biola dari seorang guru asal Hongaria yang bernama Henri Tordasi. Dari kedua gurunya itu, Idris banyak belajar tentang biola klasik.
Ketika sang ayah meninggal dunia, Idris sempat menggantikan posisinya sebagai violis pertama di Orkes RRI Studio Jakarta, yang dipimpin oleh Saiful Bahri. Namun, pada 1960 Idris beralih dari dunia biola klasik ke modern.
Dia mulai bereksperimen untuk mengkolaborasikan musik klasik dengan musik pop modern. Sejak saat itu, Idris mulai dipercaya sebagai komponis dan ilustrator musik untuk sejumlah film.
Kepiawaiannya dalam bermusik mengantarkan Idris mendapatkan penghargaan Piala Citra sebagai Penata Musik Terbaik. Antara lain, dalam film Pengantin Remaja (1971), Perkawinan (1973), Cinta Pertama (1974), dan Doea Tanda Mata (1985).
Idris tak pernah pelit untuk membagi ilmunya kepada para violis muda. Salah satu muridnya yakni Maylaffayza Wiguna telah sukses menjadi pemain biola perempuan papan atas di Tanah Air. Tak hanya itu, Idris juga dikenal sebagai seseorang yang rendah hati.
Dia pernah terkenal karena memiliki tanda nomor kendaraan B 10 LA yang dapat dibaca sebagai biola. Namun, setelah beberapa digunakan dia merasa tidak nyaman karena menjadi perhatian dan sorotan masyarakat.
Dia pun langsung menggantinya dengan nomor kendaraan biasa. Dua orang anaknya yakni Santi Sardi dan Lukman Sardi menuruni darah seni Idris dengan berkecimpung di industri film Indonesia. (www.republika.co.id)
Idris pertama kali mengenal biola pada usia enam tahun. Kemudian, pada usia 10 tahun, dia muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya di Yogyakarta. Pria kelahiran Jakarta, 7 Juni 1938 itu termasuk ke dalam golongan anak ajaib.
Karena di usia belia permainan biolanya sudah sangat lincah. Kepiawaiannya itu yang membuat Idris diterima di Sekolah Musik Indonesia (SMIND). Prestasi Idris di sekolah tersebut pun sangat gemilang.
Pada usia 14 tahun dia sudah duduk sebagai concert master dalam orkesta siswa SMIND pimpinan Nicolao Varvolomejeff. Sewaktu di Yogyakarta, Idris berlatih biola pada seorang guru asal Hongaria yakni George Setet.
Ketika hijrah ke Jakarta, dia juga belajar biola dari seorang guru asal Hongaria yang bernama Henri Tordasi. Dari kedua gurunya itu, Idris banyak belajar tentang biola klasik.
Ketika sang ayah meninggal dunia, Idris sempat menggantikan posisinya sebagai violis pertama di Orkes RRI Studio Jakarta, yang dipimpin oleh Saiful Bahri. Namun, pada 1960 Idris beralih dari dunia biola klasik ke modern.
Dia mulai bereksperimen untuk mengkolaborasikan musik klasik dengan musik pop modern. Sejak saat itu, Idris mulai dipercaya sebagai komponis dan ilustrator musik untuk sejumlah film.
Kepiawaiannya dalam bermusik mengantarkan Idris mendapatkan penghargaan Piala Citra sebagai Penata Musik Terbaik. Antara lain, dalam film Pengantin Remaja (1971), Perkawinan (1973), Cinta Pertama (1974), dan Doea Tanda Mata (1985).
Idris tak pernah pelit untuk membagi ilmunya kepada para violis muda. Salah satu muridnya yakni Maylaffayza Wiguna telah sukses menjadi pemain biola perempuan papan atas di Tanah Air. Tak hanya itu, Idris juga dikenal sebagai seseorang yang rendah hati.
Dia pernah terkenal karena memiliki tanda nomor kendaraan B 10 LA yang dapat dibaca sebagai biola. Namun, setelah beberapa digunakan dia merasa tidak nyaman karena menjadi perhatian dan sorotan masyarakat.
Dia pun langsung menggantinya dengan nomor kendaraan biasa. Dua orang anaknya yakni Santi Sardi dan Lukman Sardi menuruni darah seni Idris dengan berkecimpung di industri film Indonesia. (www.republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar