Kapal
kayu Pinisi ada di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu, dari
berbagai naskah Lontarak Babad I La Lagaligo (abad ke 6), cikal bakal
kapal Pinisi sudah ada sebelum tahun 500an. Catatan pembuatan Pinisi
yang masuk dalam Babad I La Lagaligo, untuk pertama kali dibuat oleh
Sawerigading (Pendiri Agama Lokal - yang lahir tahun 564 M, atau 7 tahun
lebih dahulu dari kelahiran Nabi Muhamad yang lahir pada tahun 571 M).
Dari
catatan sejarah pembuatan Kapal Pinisi sendiri, tercatat pertama kali
bahwa pembuatan kapal tersebut diperuntukan bagi Sawerigading yang
Putera Mahkota Kerajaan Luwu, untuk berlayar menuju negeri Tiongkok,
dalam rangka meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Jadi
secara logika, berarti teknologi kapal Pinisi yang sangat terkenal
tersebut sudah ada sejak jauh sebelum tahun 500an itu sendiri.
Sejarah
Kearifan Lokal dan Gotong Royong (kalau orang sekarang mengatakan
"It's a teamwork") masyarakat setempat, terlihat ketika mereka;
Orang-orang Ara bergotong-royong untuk membuat badan kapal, sementara
orang-orang di Tana Lemo yang merakit badan kapal tersebut (hasil
buatan orang-orang desa Ara), dan terakhir orang-orang Bira merancang
tujuh layar yang hingga kini dipakai oleh kapal Pinisi. Kemudian
masyarakat ketiga desa tersebut menamakannya sebagao Kapal Pinisi.
Sawerigading
berhasil ke negeri Tiongkok, dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah
sempat menetap lama di Tiongkok, Sawerigading beserta istri dan
anaknya berniat kembali ke Luwu "kampung halamannya" dengan menggunakan
kapat yang digunakannya ketika ia berangkat ke Tiongkok dahulu.
Menjelang memasuki perairan Luwu, Pinisi diterjang gelombang besar, dan
akhirnya terbelah menjadi tiga bagian.
Sumber: Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar