Selasa, 29 Desember 2015

Pilkada dan Negeri Dongeng



Dalam dongeng kerajaan kita selalu disuguhi cerita tentang raja bijak dengan rakyat makmur. Misalnya saja film Mirror-Mirror yang mengisahkan perihal kerajaan yang diambil alih oleh penyihir jahat.

Awalnya kerajaan tersebut makmur karena dipimpin oleh raja yang bijak. Namun rakyat menjadi miskin dan menderita setelah penyihir berkuasa. Beruntung putri raja terdahulu dibantu para kurcaci dengan cerdas berhasil menggulingkan kekuasaan penyihir. Kerajaan pun kembali makmur seperti sedia kala. Seperti halnya kisah film itu, kita menantikan sosok pemimpin yang mampu memberi kemakmuran kepada kita.

Bedanya dalam dongeng sosok tersebut telah tersedia dengan sendirinya secara alamiah, sedangkan kita mesti mencari dengan jeli apakah sosok tersebut benar adanya. Pencarian kita terbantu oleh pilkada secara langsung. Kita diberi kesempatan untuk memilih pemimpin dengan tepat. Kita tidak lagi dihantui adanya pemimpin boneka dari organisasi tertentu. Namun pemilihan ini juga harus diimbangi kecerdasan kita sebagai pemilih.

Setidaknya kita mesti mengenali siapa kandidat yang akan memimpin kita. Terlebih kita bisa mencermati visi dan misi mereka sehingga kita dapat mengambil keputusan bertanggung jawab dalam pilkada ini. Masalah kecerdasan memilih memang tidak mudah diterapkan di negara kita. Apalagi latar belakang pendidikan masyarakat kita beragam. Untuk itu persiapan sebelum pilkada haruslah dilakukan semaksimal mungkin. Bukan hanya persiapan secara teknis, melainkan juga uji kelayakan calon pemimpin kita.

Hendaknya tim KPU tidak hanya menjadikan beragam tes tersebut sebagai formalitas belaka. Kemudahan dalam mengenali siapa pemimpin kita akan menjadikan kita lebih objektif dalam memilih. Rakyat yang tidak berpendidikan tinggi pun, asal mampu membaca, tidak lagi mudah dibodohi. Kita juga mesti paham ungkapan Seth Brekley, ”Kepemimpinan adalah tentang visi dan tanggung jawab, bukan kekuasaan.” Karenanya proses pencarian ini tidak terhenti ketika pilkada usai.

Kita masih memiliki tanggung jawab untuk mencermati pemimpin kita ketika mereka menjalankan program yang tidak sejalan dengan visinya di awal. Kritik yang kita berikan mesti pula disertai solusi yang memadai. Dengan begitu, kita berharap negeri makmur dan raja arif tidak hanya ada di negeri dongeng belaka.

Yanu Setianingsih
Mahasiswi Jurusan Akuntansi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar