Minggu, 10 Januari 2016

Seniman Patung Pancoran itu Berpulang


Hasil gambar untuk edhie soenarso
Popularitas sebuah karya acapkali jauh melampaui ketenaran si pembuat karya. Bahkan, popularitas sebuah karya nyaris tak hilang oleh waktu.
=================
Ketenaran seorang Edhie Soenarso boleh jadi hanya berputar-putar di lingkup kehidupan para seniman patung atau mereka yang pernah bersentuhan dengan sosok yang pernah aktif di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Tak banyak yang mengenal sosok Edhi Soenarso.
Tapi, bila kita menyebut Patung Dirgantara alias Patung Pancoran dan Tugu Selamat Datang, banyak di antara paham dan mengenal tugu atau patung yang sampai kini masih dianggap sebagai penanda kawasan (landmark).  Patung Dirgantara sangat identik dengan kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Sedangkan Tugu Selamat Datang dikenal sebagai penanda kawasan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
Ya, dua karya monumental itulah yang sesungguhnya melambungkan nama seniman patung Edhi Soenarso. Dan sosok yang sempat ragu menerima tawaran membuat Tugu Selamat Datang itu kini telah tiada. Seniman Edhie Soenarso wafat dalam usia 83 tahun, Senin (4/1/2016) malam di Yogyakarta.
"Telah berpulang ke pangkuan Allah SWT, pematung Indonesia Empu Ageng Edhi Soenarso, malam ini pukul 23.15 di RS Jogja International Hospital," demikian ditulis akun Facebook resmi milik Institut Seni Indonesia Jogjakarta, Selasa (5/1/2015). Jenazah Edhie dimakamkan pada Selasa. Upacara pemakaman dimulai dari rumah duka di Desa Nganti RT 2 RW 7, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Melalui akun Twitter-nya, Sastrawan Goenawan Mohamad mengenang Edhie sebagai pematung terbesar dalam sejarah seni rupa Indonesia.
Edhie dikenal lewat karyanya berupa patung-patung besar di Jakarta, antara lain Patung Dirgantara atau biasa disebut Patung Pancoran di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dia juga membuat Tugu Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
Tugu Selamat Datang dapat disebut karya patung pertama anak bangsa berbahan perunggu. Tugu  itu dibuat pada tahun 1959 atas pesanan Presiden Soekarno untuk menyambut pesta olahraga Asian Games IV (1962). Harian Kompas terbitan tanggal 7 Juni 1999 memuat artikel di mana Edhie sempat merasa ragu tatkala diundang ke Istana Negara dan diminta oleh Bung Karno untuk membuat patung itu dengan tinggi sembilan meter.
Berkat dukungan rekan-rekan sesama seniman, lelaki kelahiran Salatiga (Jawa Tengah) tanggal 2 Juli 1932 itu pun menyanggupi. Namun dia menyarankan kepada Bung Karno agar tinggi patung dikurangi menjadi enam meter.
Dalam proses pengerjaan patung modelnya, Edhie dibantu oleh seniman Trubus. Kemudian  pengecoran bahan perunggu dikerjakan oleh Gardono. Pengerjaan patung selesai dalam waktu sembilan bulan. Dan imbalannya waktu itu Rp3 juta, sebuah angka yang lumayan besar ketika itu.
"Tidak untung, tidak rugi. Tapi kami bangga karena berhasil membuktikan bahwa kita mampu menghasilkan patung berbahan perunggu," ujar Edhie waktu itu.
Sejak itu dia dipercaya oleh Bung Karno untuk mengerjakan patung-patung lain, seperti patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng dan patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta. Karya-karya Edhie sungguh terasa ekspresif dan monumental.
Pada tahun 2012, sutradara Lasja Fauzia Susatyo dan seniman grafis Alit Ambara meluncurkan film dokumenter berjudul "Begini Lho, Ed!". Film ini berkisah tentang perjalanan hidup Edhie.
Edhie Soenarso telah tiada. Karya-karyanya masih yang abadi di tengah-tengah kita, menjadi penyambung umur seorang Edhie.  (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar