Kamis, 13 Oktober 2016

Kisah Pasar Tradisional Angso Duo Jambi

Informasi Jambi

 Pasar Angso Duo merupakan pasar tradisional terbesar di Jambi. Pasar tradisional ini menjadi sandaran hidup 5.000 pedagang setempat, dan punya sejarah panjang sebagai pasar yang nomaden alias berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Pada awal abad ke-18, kawasan muara Jambi berada di Dermaga Bom Batu, yang kini telah berubah menjadi Mal WTC. Di situ ada sebuah pasar tradisional kecil. Orang menyebutnya Pasar Tanah Pilih. Pasar inilah yang menjadi cikal bakal Angso Duo walaupun letaknya tidak sama dengan yang sekarang berdiri.

Tokoh masyarakat Jambi, Junaedi T Noor, mengatakan, pada zaman penjajahan Jepang, pasar tersebut hancur. Pasar pun pindah sekitar 500 meter ke arah tenggara, dari lokasinya yang sekarang. Lokasinya disebut Gang Siku.

Pasar yang baru tersebut dibangun sederhana, berupa deretan meja-meja dari batu. Orang kemudian menyebutnya Pasar Meja Batu. Di pasar yang baru ini, tidak hanya terhampar ikan, daging, dan sayur yang dijual di atas meja batu. Di tempat itu juga sebagian warga duduk bersantai sambil menikmati kopi. ”Dulu, deretan meja ini penuh dengan orang-orang ngobrol sambil ngopi. Suasananya menyenangkan,” ujar Junaedi.

Pada masa itu, barang-barang impor dari Singapura sudah banyak yang masuk ke Jambi, berupa pakaian, kasur, dan perlengkapan rumah tangga. semua barang dikirim dari muara menuju Sungai Batranghari. Di Pasar Angso Duo, yang kini berada, dulunya hanyalah tempat kapal bersandar dan menurunkan barang-barang dagangan. Dari situ, barang-barang diangkut para kuli menuju pasar.

Dalam perkembangannya, Pasar Meja Batu semakin ramai oleh pedagang dan berbagai jenis barang dagangan. Gang Siku menjadi sesak. Sepanjang jalan itu becek dan tidak nyaman lagi bagi para pembeli.

Pada 1970, sedimentasi sungai kian parah. Pemerintah daerah melaksanakan pengerukan. Tanah dan pasir hasil pengerukan ditimbun di sekitar sungai sehingga terbentuklah daratan baru. Pada daratan itulah pemerintah akhirnya memindahkan kembali pusat pasar tradisional dari Pasar Meja Batu. Pasar yang baru bernama Angso Duo resmi berdiri pada 1974, tepat di tepi Sungai Batanghari. ”Pasar ini dibangun atas hasil reklamasi sungai,” ujar Junaedi.

Adapun di Pasar Meja Batu, lambat laun berubah menjadi pertokoan dan di sepanjang jalan penuh dengan pedagang kaki lima.

Menjadi kumuh

Seperti pasar-pasar terdahulu, keberadaan Pasar Angso Duo belakangan ini mulai menimbulkan masalah. Pasar menjadi sangat kumuh. Lantainya bukan lagi becek, tetapi banjir ketika musim hujan. Air limpasan dari Sungai Batanghari kerap masuk ke bagian belakang pasar.

Akibatnya, pasar menjadi tidak nyaman bagi para pembeli. Pedagang-pedagang yang menggelar lapak di belakang pasar mulai meninggalkan. Mereka pindah ke depan pasar, dan menggelar dagangan di bagian luar, memakan sebagian badan jalan umum. Pada pagi hari, jalan menjadi macet karena aktivitas jual-beli memenuhi sebagian jalan. Mobil-mobil angkutan kota kerap berkerumun menunggu calon penumpang. Maka, kian semrawutlah keadaan di depan Pasar Angso Duo.

Setelah 35 tahun, muncul lagi wacana memindahkan pasar tradisional terbesar di Jambi ini ke tempat lain. Lokasi baru yang dipilih hanya berjarak 100 meter. Lahannya juga berada di tepi Sungai Batanghari, tetapi posisinya agak lebih tinggi daripada sungai itu.

Melalui desain yang dibuat Pemerintah Kota Jambi, awal tahun ini, Angso Duo diharapkan menjadi pasar tradisional yang semimodern. Pasar itu tidak hanya akan menampung pedagang dalam kios dan lapak. Pemkot juga akan menyediakan ruko dan ruang-ruang pameran. Tempat parkir disediakan lebih luas.

Adapun pasar yang lama akan dijadikan ruang hijau alias taman kota. Sebanyak 5.000 pedagang, baik di dalam maupun luar pasar, akan direlokasi. Jadi, taman kota yang baru nantinya akan benar-benar memberi kenyamanan bagi masyarakat Jambi.

Yang menjadi masalah, Pemkot tidak dapat menjanjikan kapan pasar yang baru ini akan terwujud. Apakah tempat yang baru dapat benar-benar mengatasi persoalan pasar tradisional yang identik dengan kumuh dan becek. Juga, apakah tempat yang baru akan terjangkau bagi para pedagang.

Semoga proyek relokasi Pasar Angso Duo dilakukan dengan perencanaan yang benar-benar matang.

(Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar