Minggu, 09 Oktober 2016

SENDANG BULUS JIMBUNG


Terjadinya keramaian tradisioanal Syawalan setiap 8 Syawal,Desa Jimbung,Kalikotes,Kabupaten Klaten.
Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan di daerah Jepara,bernama kerajaan Wirotho.keadaan Negara yang aman,tentram berkat kepemimpinan sorang ratu yang bergelar Sri ratu Woro Singo.
Sri Ratu menjalankan roda pemerintahan berdasarkan atas hukum yang tinggi nilainya,maka tak mustahil Negara tersebut masyhur di seluruh penjuru.`
Sri Ratu Woro Singo mempunyai seorang putra bernama pangeran Patahwan.Ia dikenal sebagai putra raja yang tampan.sejalan dengan pemerintahan raja tersebut,terdapat suatu kerajaan di daerah lain bernama Kalingga.Putri Kalingga yang bernama Wahdi ingin negaranya sejajar dengan Wirotho.Negara Kalingga terletak di daerah di daerah Purwodadi,Grobogan.
Kehendak Puteri Wahdi disampaikan kepada Ayahnda raja.mendengar keinginan putrinya sungguh besar hati.setelah disbanding bandingkan dengan kerajaan lain,ternyata banyak ketinggalan.sebetulnya Sang Raja menaruh hati pada Pangeran Patahwan.
Raja mengutus Patih Tambak Boyo meletakkan bokor mas berisi berlian permata di daerah Wirotho.Jika benda itu dalam beberapa hari masih utuh dan tidak berubah tempatnya,maka berita di daerah Wirotho tersebut memang benar,tetapi jika tidak,maka kabar tersebut bohong.
Suatu hari,Patih Tambak Boyo melaksanakan perintah Raja Kalingga membawa sebuah bokor kencana yang berisi emas permata ke sebuah jalan besar di kerajaan Wirotho.
Berita peristiwa adanya bokor yang ada di jalan itu walaupun ada bokor itu tidak ada yang bermaksud mengambilnya.
Dari jauh tampak olehnya sebuah bokor yang berkilauan karena terkena cahaya matahari.Beliau tidak bermaksud mengambilnya,tapi nasib buruk menimpanya,karena terlalu silau.kudanya terkejut dan berlari dengan cepat.kakinya menyentuh bokor tersebut,sehingga bokor tersebut bergeser dari tempatnya.
Pangeran Patahwan tidak dapat mengelak dan menyerahkan diri untuk dihukum oleh sang Raja.maka kakinya pun dipotong.semenjak kakinya dipotong,ia menjadi rajin berdoa.sampai akhirnya ia melanjutkan perjalanannya ke gunung Butak.ditempat itu sang pangeran merasakan ketenangan hidup,beliau selalu berdoa,agar kakinya sembuh.
Sampai akhirnya,kaki nya pun sembuh.maka ia kembali ke tempat istirahat di gunung Butak.berjalan kea rah barat,akhirnya dukuh itu bernama Jiwan.perjalanan ke selatan orang orang paras mukanya polos seperti peri.maka dukuh tersebut dinamakan peren,sampailah di dukuh yang tidak terlalu besar,kemudian singgah disitulah didirikan suatu kerajaan Sang Patahan menjadi Raja bergelar Prabu Jaka,kerajaan bernama Kerajaan Jimbun.
Kemashyuran Raja Jimbun kemudian terdengar oleh Putri Wahdi yang ingin menjadi permaisuri Raja Jimbun.Putri Keling ingin sekali mencarinya.
Perjalanan Putri Keling dikawal oleh beberapa prajurit.dan patih tambak Baya dan abdi yang setia yaitu Poleng dan Remeng.Sang putrid berpakaian mewah dengan perhiasan kalung gelang dari emas.
Sampai di Jimbun,ia mohon ijin untuk dapat masuk ke istana untuk menemui Prabu Jaka.ia seorang Wanita tak layak mengutarakan cintanya pada Raja.betapa bingung,prabu Jimbun yang masih muda,tampan,
Kedatangan Putri Keling diterima dengan hati senang dan terbuka oleh Sang Prabu.sampai akhirnya,putrid Keling pun bunuh diri di hadapan Sang Prabu Jimbun.namun sebelum bunuh diri ,semua perhiasan yang dipakai dilempar kea rah timur.akhirnya menjadi gunung kapur.(batu gamping)
Abdinya,poleng dan remeng marah.akhirnya bersabda”engkau berdua tidak tahu malu seperti bulus”karena sakit hatinya sang Prabu,kedua orang itu berubah menjadi bulus poleng dan remeng.mereka mengakui kesalahannya,mohon tempat tinggal dan makanan ketupat.raja menancapkan tongkatnya ke tanah,maka timbullah mata air,dan tongkat tersebut berubah menjadi pohon Randu alas.Raja Jimbun bersabda,agar kedua bulus bertempat tinggal di sendang itu,kelak dikemudian hari banyak orang yang mengunjungi dan memberinya makan.
Itulah sejarah dari adanya sendang Bulus Jimbung,tetapi pada bulan Maret tahun lalu,2009,bulus tersebut mati,sempat dibawa ke Rumah sakit Soeradji Tirtonegoro,tetapi sudah terlanjur mati,dan akhirnya di larung ke pantai parang kusumo. (http://bestaribee.blogspot.co.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar