Ketika rakyat sedang kalang kabut berusaha melawan kabut nasib yang sedang sangat pekat menjerat, ada segelintir manusia yang memanfaatkan celah kebobrokan sistem pemerintahan. Mereka mengatasnamakan dinas sebagai prefix dari profesi mereka, meneriakan profesionalisme sebagai asas mereka, dan tentunya menjadikan uang sebagai tuhan baru mereka.
Legenda ini sangat sering saya lihat di televisi atau di internet, legenda mahsyur tentang mereka yang memiliki dunia yang sangat menyenangkan. Legenda yang membuat kita sadar bahwa mereka adalah #225 dan kita adalah #000.
Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya tegaskan bahwa tulisan ini adalah murni persfektif saya mengenai kehidupan dunia ini, adalah hak semua manusia untuk bisa menerima dan menerjemahkan kehidupannya masing-masing.
Lanjut...
Adalah sebuah fakta yang menyakitkan kala kita melihat gedung-gedung sekolah yang runtuh, anak-anak yang mengamen di jalanan saat jam sekolah, biaya pendidikan yang dirancang untuk membodohkan rakyat.. Semua itu kontras dengan begitu glamornya kehidupan mereka, yang sedang melaksanakan perjalanan dinas.
Hari ini, legenda itu telah saya temukan. Legenda yang membuat mereka makin terlena dalam kehampaan, kenyang dalam kekosongan. Legenda Korupsi Perjalanan Dinas.
Mari kita cermati beberapa trik licik yang mereka, para legendaris, lakukan untuk menjadikan diri mereka semakin melegenda dalam kehidupan berkebangsatan Indonesia.
Trik #1
Mengelabui laporan perjalanan pulang - pergi dengan asumsi-asumsi yang sangat menyedihkan. Salah satu asumsi yang sedang booming saat ini adalah memukul rata ongkos pulang dan pergi. Jika ongkos pergi IDR 2.000.000, maka ongkos pulang memiliki nilai yang sama.
Lalu apa triknya?
Iya, mereka pulang dengan cara yang lebih murah meriah, sehingga didapat margin yang cukup besar.
Lalu apa curangnya?
Iya, mereka mencari-cari dengan sengaja dan begitu menggebu-gebu cara pergi yang sangat mahal dan cara pulang semurah-murahnya.
Menyedihkan?
Sangat, ketika perjalanan misal:
- Untuk pergi ke kota B dari kota A, tidak bisa langsung, harus transit.
- Opsi paling logis adalah dari kota A naek pesawat ke kota C, lalu kereta ke kota B.
Lalu mereka memilih jalan dari kota A ke kota J lalu ke kota B dengan ongkos lebih mahal sekitar 300% dan memakan waktu lebih lama 4x lipat. Apa ini? Tolol?
Trik #2
Memanfaatkan waktu dinas untuk berwisata.
*Trik ini belum terpecahkan* Jika menggunakan uang sendiri itu fair, jika menggunakan uang rakyat itu zhalim.
Trik #3 dan selanjutnya silahkan ditambahkan.
Lalu apakah ini termasuk korupsi?
Saya bukan KPK saya bukan Polisi, saya hanya rakyat biasa yang sedang belajar berpuisi.
Semoga tulisan ini bermanfaat, semoga mereka tetap melegenda.
[UPDATE 04/12/2012]
Trik #3
Yang satu ini membutuhkan keahlian yang cukup advance, karena berhubungan dengan teknologi dan niat korupsi yang begitu menggebu-gebu..
Caranya, peserta dinas membeli tiket pesawat online, setelah tiket dicetak, tiket difoto copy lalu harganya dimanipulasi (ditimpa) dengan harga yang lebih mahal..
Misal tiket dari A ke B itu hargayna IDR 800.000, lalu ditimpa jadi IDR 4.000.000 lalu dikumpulkan ke panitia yang akan memberikan dana akomodasi bagi para peserta dinas.
Wow banget kan?
Trik #4
Yang berperan pada trik ini adalah sistem yang vulnerable dan kotor. Sangat keji dan mungkar. Dan membuat otak kita berputar bolak balik sumbu x di rotasi ke z lalu translasi ke y.
Caranya adalah, memutar-mutar peserta.
Apa yang diputar? Lokasi.
Sebuah proyek pemerintah dengan target tersebar di seluruh Indonesia, pasti membutuhkan perjalanan dinas untuk menjangkau tiap wilayah. Yang jadi busuk adalah ketika lokasi mereka di tukar-tukar.
Misal (ini misal ya, bukan nyindir) : Pelatihan di Jawa, peserta dari medan. Pelatihan di makasar peserta dari kalimantan. Pelatihan di medan peserta dari Australi kalee yaa.. hahhaha
Bingung kan?
Lalu buat apa jika penyelenggara harus keliling Indonesia sementara pesertanya juga harus sama2 ikut berputar-putar mengelilingi Indonesia?
Ya tentunya supaya ada anggaran perjalanan dinas donggggg.. buat apa lagi..
[UPDATE 05/12/2012]
Seiring semakin berkembangnya tulisan ini, saya mendapatkan informasi dan data yang cukup menyengat dari owner blog tetangga (Ruang Chupa)
Berikut rentetan kata yang dibalut penuh makna:
Saya rakyat yang lagi kesal, jadi saya ingin berpartisipasi menulis di sini:
Sekarang, saya malah jadi muak kalau mendengar yel-yel mahasiswa yang sedang berisik turun ke jalan menuntut keadilan. Saya sekarang tahu sendiri bahwa mereka yang banyak menuntut itu ternyata dahulu tujuannya bukan ingin membawa negeri ini ke arah yang lebih baik, melainkan hanya iri dengan kenikmatan kehidupan di atas sana. Karena setelah mereka diberi kenikmatan kehidupan di atas sana juga, mereka akan menjadi yang paling diam dan paling tidak mau mendengarkan dan memikirkan keadilan yang mereka tuntut dahulu. Saya lebih terharu dan bangga mendengar mahasiswa-mahasiswa yang diam dan mendonorkan darahnya, tidak buang sampah sembarangan, memberi bantuan makanan ke anak jalanan yang kelaparan, ikut kerja bakti membersihkan saluran air, membersihkan pantai, belajar untuk bisa bermanfaat bagi orang banyak, ga nyontek pas ujian, memberikan pelatihan pada guru-guru tanpa pamrih.
" Saya tau pasti bagaimana berisiknya mereka menuntut dahulu dan bagaimana diam tak mendengarnya sekarang. "
Saya sedih dan merasa menjadi bodoh ketika semisal:
- Perjalanan dari kota A ke kota B. Karena mereka tidak mau kelelahan sepulangnya nanti (padahal mereka dibayar itu untuk membayar kelelahan mereka), maka mereka naik pesawat. Ada bandara di kota A dan tidak ada rute pesawat ke kota B, hanya ada ke kota C yang jaraknya dekat ditempuh dengan commuter line dari kota B. Namun mereka yang notabene pintar itu lebih memilih menambah waktu 4 jam bermacet-macet ria dulu ke kota J entah untuk mendapatkan pilihan maskapai lebih banyak untuk mencapai ke kota B sehingga mungkin bisa pilih-pilih tiket berangkat yang lebih cocok sesuai dengan yang telah disebutkan rekan Gilang di atas sebelum tulisan saya ini. Dan perjalanan pulang? Sampai ada ide untuk naik bis saja supaya ada margin (lelah?).
- Perjalanan dari kota D ke kota E. Biasanya dalam perjalanan dinas seperti itu, tidak semuanya berniat aneh, ada saja yang polos dan tidak nyaman dengan segala keanehan yang ada. Ketika ada seseorang dari mereka menanyakan tentang pilihan jadwal dan maskapai yang lain karena yang dipilihkan oleh koordinator perjalanan mereka dianggap tidak sesuai dari jadwal dan harga, koordinator perjalanan yang notabenenya pintar itu beralasan pilihan penerbangan dari kota D ke kota E itu hanya sedikit. Padahal saya yang sedang dibodohi ini tahu persis bahwa kota E itu adalah tujuan penerbangan yang paling padat di Indonesia setelah Surabaya. (Penerbangan di Indonesia ini padat banget lhooo.. Sampai2 Lion Air mau menggunakan B747-400 untuk menerbangi Jakarta - Surabaya. Lion sekarang sedang dalam langkah pemesanan pesawat bekas dari maskapai lain). Saya cek sendiri, ternyata selama 24 jam non stop rata-rata setiap 20 menit ada jadwal penerbangan yang menerbangi antara kota D dan kota E tersebut (banyak sekali, asal tidak pertimbangkan soal keinginan berwisata terlebih dahulu dan memilih-milih maskapai tertentu).
- Perjalanan dari kota E ke kota F. Ada rute menggunakan maskapai L dan menggunakan maskapai X, jadwal dan harga mirip-mirip. Hanya saja maskapai L tersebut adalah Low Cost Airline sedangkan maskapai X adalah medium service airline. Padahal mereka pintar, dan saya hanya rakyat, tapi mereka memilih menggunakan maskapai X yang saya tahu maskapai tersebut kebanyakan pesawatnya adalah pesawat bekas dan ada yang sampai sudah berpindah-pindah kepemilikan 9 kali. Rata-rata umur pesawat X adalah 20.8 tahun. Padahal si maskapai L itu pesawatnya baru-baru langsung beli dari Boeingnya, bahkan paling canggih di kelasnya. Rata-rata umur pesawatnya masih 1,9 tahun. Bahkan saya sendiri beberapa hari yang lalu naik si maskapai L itu pesawatnya baru berumur 1 bulan! :D Setelah saya analisa ternyata memang ada kepentingan lain dari mereka dan maskapai X. (Padahal kalau saya sendiri mulai melihat ketidak beresan dari maskapai X tersebut, dari pesawatnya yang bekas-bekas dan masalah mereka akhir-akhir ini, maskapai X ini salah satu pesawatnya tersesat bulan lalu dan mendarat di bandara lain 7 mil/12 KM dari bandara seharusnya*, saya mulai de javu dengan cerita Adam Air dan Mandala dahulu). Atau kalau memang anti dengan Low Cost Airline, gunakan saja Full Service airline seperti maskapai G yang safetynya lebih terjamin dan jangan pikirkan kepentingan lain.
- Yang dulunya paling pintar soal ilmu agama, sekarang lupa dengan prinsip dasar ilmu agamanya yaitu tinggalkan hal yang meragukan. Ketika ada uang hasil margin yang meragukan itu, beliau-beliau malah mencari-cari jawaban apakah harta itu halal atau haram, beliau-beliau langsung bertanya pada atasan, guru ngaji, dll bahkan sampai berdebat dengan sesama tentang kehalalannya. Jika sudah banyak bertanya-tanya seperti itu berarti sudah ada nafsu ingin jawaban bahwa harta itu halal. Jika memang mengikuti prinsip tinggalkan hal yang meragukan, pasti langsung meninggalkannya membersihkan hartanya karena dari awal memang sudah bukan harta kita mengapa harus sayang dengan harta yang meragukan tersebut yang di luar dari uang lelah yang memang sudah hak menurut perjanjian awal? (Masih kurang uang lelahnya? Kalau kurang nanti kita bayar pajak lebih gede deh.. hihi)
- Yang dulunya ikut kepanitiaan tanpa pamrih, sekarang mengerjakan yang bukan jobdesknya dalam hal tugas negara mereka menolak dengan alasan ada orang lain yang digaji juga untuk mengerjakan jobdesk tersebut. (Ingat, ini tugas negara, uang rakyat)
Ingat masih banyak sekolah-sekolah rubuh di luar sana** dan proposal mereka untuk membangun sekolah ditolak terus karena alasan tidak adanya anggaran***. Padahal siswanya ga minta hotel berbintang dan kursi nyaman seperti di pesawat Garuda kok, cuma minta asal ga kehujanan aja pas belajar.
Kami para rakyat, menyisihkan sebagian dari gaji kami untuk membayar pajak yang 20%nya dialokasikan untuk pendidikan bukan untuk dihambur-hamburkan seperti ini. Setiap membayar pajak kami terus berharap negara ini berjalan ke arah yang lebih baik. Ketika sistem yang ada menerima penitipan uang dari rakyat seperti ini dan menghambur-hamburkannya tidak sesuai dengan tujuan dari rakyat yang menitipkannya, kami berharap ada yang masih ingat keadilan dan memperbaiki sistem, namun kenyataan yang ada malah sama-sama lupa dengan keadilan yang dulu banyak dituntut.
Intinya begini, mengapa perjalan dinas negara bisa seperti ini dan perjalanan dinas perusahaan tidak banyak menuai polemik adalah seperti ini:
- Perjalanan dinas negara didanai dari uang titipan dari jerih payah rakyat membayar pajak. Perjalanan dinas perusahaan didanai dari uang perusahaan itu sendiri.
- Sehingga ketika pada perjalanan dinas negara ada penghamburan dana, yang akan merasa dirugikan pasti adalah rakyat, dalam organisasi dinas itu sendiri tidak ada yang merasa dirugikan. Sementara rakyat tidak bisa protes walau dibodohi dan rakyat akan tetap sabar membayar pajak demi keberlanjutan perbaikan sekolah di negara ini walau sedikit.
- Ketika perjalanan dinas perusahaan didanai oleh uang perusahaan itu sendiri, maka akan mencari dana yang sangat sesuai dengan keadaan organisasi perusahaan dan segala kepentingan karena jika ada yang tidak sesuai, maka yang membuat tidak sesuai itu akan langsung mendapatkan protes dari dalam organisasi dan itu merugikan dirinya sendiri. Ketika ada penghamburan dana, itu adalah uang dari anggota organisasi perusahaan, maka anggota organisasi perusahaan itu pasti akan langsung protes ke yang menghamburkan dana dan mengucilkannya.
- Contoh sederhana seperti ini, misalkan saya dan sekelompok teman di Bandung akan mengadakan liburan ke Jogja, lalu kami udunan mengumpulkan uang dari uang kami. Lalu saya akan melakukan survey lokasi dan berangkat dari Bandung ke Jakarta dulu dan naik Garuda Indonesia ke Jogja untuk survey. Pasti saya akan dibunuh oleh teman-teman saya itu kan? Karena saya menghamburkan uang. Beda ceritanya jika kami menggunakan uang dari rakyat yang perbulan membayar pajak ke kami, pasti beda cerita kan?
Namun perlu diketahui juga tidak semuanya seperti itu, ada juga orang-orang yang terjebak dalam sistem tersebut dan tetap berusaha menegakkan keadilan semampu mereka minimal dari pribadi mereka sendiri. Banyak juga mereka yang terjebak tersebut menyisihkan harta-harta yang meragukan tersebut secara pribadi bahkan tanpa perlu diketahui orang lain. Mungkin dari luar mereka terlihat buruk tapi sebenarnya mereka baik kok. Percayalah, negeri ini sedang menuju ke arah yang lebih baik. :) Jadi bagi yang tidak merasa, tidak perlu marah kepada saya yang menulis, saya hanya ingin bertukar pikiran. Dan pasti ada dua tipe manusia setelah membaca tulisan ini, ada yang marah pada koruptor di negeri ini dan ada yang marah pada kami yang menulis. (Lho? Kok jadi begini?)
Saya sudah tidak kesal sehingga saya berhenti menulis di sini.
*Sebuah pesawat maskapai X tersebut membawa 96 penumpang dan kesemuanya selamat walau salah mendarat di bandara yang bukan seharusnya. Menurut laporan semuanya normal, yang salah hanya salah mendarat di bandara lain. Pilot dan kopilot nya adalah warga asing dan mengaku masih asing dengan daerah setempat sehingga ketika terbang dari selatan salah mengira bandara yang sebenarnya merupakan bandara militer. Padahal setau saya ketika dulu masih sering terbang virtual, setiap pesawat komersial itu menggunakan PMDG untuk menentukan rutenya jadi jika salah mendarat adalah ketika pesawat tidak memberikan informasi yang jelas tentang navigasi pesawat sehingga pilot mengira-ngira dan tidak mempercayai pesawatnya lagi. Karena hal tersebut, maskapai X tersebut sekarang sedang diaudit oleh KNKT tentang keselamatan penerbangannya.
**http://www.yiela.com/view/1434113/siswa-belajar-tidak-nyaman-sebab-bangunan-sekolah-mau-rubuh
**http://www.tempo.co/read/news/2012/07/31/179420362/Sekolah-Roboh-Siswa-Belajar-di-Bawah-Pohon
**http://www.tempo.co/read/news/2012/06/12/214410109/Sekolah-Roboh-Polisi-Akan-Panggil-Saksi-Ahli
**http://www.tempo.co/read/news/2011/05/24/057336475/Bangunan-SDN-Batu-Tulis-04-Bogor-Ambruk
**http://www.poskotanews.com/2012/11/29/gedung-sekolah-rusak-murid-sdn-belajar-di-masjid/
**http://pendidikan.pelitaonline.com/news/2012/11/23/sekolah-rusak-berat-siswa-sdn-di-ngawi-belajar-di-teras-kelas#.UL6im0w-bcc
**http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/11/09/135066/Sekolah-Rusak-Siswa-Belajar-di-Rumah-Warga
**http://manteb.com/berita/9468/Sekolah.Rusak.Siswa.Terpaksa.Belajar.di.Gudang
***http://www.tempo.co/read/news/2012/11/23/079443717/Gedung-SD-Beratap-Seng-dan-Berdinding-Bambu
***http://www.tempo.co/read/news/2012/10/05/079434006/Hujan-Deras-Pertam-Gedung-Sekolah-Rubuh-di-Jember
Muhammad Yusuf
Rakyat.
Pernah menerbangi rute virtual Garuda Indonesia London - Paris jadi sedikit tahu tentang dunia penerbangan.
Menulis di sini karena ingin rasanya mengobrol langsung dengan mereka agar kita bisa bertukar pikiran sehingga sama-sama memperbaiki diri. Bukan karena ingin berperang tapi ingin mengajak bertukar pikiran.
Legenda ini sangat sering saya lihat di televisi atau di internet, legenda mahsyur tentang mereka yang memiliki dunia yang sangat menyenangkan. Legenda yang membuat kita sadar bahwa mereka adalah #225 dan kita adalah #000.
Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya tegaskan bahwa tulisan ini adalah murni persfektif saya mengenai kehidupan dunia ini, adalah hak semua manusia untuk bisa menerima dan menerjemahkan kehidupannya masing-masing.
Lanjut...
Adalah sebuah fakta yang menyakitkan kala kita melihat gedung-gedung sekolah yang runtuh, anak-anak yang mengamen di jalanan saat jam sekolah, biaya pendidikan yang dirancang untuk membodohkan rakyat.. Semua itu kontras dengan begitu glamornya kehidupan mereka, yang sedang melaksanakan perjalanan dinas.
Hari ini, legenda itu telah saya temukan. Legenda yang membuat mereka makin terlena dalam kehampaan, kenyang dalam kekosongan. Legenda Korupsi Perjalanan Dinas.
Mari kita cermati beberapa trik licik yang mereka, para legendaris, lakukan untuk menjadikan diri mereka semakin melegenda dalam kehidupan berkebangsatan Indonesia.
Trik #1
Mengelabui laporan perjalanan pulang - pergi dengan asumsi-asumsi yang sangat menyedihkan. Salah satu asumsi yang sedang booming saat ini adalah memukul rata ongkos pulang dan pergi. Jika ongkos pergi IDR 2.000.000, maka ongkos pulang memiliki nilai yang sama.
Lalu apa triknya?
Iya, mereka pulang dengan cara yang lebih murah meriah, sehingga didapat margin yang cukup besar.
Lalu apa curangnya?
Iya, mereka mencari-cari dengan sengaja dan begitu menggebu-gebu cara pergi yang sangat mahal dan cara pulang semurah-murahnya.
Menyedihkan?
Sangat, ketika perjalanan misal:
- Untuk pergi ke kota B dari kota A, tidak bisa langsung, harus transit.
- Opsi paling logis adalah dari kota A naek pesawat ke kota C, lalu kereta ke kota B.
Lalu mereka memilih jalan dari kota A ke kota J lalu ke kota B dengan ongkos lebih mahal sekitar 300% dan memakan waktu lebih lama 4x lipat. Apa ini? Tolol?
Trik #2
Memanfaatkan waktu dinas untuk berwisata.
*Trik ini belum terpecahkan* Jika menggunakan uang sendiri itu fair, jika menggunakan uang rakyat itu zhalim.
Trik #3 dan selanjutnya silahkan ditambahkan.
Lalu apakah ini termasuk korupsi?
Saya bukan KPK saya bukan Polisi, saya hanya rakyat biasa yang sedang belajar berpuisi.
Semoga tulisan ini bermanfaat, semoga mereka tetap melegenda.
[UPDATE 04/12/2012]
Trik #3
Yang satu ini membutuhkan keahlian yang cukup advance, karena berhubungan dengan teknologi dan niat korupsi yang begitu menggebu-gebu..
Caranya, peserta dinas membeli tiket pesawat online, setelah tiket dicetak, tiket difoto copy lalu harganya dimanipulasi (ditimpa) dengan harga yang lebih mahal..
Misal tiket dari A ke B itu hargayna IDR 800.000, lalu ditimpa jadi IDR 4.000.000 lalu dikumpulkan ke panitia yang akan memberikan dana akomodasi bagi para peserta dinas.
Wow banget kan?
Trik #4
Yang berperan pada trik ini adalah sistem yang vulnerable dan kotor. Sangat keji dan mungkar. Dan membuat otak kita berputar bolak balik sumbu x di rotasi ke z lalu translasi ke y.
Caranya adalah, memutar-mutar peserta.
Apa yang diputar? Lokasi.
Sebuah proyek pemerintah dengan target tersebar di seluruh Indonesia, pasti membutuhkan perjalanan dinas untuk menjangkau tiap wilayah. Yang jadi busuk adalah ketika lokasi mereka di tukar-tukar.
Misal (ini misal ya, bukan nyindir) : Pelatihan di Jawa, peserta dari medan. Pelatihan di makasar peserta dari kalimantan. Pelatihan di medan peserta dari Australi kalee yaa.. hahhaha
Bingung kan?
Lalu buat apa jika penyelenggara harus keliling Indonesia sementara pesertanya juga harus sama2 ikut berputar-putar mengelilingi Indonesia?
Ya tentunya supaya ada anggaran perjalanan dinas donggggg.. buat apa lagi..
[UPDATE 05/12/2012]
Seiring semakin berkembangnya tulisan ini, saya mendapatkan informasi dan data yang cukup menyengat dari owner blog tetangga (Ruang Chupa)
Berikut rentetan kata yang dibalut penuh makna:
Saya rakyat yang lagi kesal, jadi saya ingin berpartisipasi menulis di sini:
Sekarang, saya malah jadi muak kalau mendengar yel-yel mahasiswa yang sedang berisik turun ke jalan menuntut keadilan. Saya sekarang tahu sendiri bahwa mereka yang banyak menuntut itu ternyata dahulu tujuannya bukan ingin membawa negeri ini ke arah yang lebih baik, melainkan hanya iri dengan kenikmatan kehidupan di atas sana. Karena setelah mereka diberi kenikmatan kehidupan di atas sana juga, mereka akan menjadi yang paling diam dan paling tidak mau mendengarkan dan memikirkan keadilan yang mereka tuntut dahulu. Saya lebih terharu dan bangga mendengar mahasiswa-mahasiswa yang diam dan mendonorkan darahnya, tidak buang sampah sembarangan, memberi bantuan makanan ke anak jalanan yang kelaparan, ikut kerja bakti membersihkan saluran air, membersihkan pantai, belajar untuk bisa bermanfaat bagi orang banyak, ga nyontek pas ujian, memberikan pelatihan pada guru-guru tanpa pamrih.
" Saya tau pasti bagaimana berisiknya mereka menuntut dahulu dan bagaimana diam tak mendengarnya sekarang. "
Saya sedih dan merasa menjadi bodoh ketika semisal:
- Perjalanan dari kota A ke kota B. Karena mereka tidak mau kelelahan sepulangnya nanti (padahal mereka dibayar itu untuk membayar kelelahan mereka), maka mereka naik pesawat. Ada bandara di kota A dan tidak ada rute pesawat ke kota B, hanya ada ke kota C yang jaraknya dekat ditempuh dengan commuter line dari kota B. Namun mereka yang notabene pintar itu lebih memilih menambah waktu 4 jam bermacet-macet ria dulu ke kota J entah untuk mendapatkan pilihan maskapai lebih banyak untuk mencapai ke kota B sehingga mungkin bisa pilih-pilih tiket berangkat yang lebih cocok sesuai dengan yang telah disebutkan rekan Gilang di atas sebelum tulisan saya ini. Dan perjalanan pulang? Sampai ada ide untuk naik bis saja supaya ada margin (lelah?).
- Perjalanan dari kota D ke kota E. Biasanya dalam perjalanan dinas seperti itu, tidak semuanya berniat aneh, ada saja yang polos dan tidak nyaman dengan segala keanehan yang ada. Ketika ada seseorang dari mereka menanyakan tentang pilihan jadwal dan maskapai yang lain karena yang dipilihkan oleh koordinator perjalanan mereka dianggap tidak sesuai dari jadwal dan harga, koordinator perjalanan yang notabenenya pintar itu beralasan pilihan penerbangan dari kota D ke kota E itu hanya sedikit. Padahal saya yang sedang dibodohi ini tahu persis bahwa kota E itu adalah tujuan penerbangan yang paling padat di Indonesia setelah Surabaya. (Penerbangan di Indonesia ini padat banget lhooo.. Sampai2 Lion Air mau menggunakan B747-400 untuk menerbangi Jakarta - Surabaya. Lion sekarang sedang dalam langkah pemesanan pesawat bekas dari maskapai lain). Saya cek sendiri, ternyata selama 24 jam non stop rata-rata setiap 20 menit ada jadwal penerbangan yang menerbangi antara kota D dan kota E tersebut (banyak sekali, asal tidak pertimbangkan soal keinginan berwisata terlebih dahulu dan memilih-milih maskapai tertentu).
- Perjalanan dari kota E ke kota F. Ada rute menggunakan maskapai L dan menggunakan maskapai X, jadwal dan harga mirip-mirip. Hanya saja maskapai L tersebut adalah Low Cost Airline sedangkan maskapai X adalah medium service airline. Padahal mereka pintar, dan saya hanya rakyat, tapi mereka memilih menggunakan maskapai X yang saya tahu maskapai tersebut kebanyakan pesawatnya adalah pesawat bekas dan ada yang sampai sudah berpindah-pindah kepemilikan 9 kali. Rata-rata umur pesawat X adalah 20.8 tahun. Padahal si maskapai L itu pesawatnya baru-baru langsung beli dari Boeingnya, bahkan paling canggih di kelasnya. Rata-rata umur pesawatnya masih 1,9 tahun. Bahkan saya sendiri beberapa hari yang lalu naik si maskapai L itu pesawatnya baru berumur 1 bulan! :D Setelah saya analisa ternyata memang ada kepentingan lain dari mereka dan maskapai X. (Padahal kalau saya sendiri mulai melihat ketidak beresan dari maskapai X tersebut, dari pesawatnya yang bekas-bekas dan masalah mereka akhir-akhir ini, maskapai X ini salah satu pesawatnya tersesat bulan lalu dan mendarat di bandara lain 7 mil/12 KM dari bandara seharusnya*, saya mulai de javu dengan cerita Adam Air dan Mandala dahulu). Atau kalau memang anti dengan Low Cost Airline, gunakan saja Full Service airline seperti maskapai G yang safetynya lebih terjamin dan jangan pikirkan kepentingan lain.
- Yang dulunya paling pintar soal ilmu agama, sekarang lupa dengan prinsip dasar ilmu agamanya yaitu tinggalkan hal yang meragukan. Ketika ada uang hasil margin yang meragukan itu, beliau-beliau malah mencari-cari jawaban apakah harta itu halal atau haram, beliau-beliau langsung bertanya pada atasan, guru ngaji, dll bahkan sampai berdebat dengan sesama tentang kehalalannya. Jika sudah banyak bertanya-tanya seperti itu berarti sudah ada nafsu ingin jawaban bahwa harta itu halal. Jika memang mengikuti prinsip tinggalkan hal yang meragukan, pasti langsung meninggalkannya membersihkan hartanya karena dari awal memang sudah bukan harta kita mengapa harus sayang dengan harta yang meragukan tersebut yang di luar dari uang lelah yang memang sudah hak menurut perjanjian awal? (Masih kurang uang lelahnya? Kalau kurang nanti kita bayar pajak lebih gede deh.. hihi)
- Yang dulunya ikut kepanitiaan tanpa pamrih, sekarang mengerjakan yang bukan jobdesknya dalam hal tugas negara mereka menolak dengan alasan ada orang lain yang digaji juga untuk mengerjakan jobdesk tersebut. (Ingat, ini tugas negara, uang rakyat)
Ingat masih banyak sekolah-sekolah rubuh di luar sana** dan proposal mereka untuk membangun sekolah ditolak terus karena alasan tidak adanya anggaran***. Padahal siswanya ga minta hotel berbintang dan kursi nyaman seperti di pesawat Garuda kok, cuma minta asal ga kehujanan aja pas belajar.
Kami para rakyat, menyisihkan sebagian dari gaji kami untuk membayar pajak yang 20%nya dialokasikan untuk pendidikan bukan untuk dihambur-hamburkan seperti ini. Setiap membayar pajak kami terus berharap negara ini berjalan ke arah yang lebih baik. Ketika sistem yang ada menerima penitipan uang dari rakyat seperti ini dan menghambur-hamburkannya tidak sesuai dengan tujuan dari rakyat yang menitipkannya, kami berharap ada yang masih ingat keadilan dan memperbaiki sistem, namun kenyataan yang ada malah sama-sama lupa dengan keadilan yang dulu banyak dituntut.
Intinya begini, mengapa perjalan dinas negara bisa seperti ini dan perjalanan dinas perusahaan tidak banyak menuai polemik adalah seperti ini:
- Perjalanan dinas negara didanai dari uang titipan dari jerih payah rakyat membayar pajak. Perjalanan dinas perusahaan didanai dari uang perusahaan itu sendiri.
- Sehingga ketika pada perjalanan dinas negara ada penghamburan dana, yang akan merasa dirugikan pasti adalah rakyat, dalam organisasi dinas itu sendiri tidak ada yang merasa dirugikan. Sementara rakyat tidak bisa protes walau dibodohi dan rakyat akan tetap sabar membayar pajak demi keberlanjutan perbaikan sekolah di negara ini walau sedikit.
- Ketika perjalanan dinas perusahaan didanai oleh uang perusahaan itu sendiri, maka akan mencari dana yang sangat sesuai dengan keadaan organisasi perusahaan dan segala kepentingan karena jika ada yang tidak sesuai, maka yang membuat tidak sesuai itu akan langsung mendapatkan protes dari dalam organisasi dan itu merugikan dirinya sendiri. Ketika ada penghamburan dana, itu adalah uang dari anggota organisasi perusahaan, maka anggota organisasi perusahaan itu pasti akan langsung protes ke yang menghamburkan dana dan mengucilkannya.
- Contoh sederhana seperti ini, misalkan saya dan sekelompok teman di Bandung akan mengadakan liburan ke Jogja, lalu kami udunan mengumpulkan uang dari uang kami. Lalu saya akan melakukan survey lokasi dan berangkat dari Bandung ke Jakarta dulu dan naik Garuda Indonesia ke Jogja untuk survey. Pasti saya akan dibunuh oleh teman-teman saya itu kan? Karena saya menghamburkan uang. Beda ceritanya jika kami menggunakan uang dari rakyat yang perbulan membayar pajak ke kami, pasti beda cerita kan?
Namun perlu diketahui juga tidak semuanya seperti itu, ada juga orang-orang yang terjebak dalam sistem tersebut dan tetap berusaha menegakkan keadilan semampu mereka minimal dari pribadi mereka sendiri. Banyak juga mereka yang terjebak tersebut menyisihkan harta-harta yang meragukan tersebut secara pribadi bahkan tanpa perlu diketahui orang lain. Mungkin dari luar mereka terlihat buruk tapi sebenarnya mereka baik kok. Percayalah, negeri ini sedang menuju ke arah yang lebih baik. :) Jadi bagi yang tidak merasa, tidak perlu marah kepada saya yang menulis, saya hanya ingin bertukar pikiran. Dan pasti ada dua tipe manusia setelah membaca tulisan ini, ada yang marah pada koruptor di negeri ini dan ada yang marah pada kami yang menulis. (Lho? Kok jadi begini?)
Saya sudah tidak kesal sehingga saya berhenti menulis di sini.
*Sebuah pesawat maskapai X tersebut membawa 96 penumpang dan kesemuanya selamat walau salah mendarat di bandara yang bukan seharusnya. Menurut laporan semuanya normal, yang salah hanya salah mendarat di bandara lain. Pilot dan kopilot nya adalah warga asing dan mengaku masih asing dengan daerah setempat sehingga ketika terbang dari selatan salah mengira bandara yang sebenarnya merupakan bandara militer. Padahal setau saya ketika dulu masih sering terbang virtual, setiap pesawat komersial itu menggunakan PMDG untuk menentukan rutenya jadi jika salah mendarat adalah ketika pesawat tidak memberikan informasi yang jelas tentang navigasi pesawat sehingga pilot mengira-ngira dan tidak mempercayai pesawatnya lagi. Karena hal tersebut, maskapai X tersebut sekarang sedang diaudit oleh KNKT tentang keselamatan penerbangannya.
**http://www.yiela.com/view/1434113/siswa-belajar-tidak-nyaman-sebab-bangunan-sekolah-mau-rubuh
**http://www.tempo.co/read/news/2012/07/31/179420362/Sekolah-Roboh-Siswa-Belajar-di-Bawah-Pohon
**http://www.tempo.co/read/news/2012/06/12/214410109/Sekolah-Roboh-Polisi-Akan-Panggil-Saksi-Ahli
**http://www.tempo.co/read/news/2011/05/24/057336475/Bangunan-SDN-Batu-Tulis-04-Bogor-Ambruk
**http://www.poskotanews.com/2012/11/29/gedung-sekolah-rusak-murid-sdn-belajar-di-masjid/
**http://pendidikan.pelitaonline.com/news/2012/11/23/sekolah-rusak-berat-siswa-sdn-di-ngawi-belajar-di-teras-kelas#.UL6im0w-bcc
**http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/11/09/135066/Sekolah-Rusak-Siswa-Belajar-di-Rumah-Warga
**http://manteb.com/berita/9468/Sekolah.Rusak.Siswa.Terpaksa.Belajar.di.Gudang
***http://www.tempo.co/read/news/2012/11/23/079443717/Gedung-SD-Beratap-Seng-dan-Berdinding-Bambu
***http://www.tempo.co/read/news/2012/10/05/079434006/Hujan-Deras-Pertam-Gedung-Sekolah-Rubuh-di-Jember
Muhammad Yusuf
Rakyat.
Pernah menerbangi rute virtual Garuda Indonesia London - Paris jadi sedikit tahu tentang dunia penerbangan.
Menulis di sini karena ingin rasanya mengobrol langsung dengan mereka agar kita bisa bertukar pikiran sehingga sama-sama memperbaiki diri. Bukan karena ingin berperang tapi ingin mengajak bertukar pikiran.
(http://ltheordinary.blogspot.co.id/2012/11/legenda-korupsi-perjalanan-dinas.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar