Setelah hampir 1 tahun ikut ngAleut!, akhirnya muncul juga tulisan untuk pertama kalinya.
Hehe…
Seperti isi SMS dari Indra, pagi itu para pegiat Aleut! udah pada ngumpul di depan Stasiun Bandung. Dari Stasiun Bandung para pegiat menggunakan kereta menuju Padalarang. Siapa sangka kalau objek yang akan kita tuju kali ini merupakan PERUSAHAAN KERTAS PERTAMA di Hindia-Belanda, yaitu PT. KERTAS PADALARANG (Persero).
PT KERTAS PADALARANG (Photo by: Ayu 'Kuke' Wulandari)
PT. KERTAS PADALARANG (Photo by: Ayu 'Kuke' Wulandari)
Kali ini saya akan menceritakan sedikit Sejarah dari PT. KERTAS PADALARANG (Persero). Pada awalnya pabrik ini bernama Naamloze Vennootschaap (NV) Papierfabrieken Padalarang dengan Direktur pertamanya yaitu Ir. C.W.J. Hoyer. Perusahaan ini sendiri merupakan cabang dari NV. Papierfabrieken Nijmegen yang ada di negri Belanda sana.
Ir. C.W.J. Hoyer (Direktur Pertama NV. Papierfabrieken Padalarang)
Kenapa Belanda memilih daerah Padalarang??
Pada dasarnya selain menggunakan serat sebagai bahan baku, air juga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembuatan kertas. Setelah Belanda melakukan penelitian, maka ditemukanlah sebuah sumber air disebuah bukit yang dapat memenuhi kebutuhan industri. Sumber air ini dapat mengeluarkan air sebanyak 18 liter/detik. Kemudian air ini dialirkan melalui pipa-pipa besar sejauh 5 kilometer menuju bak penampungan yang berada disekitar pabrik.

Penampungan Air yang sudah tidak terpakai (Photo by: Ayu 'Kuke' Wulandari)
Perkembangan NV. Papierfabrieken Padalarang
Semenjak awal berdiri, perusahaan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan pada tahun 1935 dengan dibukanya sebuah cabang di Leces, Probolinggo – Jawa Timur. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1958 seluruh perusahaan-perusahaan milik Belanda yang ada di Indonesia diambil alih oleh pemerintaha. NV. Papierfabrieken Padalarang salah satunya. Pada tahun 1960 perusahaan ini resmi berubah nama menjadi Perusahaan Negara (PN) Kertas Padalarang. Sedangkan untuk cabang yang ada di Leces dilepas menjadi badan usaha yang mandiri dengan nama PN Kertas Leces. Dan kemudian berubah lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT) Kertas Padalarang dan PT Kertas Leces.
Walaupun berada dibawah pengawasan Kementrian BUMN, kondisi kedua perusahaan ini kondisinya sangat memprihatinkan. Semenjak 8 bulan yang lalu (sekitar Juni 2010) PT. KERTAS LECES yang memiliki pekerja sebanyak 2000 orang ini tidak lagi beroperasi karena pasokan gas nya diputus akibat tunggakan sebesar 41 milyar rupiah. Padahan gas alam merupakan Bahan Bakar Utama bagi PT. KERTAS LECES. Beruntung PT. KERTAS PADALARANG masih sanggup bertahan sampai saat ini dengan jumlah pekerja sekitar 350 orang saja.
PT. KERTAS LECES

Kondisi PT. KERTAS PADALARANG (Persero) saat ini….
PT KERTAS PADALARANG ini hanya memproduksi kertas security, seperti kertas ijazah, kertas cukai rokok, kertas sertifikat, kertas cek, dll yang hanya diorder oleh Pemerintah saja dan tidak melayani permintaan swasta, karena keterbatasan tenaga kerja dan kodisi mesin yang sudah sangat tua.
Rumah Residen yang saat ini digunakan sebagai Poliklinik PT KERTAS PADALARANG (Photo by: Ayu 'Kuke' Wulandari)

Suasana bangunan kantor dan pabrik saat ini tidak banyak mengalami perubahan semenjak perusahaan ini berdiri. Namun yang sangat disayangkan, banyak gedung-gedung yang kondisinya sangat memprihatinkan. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya untuk melakukan renovasi bangunan tersebut.
Setelah menyusuri gedung-gedung perkantoran milik PT. KERTAS PADALARANG, kini saatnya para pegiat Aleut! diajak masuk ke dalam kawasan pabrik. Tetapi karena peraturan dari pihak perusahaan yang melarang membawa masuk kamera, sehingga tidak ada gambar/foto yang dapat diabadikan… :(
Pintu Gerbang Masuk PT. KERTAS PADALARANG (Photo by Yandhi Dephol)

Mulai dari Gudang Penyimpanan Bahan Baku. Di sini terdapat tumpukan pulp yang merupakan bahan mentah setengah jadi sebelum menjadi kertas yang berasal dari kayu. Kemudian pulp tadi di masukkan kedalam mesin penghancur dan di campur dengan air. Sehingga berbentuk mirip seperti bubur. Setelah itu bubur kertas tadi masuk ke dalam mesin besar berikutnya sehingga menjadi kertas dalam ukuran gulungan besar. Gulungan kertas yang besar tadi selanjutnya di potong sesuai dengan permintaan dan kebutuhan.  Dan siap dikemas untuk didistribusikan. (http://tigoampeklimo.wordpress.com/)