Jumat, 10 Oktober 2014

Kisah Kayu Ulin dan Naga Kembar dari Pulau Kaget


Fenomena naga memang binatang khas yang identik dengan keberadaan etnis Tionghoa, termasuk juga di tanah air. Proses asimilasi kultur yang berlangsung lama di tanah air ini juga melahirkan cerita naga.

Salah satu legenda naga yang diwariskan turun temurun adalah kisah "Naga Kembar di Pulau Kaget", sebuah pulau yang terletak di sebuah delta di tengah-tengah sungai Barito, termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau Kaget ini terletak dekat muara sungai Barito dan merupakan pulau cagar alam yang ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976 dengan luas 85 Ha.

Kondisi alam pulau ini cukup kritis karena adanya penebangan pohon, khususnya pohon rambai padi yang merupakan sumber makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus), sejenis kera hidung panjang yang merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

Seperti dilansir dari berangja.blogspot, begitu juga cerita di blog lainnya, pulau kaget ini juga memiliki kisah yang melegenda terkait keberadaan pulau.  Diceritakan bahwa pada zaman dahulu kala ada dua orang bersaudara kembar yang bernama Sutakil dan Sutakul.

Keduanya tengah berada di Pulau Kaget untuk menebang empat batang kayu ulin yang tumbuh di pulau angker tersebut. Ketika itu keduanya telah berhasil menebang tiga batang kayu ulin dan tengah menyelesaikan penebangan kayu ulin yang keempat.

Konon dalam ceritanya, kayu ulin yang keempat ini sangat sulit ditebang, batangnya sangat besar dan sangat keras. Sudah satu minggu Sutakil dan Sutakul menebangnya, tapi kayu ulin dimaksud belum juga berhasil ditumbangkan. Sutakil dan Sutakul menjadi penasaran tapi keduanya sudah bertekad pantang menyerah.

Kayu ulin yang mereka tebang ketika itu sesungguhnya bukan kayu ulin biasa, getah yang keluar dari bekas tebangannya berwarna merah dan mengeluarkan bau anyir persis seperti darah.

Dari kisah ini, suatu ketika Sutakil iseng-iseng melemparkan potongan kayu ulin bekas tebangannya itu ke dalam perapian. Muncul keanehan yang cukup mengagetkan, dari sana keluar bau gurih seolah dari daging yang terpanggang.

Sutakil yang merasa penasaran kemudian mengambil potongan kayu ulin yang terbakar itu, kemudian mencicipi atau mencecapkan rasanya di lidah, ternyata potongan kayu ulin dimaksud terasa lezat persis seperti daging panggang pada umumnya. Begitulah, sejak saat itu Sutakil dan Sutakul menjadikan bekas tebangan pohon ulin dimaksud sebagai lauk-pauk teman makan nasi mereka.

Namun akibatnya ulah saudara kembar ini, sungguh fatal, ketika suatu pagi setelah bangun, keduanya tiba-tiba berubah wujud menjadi dua ekor naga. Ternyata bekas tebangan kayu ulin yang mereka makan sebagai daging panggang dimaksud tidak lain adalah potongan tubuh dari seekor naga jelmaan.

Dari sinilah legenda dua pulau kembar dari pulau kaget ini berada. Karena kekagetan dua saudara kembar ini yang konon kemudian menjelma enjadi ular, sehingga pulau ini juga disebut pulau kaget.

Konon, menurut pandangan mata batin sejumlah paranormal di kota Banjarmasin, naga kembar jelmaan dari Sutakil dan Sutakul yang dimaksud hingga sekarang masih menjadi penunggu tetap Pulau Kaget yang angker itu. Pulau Kaget sendiri terletak di tengah-tengah Sungai Barito dan kini dikenal sebagai salah satu obyek wisata andalan daerah Kalimantan selatan.

Sebuah eindahan panorama yang berbalut legenda dan tradisi yang hampir terjadi di setiap daerah di nusantara yang kaya ini. Legenda yang juga menunjukkan bahwa cerita naga ini menjadi bagian dari kedekatan orang Tionghoa dengan masyarakat Banjar yang juga sudah lama sejak dulu.

Legenda ini juga memberi pesan bahwa jangan menebang pohon, menggunduli hutan tanpa perhitungan dan upaya memelihara dan reboissasi, akibatnya pasti fatal dan merugikan masyarakat itu sendiri, termasuk kayu ulin yang merupakan kayu keras dan kuat andalan hutan kalimantan ini. (
http://alfie-spanyol.blogspot.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar