ADA banyak angkutan kota (angkot) menggunakan mini bus yang beroperasi di Kota Medan – di antaranya KPUM, Rahayu, Gajah Mada, Desa Maju, Morina, Medan Bus, Nasional, Povri, dll – tapi orang Medan sejak dulu menyamakan semua nama angkot itu dengan kata Sudako. Bagaimana ceritanya?
Sudako memang akrab bagi warga Medan. Jauh sebelum moda transportasi umum bertambah banyak seperti sekarang – taksi, becak mesin, dan tentu saja angkot bermerk lain – Sudako menjadi sarana transportasi andalan warga Medan, selain becak dayung dan bemo tentunya. Awalnya, penamaan Sudako hanya untuk angkot berwarna kuning saja. Lama kelamaan, hampir semua angkot disebut dengan Sudako.
Setelah kami coba telusuri di internet, hampir tak ada referensi baku mengenai hal ini selain sepenggal informasi yang ada di wikipedia. Selain itu, ada sedikit informasi lain dari sebuah blog. Lucu juga rasanya tak ada yang membukukan sejarah angkutan kota yang sangat fenomenal di Kota Medan ini.
Ya, Sudako memang fenomenal. Tak berlebihan rasanya menyebutkan mungkin tak ada warga Medan yang tak mengenal Sudako. Moda transportasi yang kalau dipaksa bisa mengangkut hingga 20 penumpang ini dengan mudahnya bisa Anda temukan di Medan. Malah, saking banyaknya populasinya, Sudako dituding sebagai salah satu biang kemacetan di Kota Medan.
Tudingan yang bukan tanpa alasan. Sudako memang sering kali slonong boy di jalanan. Padahal, populasi Sudako di Medan jumlahnya ribuan unit. Hanya sedikit sopir Sudako yang patuh pada rambu lalu lintas. Sisanya bak raja jalanan. Menaik turunkan penumpang sesukanya, kebut-kebutan sesama sopir, menerobos lampu lalu lintas, bisa berhenti di mana saja, dan parahnya lagi, si sopir kalau sudah kebelet bisa pipis di mana saja. Tinggal buka pintu depan kanan, lalu dengan cueknya si sopir mengencingi roda depan mobilnya sendiri! Selebihnya, tak usah dijelaskan lagi.
Cukuplah cerita soal perilaku sopir Sudako. Kali ini kita hanya ingin membongkar sedikit mengenai asal usul kata Sudako. Karena tanpa referensi baku, asal usul kata Sudako ini lalu kami coba bakukan dari sejumlah informasi dari mulut ke mulut saja.
Ada yang menyebutkan, kata Sudako merupakan singkatan dari kalimat Sumatera Daihatsu Company (Sudaco dan kemudian dibaca menjadi Sudako). Ini mungkin ada benarnya. Bisa jadi angkutan umum pertama di Medan menggunakan mobil bermerk Daihatsu buatan Jepang.
Di Wikipedia, tercatat Sudako pertama menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 tak kapasitas 500cc. Di Jepang, type ini untuk pertama kali dijual pada tahun 1972. Sekarang ini, Daihatsu type ini sudah jarang terlihat, apalagi yang masih berbentuk Sudako. Jenis mobil ini kini banyak digunakan tukang duplikat kunci. Bagi Anda yang tidak sempat mengenalnya, mungkin olok-olokan nama Daihatsu Truntung bisa lebih mudah membayangkannya. Dinamakan begitu karena suara yang keluar dari knalpotnya trungggggg… tung… tung… tung… tung…
Sudako Daihatsu S38 ini merupakan modifikasi dari mobil pick up. Bagian belakangnya ditambahkan body berbahan plat dilengkapi kaca yang bisa digeser di kedua sisinya. Di belakang, diletakkan dua buah kursi panjang. Pintu masuk belakang dibiarkan terbuka tanpa penutup. Penumpangnya duduk berhadapan. Saking sempitnya, lutut penumpang yang berhadapan sering kali terpaksa bergesekan.
Setelah Daihatsu S38, muncul Daihatsu Hijet 55 Wide dan kemudian diikuti Daihatsu Hijet 1.000. Karena faktor usia, perlahan jenis S38 menghilang dan digantikan dengan minibus keluaran lebih baru.
Meski menyusahkan, situasi begini ada juga untungnya. Ruang yang sempit sering kali menjadi pembuka komunikasi antar penumpang yang tak saling mengenal. Karena armada Sudako masih sedikit, sering kali penumpang bertemu kembali keesokan harinya. Malah tak jarang Sudako menjadi ajang bertukar informasi bagi kaum ibu. Misalnya perbedaan harga bahan pokok di pasar A dan di pasar B. Di Sudako, meski tak saling kenal, kaum ibu anteng-anteng saja berdiskusi mengenai harga cabai, misalnya. Ya persis diskusi kaum bapak di warung kopi lah.
Masih mengutip Wikipedia, trayek pertama kali Sudako adalah Lin 01, (Lin sama dengan trayek) yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah (Jalan HM. Joni), Jalan Amaliun (via Jalan Ismailiyah) dan terminal Sambu, terminal pusat pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang di Medan.
Selain berasal dari kalimat Sumatera Daihatsu Company, ada juga yang menyebutkan Sudako merupakan singkatan kata Suzuki, Daihatsu dan Colt (Mitsubishi). Angkutan umum di Medan pada era tahun 60 hingga 70an didominasi ketiga merk tersebut. Selain Daihatsu S38, masih ingat kan pada Bemo yang di negeri asalnya disebut Daihatsu Midget? Tahun 60an hingga 80an, Bemo masih merajai jalanan Kota Medan. Malah, Bemo pernah diandalkan menjadi transportasi Medan-Pangkalan Brandan.
Nah, begitulah sedikit penjelasan kenapa angkutan umum di Medan dinamakan Sudako. Ia menjadi nama generik untuk menyebutkan minibus yang digunakan menjadi angkutan kota. Walau sekarang sudah banyak perusahaan angkutan kota yang berbeda nama, perusahaan, dan warna, warga Medan tetap menamai angkutan kota – meski menggunakan Toyota Kijang, Isuzu Panther, Daihatsu Zebra, Espass, bahkan Gran Max, Suzuki Carry – dengan nama Sudako.
(disadur dari www.medantalk.com dan http://greentravelers.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar