Minggu, 22 Maret 2015

Bandung Bondowoso dan Mitos Perawan Tua

Legenda ini amat akrab di telinga saya. Sumbernya saya dapat dari beberapa buku maupun cerita dari mendiang mbah kung. Salah satu versi yang saya ingat adalah pemuda yang bernama Joko Bandung dari Kerajaan Pengging (masuk wilayah Jawa Tengah).
Ia dikisahkan pernah berduel dengan seorang raksasa sakti yang bernama Bondowoso. Ilmu kanuragan keduanya sama-sama tinggi. Bondowoso akhirnya kalah dan terbunuh. Ia meminta izin agar rohnya menyatu dalam tubuh Joko Bandung dan menginginkan namanya digabung dengan Joko Bandung. Pemuda itu sepakat dengan nama barunya, Bandung Bondowoso. Kesaktiannya pun kian tak tertandingi.
Singkatnya, Bandung Bondowoso membantu ayahnya, Raja Pengging, untuk menggempur sebuah kerajaan di daerah Prambanan (antara Klaten dan Jogjakarta). Misi mereka adalah menundukkan Raja Boko. Sang raja dari Prambanan itu akhirnya gugur di tangan Bandung Bondowoso.
Ketika memasuki istana keputren, Bandung Bondowoso melihat seorang perempuan muda yang aduhainya tak terkira. Ia adalah Roro Jonggrang. Love at the first sight langsung menyelingkupi Bandung Bondowoso.
Ia bermaksud meminang dan menikahi Roro Jonggrang. Namun, putri jelita itu sebenarnya menaruh rasa enggan. Sebab, Bandung Bondowoso adalah orang yang membunuh ayah Roro Jonggrang. Di sisi lain, ia tak berani menolak pinangan Bandung Bondowoso dengan alasan keselamatan nyawanya.
Roro pun mencari alasan. Ia bersedia dinikahi Bandung Bondowoso dengan mengajukan syarat. Yakni, proyek pembangunan seribu candi dan dua sumur yang amat dalam. Megaproyek ini harus rampung dalam waktu semalam sebelum ayam jantan berkokok pertanda fajar tiba. Tentu saja ini permintaan yang sangat berat dan terdengar mustahil.
Tetapi, Bandung Bondowoso tak kurang akal. Ia meminta bantuan makhluk halus untuk melaksanakannya. Para jin itu akhirnya memulai pembangunan candi tersebut satu per satu dengan kecepatan yang luar biasa. Proyek ini harus lebih cepat dan selesai sesuai agenda, tidak seperti proyek Wisma Atlet di Hambalang.
Melihat itu, Roro Jonggrang cemas. Apalagi, jauh sebelum fajar tiba, jumlah candi itu hampir mendekati seribu. Tak sudi menikah dengan Bandung Bondowoso, Roro meminta bantuan para gadis setempat. Mereka diminta memukulkan lesung padi yang bakal menggugah insting ayam untuk berkokok.
Maka, saat lesung-lesung itu dipukulkan, seketika ayam-ayam berkokok. Otomatis, hasrat Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi pun pupus. Padahal, tinggal sedikit lagi, pembangunan tersebut bakal selesai.
Ia murka dan mengutuk Roro Jonggrang. Seketika jadilah Roro Jonggrang membatu, menjadi candi. Candi ini juga diberi nama Candi Prambanan. Sementara candi-candi yang dibangun oleh para tukang dan arsitek dari kalangan jin itu dinamai Candi Sewu.
Para gadis yang membantu Roro Jonggrang juga tak luput dari kutukan Bandung Bondowoso. Mereka dituding terlibat dalam konspirasi dengan Roro Jonggrang. Yakni, berbuat curang agar Bandung Bondowoso gagal. Atas dakwaan tersebut, mereka dikutuk tak laku kawin sebelum usia tua atau sebelum mereka pindah ke tempat lain.
Legenda ini menarik untuk ditelisik. Terutama di kawasan dekat Candi Sewu dan Candi Prambanan. Yakni, apa benar ada perempuan setempat yang tidak kunjung menikah meski usianya paro baya. Mungkinkah ada hubungannya dengan mitos kutukan Bandung Bondowoso itu atau sebab lain. Ah, legenda memang selalu menawarkan hal-hal menarik. Seperti sejarah.
Eko Prasetyo
Sidoarjo, 4 Agustus 2013
(http://sejarah.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar