* Akhir Petualangan Cepot ?
Bagi sebagian besar masyarakat Sunda, sosok Cepot tidak bisa dilepaskan dari sang dalang Asep Sunandar Sunarya. Tak beda seperti sosok Si Unyil dengan Pak Raden atau boneka Susan dengan Ria Enes, dimana keduanya tak bisa dipisahkan. Begitu juga dengan Cepot dan Asep Sunandar.
Jadi, ketika saya mendapat kabar kalau Asep Sunandar Sunarya meninggal dunia pada 31 Maret 2014 lantas muncul pertanyaan apakah sosok Cepot juga akan ikut bersamanya? Bagi mereka yang sudah terlanjur jatuh hati dengan Cepot akan terasa berat hati dan aneh jika karakter Cepot dibawakan oleh dalang lain selain Asep Sunandar.
Meski mungkin dari suara bisa mendekati tapi tidak dengan selera humor. Dalang Asep punya selera humor khas. Saya sendiri kesulitan untuk mengurai perbedaan itu. Bagi saya, karakter Cepot hanya pas dibawakan oleh seorang Asep Sunandar.
Saya sendiri lupa kapan kali pertama kenal dengan Cepot. Satu yang pasti, semenjak saya pertama kali mengenal Cepot, dalang Asep masih sering hilir mudik mengudara di televisi. Bahkan ketika bulan puasa atau Ramadan, Cepot kerap tampil di layar kaca menjadi pengiring pemirsa yang menanti buka puasa. Tapi itu dulu. Jauh sebelum humor slapstick murahan mengobrak-abrik tayang program televisi.
Saya punya sedikit pengalaman dengan dalang Asep. Suatu ketika dosen kampus meminta ke setiap mahasiswa untuk melakukan wawancara dengan tokoh terkenal. Berhari-hari saya memikirkan tokoh terkenal yang cukup realistis dan mudah untuk di wawancara. Tiba-tiba nama dalang Asep muncul. Tanpa pikir panjang saya pun langsung menyusun semacam draft usulan wawancara. Alhamdulillah dosen pun merestui.
Kebetulan kediaman dalang Asep di daerah Jelekong, Kabupaten Bandung tidak jauh dengan tempat tinggal paman saya di Bale Endah. Tanpa membuat janji wawancara, saya langsung menyatroni kediaman dalang Asep yang mudah ditemukan.
Tiba di rumah yang dituju, saya langsung melihat sosok dalang Asep yang sedang duduk santai di teras. Dengan mengenakan sarung dan berlapiskan kaos polos, dalang Asep menyambut kedatangan saya. Setelah berkenalan dan menyampaikan niatan saya untuk wawancara, tanpa diduga dalang Asep menolak melakukan wawancara.
Dia malah meminta saya agar mewawancarai anaknya. Berkecamuk lah hati ini. Terhimpit deadline dan minimnya jam terbang membuat saya tak punya banyak pilihan. Walhasil, tugas wawancara tokoh terkenal saya akhirnya berujung di sosok anak dalang Asep. Akhirnya yang bisa dibilang tidak bahagia karena saya gagal mewawancara dalang terkenal Asep Sunandar Sunarya. Meski di tolak tapi kekaguman terbenam di balik panggung atau layar televisi.
Masyarakat Jawa Barat jelas sekali amat kehilangan dengan kepergian dalang Asep. Saya tidak tahu siapa dalang yang sanggup meneruskan kiprah Cepot. Semoga kepergian dalang Asep tidak mengakhiri petualangan Cepot di panggung pertunjukan wayang golek. Selamat jalan Asep Sunandar Sunarya. (https://aadityabudiman.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar