Selasa, 09 Juni 2015

Pensiun dari Dunia Kriminal



DI era 1970 hingga 1980-an, nama mereka demikian ditakuti, disegani, sekaligus dbenci oleh masyarakat. Salah satu di antara mereka adalah Johny Indo yang memiliki nama asli Johanes Hubertus Eijkenboom keturunan Eropa (Indo). Johny Indo dan 12 anak buahnya yang ia beri nama “Pachinko” alias Pasukan China Kota sangat disegani sebagai perampok yang malang-melintang di sekitar Jakarta. Johnny Indo termasuk spesialis perampok toko emas dan selalu melakukan aksi pada siang hari. Kini Johny Indo tinggal di daerah Sukabumi, Jawa Barat, bersama istrinya Vinny Soraya dan kedua putra-putrinya. Dia telah berubah. Johny yang sekarang bernama Haji Umar Billah menyerahkan jiwa dan raganya hanya untuk agama yang dianutnya.
Ada pula Tan Hok Liang yang lebih populer dengan nama Anton Medan. Perjalanan hidup Anton Medan tak sekadar sebagai penjahat profesional. Dia juga menjadi bandar judi setelah meruntuhkan kekuasaan bandar judi besar bernama Hong Lie. Sebagai bandar judi, penghasilannya satu malam mencapai puluhan juta. Dia menikmati gaya hidup mewah. Ironisnya, kekayaan itu habis pula di dunia judi. Dia frustasi, dan pelampiasannya justru bermain judi di Genting, Makau, Christmas, Hongkong dan Las Vegas. Dia kalah miliaran rupiah. Dalam kebangkrutan itu, dia menemukan hikmah kehidupan yang sangat mendasar. Sejak itulah dia pensiun dari dunia kriminal.
Johny Indo dan Anton Medan hanyalah dua contoh mantan penjahat yang berhasil pensiun dari dunia kejahatan secara baik-baik. Tanpa menyebut nama, mereka yang juga mampu pensiun relatif baik, misalkan dua orang dedengkot dunia hitam Tanah Abang di era 1980-an dan 1990-an. Yang satu kini hidup menyepi di satu kampung di wilayah Kabupaten Bogor. Dan yang satu lagi berhasil tampil menjadi sosok elit partai politik.
Apa yang menyebabkan seorang penjahat, bahkan yang paling konsisten sekalipun, akhirnya memilih pensiun dari dunia kriminal, dengan atau tanpa bantuan lembaga rehabilitasi? Riset empiris memperlihatkan bahwa seseorang mundur dari dunia kriminal lantaran terbentuknya suatu ikatan berarti pada orang lain atau pada institusi, misalnya pada suatu pekerjaan yang stabil atau pada seorang pasangan hidup (Sampson dan Laub, 1990). Suatu pekerjaan yang bagus akan mengubah orientasi penjahat dari sebatas memikirkan masa kini menjadi memikirkan masa depan, dan karenanya memberikan pondasi yang kuat bagi pembentukan identitas bukan penjahat, dan akan pula mengubah gaya hidup rutin orang bersangkutan dalam suatu cara di mana kejahatan tidak lagi terintegrasi.
Hubungan antar-personal yang baik juga menciptakan ikatan dalam tatanan sosial yang menyebabkan seorang individu berniat melindunginya. Perkembangan ikatan sosial dapat muncul lewat faktor kognitif yang dipicu oleh semacam “kelelahan” akibat bersinggungan secara terus-menerus dengan sistem peradilan kriminal (pidana). Kendati begitu, sebagian penjahat lain mungkin memilih berhenti atau “menurunkan kegiatannya” manakala merasa kemampuan dan efisiensi mereka dalam melakukan kejahatan berkurang akibat usia, atau menurunnya kemampuan otak akibat mengonsumsi narkotika dan alkohol tiada henti. (Budi Nugroho, kriminolog, tinggal di Bekasi)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar