DI
era 1970 hingga 1980-an, nama mereka demikian ditakuti, disegani, sekaligus
dbenci oleh masyarakat. Salah satu di antara mereka adalah Johny Indo yang
memiliki nama asli Johanes Hubertus Eijkenboom keturunan Eropa (Indo). Johny
Indo dan 12 anak buahnya yang ia beri nama “Pachinko” alias Pasukan China Kota
sangat disegani sebagai perampok yang malang-melintang di sekitar Jakarta.
Johnny Indo termasuk spesialis perampok toko emas dan selalu melakukan aksi
pada siang hari. Kini Johny Indo tinggal di daerah Sukabumi, Jawa Barat,
bersama istrinya Vinny Soraya dan kedua putra-putrinya. Dia telah berubah.
Johny yang sekarang bernama Haji Umar Billah menyerahkan jiwa dan raganya hanya
untuk agama yang dianutnya.
Ada pula Tan Hok Liang
yang lebih populer dengan nama Anton Medan. Perjalanan hidup Anton Medan tak
sekadar sebagai penjahat profesional. Dia juga menjadi bandar judi setelah
meruntuhkan kekuasaan bandar judi besar bernama Hong Lie. Sebagai bandar judi,
penghasilannya satu malam mencapai puluhan juta. Dia menikmati gaya hidup
mewah. Ironisnya, kekayaan itu habis pula di dunia judi. Dia frustasi, dan pelampiasannya
justru bermain judi di Genting, Makau, Christmas, Hongkong dan Las Vegas. Dia
kalah miliaran rupiah. Dalam kebangkrutan itu, dia menemukan hikmah kehidupan
yang sangat mendasar. Sejak itulah dia pensiun dari dunia kriminal.
Johny Indo dan Anton
Medan hanyalah dua contoh mantan penjahat yang berhasil pensiun dari dunia
kejahatan secara baik-baik. Tanpa menyebut nama, mereka yang juga mampu pensiun
relatif baik, misalkan dua orang dedengkot dunia hitam Tanah Abang di era
1980-an dan 1990-an. Yang satu kini hidup menyepi di satu kampung di wilayah
Kabupaten Bogor. Dan yang satu lagi berhasil tampil menjadi sosok elit partai
politik.
Apa yang
menyebabkan seorang penjahat, bahkan yang paling konsisten sekalipun, akhirnya
memilih pensiun dari dunia kriminal, dengan atau tanpa bantuan lembaga
rehabilitasi? Riset empiris memperlihatkan bahwa seseorang mundur dari dunia
kriminal lantaran terbentuknya suatu ikatan berarti pada orang lain atau pada
institusi, misalnya pada suatu pekerjaan yang stabil atau pada seorang pasangan
hidup (Sampson dan Laub, 1990). Suatu pekerjaan yang bagus akan mengubah
orientasi penjahat dari sebatas memikirkan masa kini menjadi memikirkan masa
depan, dan karenanya memberikan pondasi yang kuat bagi pembentukan identitas
bukan penjahat, dan akan pula mengubah gaya hidup rutin orang bersangkutan
dalam suatu cara di mana kejahatan tidak lagi terintegrasi.
Hubungan
antar-personal yang baik juga menciptakan ikatan dalam tatanan sosial yang
menyebabkan seorang individu berniat melindunginya. Perkembangan ikatan sosial
dapat muncul lewat faktor kognitif yang dipicu oleh semacam “kelelahan” akibat
bersinggungan secara terus-menerus dengan sistem peradilan kriminal (pidana). Kendati
begitu, sebagian penjahat lain mungkin memilih berhenti atau “menurunkan
kegiatannya” manakala merasa kemampuan dan efisiensi mereka dalam melakukan
kejahatan berkurang akibat usia, atau menurunnya kemampuan otak akibat mengonsumsi
narkotika dan alkohol tiada henti. (Budi
Nugroho, kriminolog, tinggal di Bekasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar