Danau Sentani terletak memanjang jurusan barat – timur dengan bentuk yang sangat tidak beraturan.panjangnya 24 km dengan lebar yang sangat berbeda – beda di bagian timur 12 km, bagian tengah 2 – 3 km sedangkan di bagian barat 12 km. Di bagian barat dan tengah di hubungkan sebuah selat, yaitu selat Simporo yang panjangnya ± 6 km.
Letaknya 27 m dari permukaan laut dari sumber informasi yang di peroleh ( Panggabean) Dinas Perikanan Darat tempat yang paling dalam pernah mereka ukur 71 m, sedang menurut pemberitaan orang Belanda hanya 50 m. Danau Sentani airnya termasuk jernih dan di lihat dari luar kehijau – hijauan karena lumut dan rumput danau yang tumbuh di dalamnya. Air danau di alirkan ke selatan oleh sungai Jaifuri dan ke sungai Sekanto anak sungai Tami yang meneruskan ke Lautan Teduh. Danau ini kaya akan ikan dan mungkin ikan mas terbesar di Indonesia di jumpai di danau ini karena danau Toba sudah kalah setelah Jepang memasukan ikan mujair.
Keganjilan danau tawar ini dari danau – danau yang kita ketahui ialah dengan adanya buaya, ikan hyu dan ikan hyu gergaji dalam danau ini.
Penangkapan ikan hyu ini semakin sukar ( karena jumlahnya makin berkurang bahkan punah sama sekali? (pen.)
Menurut narasumber Panggabean dari Perikanan Darat, begitu jaring di pasang ikan – ikan mencari tempat berlindung diantara tiang – tiang besar yanga ada dalam danau ini.
Menurut Zweirzychi tentang terjadinya danau Sentani dan mengapa dalamdanau terdapat ikan hyu yang tempatnya sebenarnya di lautan. Danau Sentani terjadi di sebapkan terbendungnya sungai karena pengangkatan ( lebih tepat naiknya, pen.) t anah pegunungan di utaranya, kemudian air danau dapat menembus di bagian selatan mengalir keluar sampai sungai Sekanto.
Lebih jelas lagi uraian dalam Tijdschrift Nieuw Guinea ( majalah Niuew Guinea) tahun ke- 15 Juli 1954, hal 59 dimana di sebut bahwah barat ada rip – rip koraal (kolaalriffen) muda, yang muncul hingga 400 m dari permukaan laut. Dengan pertumbuhan kolaalriffen ini, “ teluk laut Sentani “ bagian barat dan selatan dari pegunungan ini terangkat dan terpisah dari laut dan terjadilah danau Sentani.
Dongen Danau Sentani dan Asal kata “Irian”
Primus interpares atau nenek moyang pertana bernama Haboi dan bertempat tinggal di Jernakho. Langit masih gelap pada waktu itu. Bersama – sama dengan odofolo Wali bermaksud mengangkat langit sedikit keatas dan menekan bumi kebawah supaya matahari dapat bersinar. Mereka dapat melihat bahwah manusia – manusia di bumi tidak memiliki air dan api.
Haboi dan Wali pergi menjumpai Dobonai dengan membawa gelang eba dengan tiga utas manik manik yaitu : hawa, haj dan naro agar Dobonai yang bertempat tinggal di Dafonsoro (puncak sycloop) memberi air kepada manusia.
Sebelum Haboi tiba Dobonai telah mengetahui kedatangan mereka karena di beritahukan oleh emiem seekor burung.
Setelah keduanya tiba di Dafonsoro mereka memberitahukan untuk membeli air untuk manusia. Dobonai setujuh tetapi mereka harus byar juga kepada Doekoenbuluh dan Roboniawai. Mereka berangkat lagi untuk menjupai kedua dewa ini. Tetapi waktu pembayaran di lakukan terjadi kekeliruan : Manik – manik terbaik di berikan kepada Roboniawai yang lebih muda dari Doekoenbuluh yang sehatusnya menerimanya. Dengan marah sekali Doekoenbuluh berkata : kalau saya marah saya akan datangkan petir dan guruh manusia akan menderita sebap saya akan memberikan banyak air sampai ia naik sampai melimpa. Mereka berempat menghadap Dobonai dan Wali membuat ember dari daun – daun ( habue ) Dobonai mula – mula mengantar mereka ke tempat mandi yang airnya keruh . mereka tidak mau menerima air ini. Dobonai membawa mereka ke satu tempat dan membuka tempat itu darimana ia mengambil air minum . air ini sangat jernih dan di dalamnya berenang seekor ikan. Mereka mengabil ika ini dan juga ikannya. Dobonai menutup “ember” merka dan berpesan bahwa dalam perjalan pulang tidak boleh berburu.
Haboi dan Wali berangkat pulang tetapi dalam perjalanan pulang mereka melihat seekor babi hutan besar dan hasrat tidak dapat di tahan lagi. Mereka memanah babi hutan itu, tetapi segera “ember” mereka pecah dan air mulai mengalir dan berobah dan menjadi sungai besar yang menghanyutkan Haboi dan Wali, sampai Haboi mencabut pisaunya menancapkaya sekaligus menahan air tersebut . air segera mengikuti lobang tancapan pisau tetapi tidak berapa lama muncul lagi di permukaan bumi yang mengakibatkan terjadinya danau di muka mereka, sehingga Haboidan Wali tidak ada jalan lagi untuk kembali ke Jomokho. Mereka menebang kayu untuk di jadikan sampan tetapi mereka terpaksa mendayung kembali melihat air begitu kotor sehingga tidak dapat mengalir.
Haboi memerintahkan kepada anak Wali untuk memasak air tetapi ia mati tenggelam. Mayatnya di bawah air ke yakonde dari sana ke Pui dan dari sana memalui sungai itafili ke sungai tami dan kembali lagi ke Pui. Haboi, Wali dan istri nya pergi mencari mayat anak ini dan telah tibah di Pui melihat mayat itu terapung .
Haboi memerintahkan istri Wali ke tempat mayat tetapi begitu tiba di tempat, ibu ini dia bunuh, supaya rohnya dapat hidup bersama anaknya.
Haboi dan Walli Wai jomoko. Beginilah terjadinya Danau Sentani menurut penduduk setempat.
Kata Sentani dalam bahassa Sentani tidak mempunya arti sedangkan penduduk penduduk asli berpendapat bahwah perkataan Sentani berasal dari kata “ Heram” yang berobah menjadi “Setam” dan bermetamorfosa lagi menjadi Sentani. Nama asli Danau Sentani adalah “bu jakala” = air jernih, sedang kata “ Heram” masih kita jumpai pada ondowafi Clan Ohei, yaitu. “ Heram – Tainy krebeuw.
Pada mulanya penduduk Sentani terkonstrir di “ tiga pulau” yaitu :
1. Asei dengan kampung Asei yang menyebar ke Ayapo – Asei kecil, Waena dan Yoka.
2. Pulau Ayanu dengan kampung Ifar besar menyebar ke Ifar kecil – Siboi – boi – Yoka, Yabuai – Sereh – Puyuh besar – Puyuh kecil – ifar Babrongko – Abar.
3. Pulau Yonokhom dengan kampung Kwadeware menyebar ke Doyo – Sosiri – Yakonde dan Dondai.
Kampung Simporo dan Netar mempunyai sejarah sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar