Sabtu, 31 Januari 2015

Menapaki Jejak K.A.R. Bosscha di Malabar Pangalengan

Bandung seakan tak pernah habis untuk menyuguhkan pesonanya ke semua orang, baik itu warga Bandung sendiri hingga wisatawan luar Bandung yang sengaja datang dan berwisata ke Bandung. Bandung pun memiliki tempat wisata yang tersebar di setiap sudutnya mulai dari tataran pusat kota hingga pinggir kabupaten Bandungnya.
Villa Bosscha
Kamu suka wisata alam? Sudah pernah berkunjung ke Pangalengan? Pangalengan merupakan salah satu kecamatan di Bandung Selatan yang terkenal dengan perkebunan teh Malabar yang saat zaman kolonialisme dulu adalah milik Bosscha yang kini menjadi milik PT. Perkebunan Nusantara VIII. Banyak yang mengenal seorang Bosscha adalah sebuah tempat peneropongan bintang di daerah Lembang. Apakah kamu tahu bahwa Bosscha sebenarnya nama seorang konglomerat kaya raya asal Belanda yang ia mendedikasikan seluruh hidupnya di tanah sunda khususnya bagi Pangalengan. Dan ia pun akhirnya meninggal dan dimakamkan di kawasan teh Malabar perkebunan miliknya yang dikelola hingga terkenal ke penjuru dunia khususnya di Hindia-Belanda.
Kali ini saya akan men-share mengenai tempat wisata unik yang ada di Pangalengan termasuk saksi sejarah dari peninggalan Bosscha. Okee let’s check this out!
1. Rumah/Museum K.A.R. Bosscha
Karel Albert Rudolf Bosscha
Perkebunan teh Malabar telah dibuka sejak tahun 1890-an oleh Preangerplanter bernama Kerkhoven yang sebelumnya sudah membuka perkebunan teh di daerah Gambung, Ciwidey. Namun popularitas kawasan Kebun Teh Malabar berkembang dengan pesat dan memuncak setelah Kerkhoven mengangkat sepupunya, Karel Albert Rudolf Bosscha, untuk menjadi administratur perkebunan ini pada tahun 1896.
Peran Bosscha sebenarnya sangat besar bagi bangsa ini terutama untuk kota Bandung. Sifatnya yang dermawan telah memberikan dampak bagi perkembangan dan kemajuan Kota Bandung di masa kolonialisme dulu. Beberapa di antaranya ia membangun Technische Hooge School (ITB sekarang) beserta fasilitas laboratoriumnya yang sangat lengkap dan terbesar di dunia saat itu, Sterrenwacht (peneropongan bintang) Bosscha di Lembang, Gedung Merdeka yang dipakai untuk Konferensi Asia Afrika, PLTA Cilaki di Gunung Sorong, serta berbagai sumbangan untuk Doofstommen Instituut (Lembaga Bisu Tuli) dan Blinden Instituut (Lembaga Buta) di Jln. Cicendo dan Jln. Pajajaran, Leger des Heils (Bala Keselamatan), dan beberapa rumah sakit di Bandung.
Karel Albert Rudolf Bosscha semasa hidupnya menetap di Malabar Pangalengan Kab. Bandung dan sambil membangun perkebunan teh Malabar yang sangat luas dan sempat mencapai kejayaan pada masa Hindia-Belanda. Seakan tak ingin jauh dari tempatnya bekerja Bosscha membangun sebuah rumah sederhana untuk ia tinggali saat masih hidup yang kini masih berdiri kokoh.
Karena Bosscha telah meninggal kini rumah ini dijadikan sebuah “Museum Bosscha” yang menjadi saksi sejarah dari seorang Bosscha yang sekarang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).
Rumah ini sangat unik dengan arsitektur khas ala Belanda dan dibangun ditengah-tengah perkebunan teh Malabar. Dan rumah ini sempat dijadikan lokasi syuting film “Heart” & “Bidadari-Bidadari Surga”.
Villa Bosscha_002
Lokasi/Alamat Rumah/Museum Bosscha
Lokasi dari rumah/museum Bosscha ini adalah terletak di kawasan perkebunan teh Malabar Pangalengan Kabupaten Bandung dan masuk pada kawasan PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).
Harga Tiket Masuk Rumah/Museum Bosscha
Untuk masuk ke lokasi rumah/museum Bosscha ini kamu tidak akan dipungut biaya alias gratis kecuali jika kamu ingin masuk ke dalam rumah/museum Bosscha maka ada biaya seikhlasnya kepada penjaga museum untuk biaya kebersihan dan perawatan ruangan serta kamu akan diterangkan pula mengenai sejarah rumah Bosscha tersebut oleh penjaga disana.
Atau jika kamu ingin syuting film di tempat  ini khususnya di dalam ruangan rumah/museum Bosscha maka akan dikenakan biaya khusus dan harus meminta izin minimal 3 bulan sebelumnya dan harus melewati perizinan yang cukup rumit.
Penginapan Villa Bosscha
Berbeda dengan rumah/museum Bosscha yang tak bisa kamu sewa untuk penginapan. Di lokasi rumah/museum Bosscha ini dibangun beberapa villa kayu dan cottage permanen yang disewakan secara komersil bagi pengunjung yang ingin menginap di kawasan perkebunan teh Malabar. Nampaknya menginap di perkebunan teh ini akan sedikit unik, selain dekat dengan rumah/museum Bosscha kamu bisa melihat keindahan perkebunan teh Malabar, dengan background Gunung Nini yang indah serta menapaki jejak dari seorang Bosscha.
Villa Bosscha_004
Harga di penginapan Villa Bosscha ini sangat beragam. Villa kayu berkisar 750rb/malam saat weekdays dan 1jt/malam saat weekend (termasuk makan pagi untuk 2 orang). Atau mungkin kamu ingin penginapan yang lebih murah maka bisa menginap di guest house (bukan kayu) yang berkisar 3oorb/malam saat weekdays dan 450rb/malam saat weekend guys (termasuk makan pagi untuk 2 orang). (Harga sewaktu-waktu dapat berubah).
2. Makam Karel Albert Rudolf Bosscha
Bosscha merupakan seorang Belanda yang berdedikasi tinggi bagi negaranya Belanda yang membangun perkebunan teh Malabar yang kini menjadi milik bangsa kita Indonesia dan ia pun meninggal dan di makamkan di negeri ini, tepat di tengah-tengah perkebunan Malabar yang dibangunnya semasa hidup. Saat kamu berkunjung ke Pangalengan berkunjunglah ke makamnya sambil mendoakan beliau, meskipun ia seorang penjajah tapi baktinya bagi negeri ini dapat kita rasakan saat ini.
Makam Bosscha
Yang membuat makam ini terlihat unik adalah makam ini dibangun khas makam bangsawan Eropa yang terlihat megah dan menawan. Diatas makam ini berbentuk sebuah topi yang sering dipakai oleh bangsawan Belanda saat zaman kolonial dulu, dan topi ini pulalah yang sering dipakai oleh Bosscha saat bekerja di perkebunan teh Malabar ini.
Makam Bosscha_002
Saat saya berkunjung ke makam ini disana ada penjaga makam yang setiap hari merawat kebersihan dari makam ini dan ia pun bersedia menjelaskan kepadamu tentang makam ini dan kenapa Bosscha meninggal. Untuk perawatan dan kebersihan makam tersebut maka kamu akan dikenakan biaya sebesar 5rb/orang guys.
3. Pohon Teh Langka dari India Mirip Hutan Harry Potter
Biasanya kita melihat pohon teh yang pendek sekitar 1-2 meter saja, namun di Malabr ini yang lokasinya tak jauh dari makam, terdapat suatu area pepohonan teh yang sudah berumur lebih dari 100 tahun.
Pohon teh ini mencapai ketinggian hingga 6 meter lebih yang berasal dari biji-biji teh Assam (India) yang ditanam pada tahun 1896 saat Bosscha membangun dan membesarkan perkebunan teh Malabar. Biji teh dari Assam inilah yang kemudian menjadi bibit bagi perkebunan teh di sekitar Pangalengan. Jadi bisa dibilang bahwa pohon teh yang tinggi ini adalah cikal bakal dari perkebunan teh Malabar, dan apabila dilihat pohon-pohon teh ini sangat unik dan mirip hutan yang ada di dunia sihir Harry Potter.
Pohon teh langka
Nahh guys itu dia beberapa lokasi dari peninggalan seorang Bosscha yang menjadi pendiri dari perkebunan teh Malabar Pangalengan. Selamat berkunjung kesaya guys..
Happy wonderful traveling..
(https://ridwanderful.wordpress.com)

Jumat, 30 Januari 2015

10 Kecelakaan Pesawat Paling Mengerikan dan Menghebohkan Dunia


  • Tragedi 01 September 1983
Korea Airlines 007 atau yang kemudian dikenal dengan KAL007, ditembak jatuh oleh pesawat-pesawat tempur Uni Soviet setelah entah bagaimana caranya pesawat tersebut menyimpang dan memasuki wilayah udara Soviet. 269 Penumpang beserta seluruh awak pesawat tewas.

  • Tragedi 21 Desember 1988
270 orang total (termasuk 11 orang di darat) meninggal  saat Pan Am 103 meledak di atas Lockerbie di Skotlandia pada pukul 19:02 GMT. Dua agen Libya dituduh memasang bom di pesawat (kemudian dikenal sebagai Pengeboman Lockerbie)satu diantara mereka dijatuhi hukuman 27 tahun sedangkan yang lainnya dibebaskan.

  • Tragedi 25 Mei 1979
Terkenal sebagai insiden pesawat yang terburuk di Amerika Serikat sampai September 11, 2001, insiden merenggut nyawa 273 orang. Tragedi dimulai ketika American Airlines 191 lepas landas dari Bandar Udara Internasional O'Hare di Chicago, ketika tiba-tiba sebuah mesin terlepas dari pesawat. Sebelum orang dapat sepenuhnya mengerti situasi, pesawat tersebut telah jatuh. Dengan seluruh bahan bakar di dalam tangki, pesawat tersebut meledak dalam bola api besar yang terlihat dari jarak bermil-mil dari lokasi kejadian, meluluh-lantakkan pesawat dan semua orang di di dalamnya.

  • Tragedi 03 Juli 1988
Iran Air 655 yang ditembak jatuh ketika terbang dari Selat Hormuz oleh Angkatan Laut Amerika Serikat USS Vincennes. Diduga, para Vincennes mengira pesawat sipil tersebut adalah pesawat militer musuh dan merekapun mulai meluncurkan rudalnya ke udara. Semua penumpang dan awak kapal IR655 terbunuh , totalnya 290 orang meninggal dunia, 66 di antaranya adalah anak-anak. Gambar berikut adalah perangko yang diterbitkan pemerintah Iran tidak lama setelah kejadian.

  • Tragedi 19 Agustus 1980
Sebuah pesawat Lockheed L-1011, atau Saudia 163, kembali mendarat di Bandara Internasional Riyadh setelah hanya enam menit terbang, hal tersebut terjadi karena adanya api di bagian belakang pesawat. Kapten memutuskan untuk perlahan-lahan mendaratkan kembali pesawat dengan amanlalu berhenti di landasan pacu beberapa menit setelah benar-benar mendarat. Evakuasi darurat tidak segera dilaksanakn untuk alasan masih belum diketahui dan mesin pesawat tidak juga dimatikan sampai beberapa menit setelahnya, hal tersebut mencegah pasukan penyelamat untuk bisa segera mendekati pesawat. Karena keterlambatan ini, seluruh penumpang yang berjumlah 301 orang mati terbakar dalam api yang seperti mengamuk melalui di dalam pesawat.

  • Tragedi 23 Juni 1985
Air India 182 terbang di atas Samudera Atlantik ketika sebuah bom yang diduga ditanam oleh seorang ekstremis Sikh meledak, membuat pesawat jatuh menghantam laut di bawahnya, menewaskan semua dari 329 penumpang pesawat itu, 280 di antaranya warga Kanada, sehingga menjadikannya sebagai pembunuhan massal terbesar dalam sejarah Kanada.

  • Tragedi 03 Maret 1974
Rancangan pintu kargo Turkish Airlines 981 yang buruk menyebabkan pintu tersebut terlepas dari tempatnya. Hal ini memicu permasalahan kontrolpesawat, seperti misalnya kabel-kabel yang membentang di lantai pesawat seluruhnya terputus, membuat pilot tidak dapat mengendalikan pesawat mereka sendiri. Pesawat jatuh ke hutan dekat Ermenonville, dekat Bandara Internasional 'Orly (ya rly) Paris. Kejadian tersebut selanjutnya dikenal sebagai bencana udara Ermenonville . Pesawat tersebut jatuh di hutan dan merenggut nyawa ke 346 penumpang dan awaknya.

  • Tragedi 12 November 1996
Disebut sebagai  tabrakan udara Dadri Charkhi dan juga sebagai tabrakan pesawat udara terburuk hingga hari ini, hal ini terjadi ketika sebuah pesawat Air Kazakhstan (Penerbangan 1907) bertabrakan dengan pesawat Saudi Arabian Airlines (Penerbangan 763) di atas desa Charkhi Dadri di India , membunuh semua orang di kedua pesawat, dengan total korban meninggal 349 orang. Pada akhirnya, kesalahan dikatakan pada pilot Kazakh dan ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi.

  • Tragedi 12 Agustus 1985
Japan Airlines nomor penerbangan 123 mengalami kerusakan pada bagian dari ekor pesawat sesaat setelah lepas landas, hal itu menyebabkan pesawat menjadi tidak terkendali. Insiden ini disebabkan oleh kesalahan perbaikan sekat tekanan belakang yang rusak, yang telah terjadi 7 tahun yang lalu. kerusakan sekat tersebut kemudian memicu kerusakan sistem hidrolik yang diperlukan untuk mempertahankan kontrol pesawat tersebut. Kecelakaan tersebut menewaskan 520 orang, dan hanya menyisakan 4 orang selamat. Kecelakaan ini tercatat sebagai kecelakaan pesawat tunggal terburuk dalam sejarah.

  • Tragedi 27 Maret 1977
Kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan terjadi ketika dua pesawat Boeing 747 yaitu pesawat Pan Am Nomor Penerbangan 1736 dan pesawat KLM nomor penerbangan 4805 bertabrakan di landasan pacu bandara Tenerife. Hal ini terjadi ketika pesawat KLM berjalan tanpa izin di satu-satunya landasan pacu bandara tersebut, pesawat tersebut kemudian bertabrakan langsung dengan pesawat Pam Am yang meluncur di sepanjang landasan pacu yang sama. Kondisi berkabut menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan visual dari salah satu  pesawat ditambah dengan berbagai instruksi radio yang membingungkan menyebabkan terjadinya kecelakaan ini. Kecelakaan ini mengakibatkan kematian 583 orang.

Ya itulah beberapa Tragedi Kecelakaan Pesawat yang Mengerikan di Dunia. Bagi anda yang sering pulang pergi kerja menggunakan pesawat sebagai alat transportasi, tolong jangan dipikirkan beberapa tragedi di atas. Cz, anggap saja itu hanya cerita khayal. Karena jika anda terbayang-bayang akan kejadian di atas mungkin akan membuat anda menjadi GILA!

Di Tahun 60-an Yogyakarta menjadi Kota Pendidikan Paling Terkenal




oleh: Sudomo Sunaryo
Saat Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX bertahta di Ngayogyakarta Hadiningrat, mengikuti bunyi Kontrak Politik dengan Gubernmen di tahun 1940, Pepatih Dalem digaji oleh Belanda. Hal ini sesungguhnya dirasakan keberatan bagi pemikiran Sultan. Sehingga maka ketika Jepang masuk ketika Perang Dunia II, Gusti Patih itu lalu dipensiun oleh pihak Kasultanan. Jadi saat jaman Jepang tersebut Kepatihan kosong tiada yang mengurus (=komplang). Ngarso Dalem memegang urusan pemerintahan tanpa Patih. Ngarso Dalem selanjutnya setiap hari berkantor di Kepatihan. Inilah jamannya seorang Raja merangkap tugas sebagai Patih. Dan memang pada dasarnya Ngarso Dalem Sri Sultan IX itu adalah keluaran Leiden Universiteit di negeri Belanda, mendalami ilmu yang dinamakan: Indologi, yaitu ilmu pemerintahan ala kerajaan-kerajaan timur (Asia). Sehingga dalam pemerintahan tersebut bagi Ngarso Dalem yang menangani tanpa bantuan Patih sekalipun, tidak akan kewalahan. Malahan sejak dari saat itulah wujud pemerintahan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi modern. Ngarsa Dalem membentuk kabinet. Tugas yang dilakukan Patih dibagi-bagi: ada Kapanitran (kantor Sekretariat), ada Bagian Umum, perekonomian, Pekerjaan Umum (PU), Wiyatapraja (Pendidikan-pengajaran-kebudayaan), Pariarta (Keuangan), Racana dan Pencarwara. Semua sebagaimana halnya kementerian dan disebut dengan Paniradya (tangan pemerintahan). Menteri-menteri dinamakan Paniradyapati.
Tentara Jepang yang menduduki Yogyakarta, sepertinya tidak terlalu peduli terhadap bagaimana jalannya pemerintahan Kasultanan, kecuali sekedar tetap menghargai. Namun bila terhadap Pakualaman seperti merendahkan. Praja Pakualaman di Adikarto dianggap sepele. Sehingga karena tanggapan tentara Jepang yang seperti itu, Kanjeng Gusti Paku Alam VIII lalu menghubungi dan bilang ke Ngarso Dalem, bila berkenan Pakualaman dikembalikan, kembali bergabung dengan Kasultanan. Akhirnya Ngarso Dalem Sultan menyetujui.. Maka dari itu Kanjeng Gusti Paku Alam lalu mengikuti (langkah) Sultan, berkantor setiap hari di Kepatihan, mendapat tugas mengurusi dan mengatur pertanahan se-Kasultanan dan Adikarto semua.
Ya dua penjabat bangsawan tertinggi (priyagung) yang setiap hari bertemu di Kepatihan inilah, yang selanjutnya sependapat, untuk menggabungkan Yogyakarta dengan Negara Kesatuan RI setelah mendengar akan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Menanggapi kehendak para petinggi berdua dari Yogyakarta ini, Bung Karno sebagai dan selaku Presiden RI memberikan ketetapan bahwa Yogyakarta dijadikan Daerah Istimewa, bagian dari NKRI.
Diibaratkan nginanga durung abang, idua durung asat (mengunyah sirih belum menjadi merah, meludah belum kering; ibarat untuk saat yang sekejap), setelah Bung Karno menetapkan Yogyakarta menjadi Daerah Istimewa, Jakarta diduduki tentara Sekutu (gabungan militer Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, dan termasuk Belanda) yang saat itu menjadi pemenang Perang Dunia II. Tentara Sekutu tersebut setelah menjatuhkan bom atom di Hiroshima-Nagasaki, lalu menduduki Indonesia. Jepang kalah dan menyingkir. Tentara Sekutu lalu membentuk Pemerintahan sipil di Jakarta, niatnya mau mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia sebagai pemerintahan penjajahan. Bung Karno beserta Perangkat Pemerintahan RI semuanya yang baru saja berdiri setelah Proklamasi, lalu hijrah ke Yogyakarta. Seketika itu juga Yogyakarta menjadi ibukota RI sejak 4 Januari 1946.
Perguruan Gadjah Mada
Dikarenakan kota Yogyakarta menjadi ibukota RI, meskipun kotanya sendiri hanya kecil, namun seketika akhirnya menjadi “besar”. Para pemimpin dan para pejuang kemerdekaan se-Indonesia, hadir tiba memenuhi Yogyakarta. Tahun 1948 Yogyakarta diserbu Belanda lalu diduduki. Kota Yogyakarta dan sekelilingnya terbakar membara menjadi medan pertempuran. Para pejuang kemerdekaan Indonesia menghimpun dan menghentakkan (ngetog) kekuatan mengusir kekuasaan penjajah. Meskipun di waktu siang tidak terlihat wujud perang dan pertempuran, namun setiap malam para pejuang melakukan perang gerilya. Bung Karno-Bung Hatta, pemimpin kita menjadi tawanan politik, disingkirkan oleh pihak Belanda. Selanjutnya selain itu para pejuang banyak yang menyembunyikan diri di wilayah pedesaan, ada yang di gunung-gunung. Semuanya terjun menjadi pejuang bersama dengan para pemuda dan rakyat. Banyak pemimpin, para menteri yang menyamar menjadi penjual minuman, memikul gaplek. Bermacam-macamlah caranya, namun bila malam tiba mereka membawa bilah-bilah bambu runcing, membunuh serdadu Belanda. Hingga sampai tiba waktunya meletus Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yang akhirnya Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia.
Ringkas cerita, saat Pemerintahan Indonesia sudah dapat berdiri kembali, tidak ada gangguan dari kaum penjajah, ibukota RI kembali ke Jakarta. Kota Yogyakarta pulih seperti sedia kala. Sebagai pengingat dan penghargaan terhadap Yogyakarta yang telah menjadi pusat perjuangan kemerdekaan Indonesia, bertahun lamanya berjuang hingga sampai dengan terlaksananya Konperensi Meja Bundar: Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, keadaan menjadi tenang; Pemerintah RI membina peninggalan berupa monumen hidup Universitas Gadjah Mada, didirikan 19 Desember 1949. Kampus pertamanya diberikan pinjaman kagungan Dalem (milik beliau Sultan) Pagelaran dan Sitihinggil Kraton Alun-alun Lor. Para pemimpin, para pejuang yang rata-rata masih muda, pelajar yang putus sekolah sejak dari jaman Jepang, lantas memenuhinya untuk melanjutkan sekolahnya di Gadjah Mada. Dasar memang masih muda, dan baru saja berjuang di medan pertempuran; para mahasiswa saat itu kuliah masih membawa pistol, dengan guru/dosen dan guru besar mereka, tidak basan-binasan (dalam bahasa Jawa ada tatacara bahasa yang berbeda untuk yang lebih tua/dihormati). Namun eloknya, juga tidak terus pada semaunya sendiri. Kedisiplinan sangat ditaati. Sehingga meskipun saat itu peralatan studi juga hanya seadanya, namun demikian banyak yang dapat menyelesaikan belajarnya itu.
Pelajaran Kewiraan
Ada kelebihannya perguruan tinggi Gadjah Mada itu mengajarkan apa yang disebut dengan mata kuliah Kewiraan. Mata pelajaran ini diberikan di Fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik) yang bertempat di Pagelaran dan Sitihinggil Kraton. Jaman itu negara kita memang masih baru, negara kebangsaan republik Indonesia. Sebelumnya di Nusantara telah banyak ada negara dan tata-kenegaraan, namun sejak dulu barulah berbentuk kerajaan/kraton (monarchi), bukan republik demokrasi. Meski demikian ilmu ketatanegaraan juga sudah ada, sebagaimana yang dipelajari oleh Ngarso Dalem IX, pengetahuan Indologi. Gadjah Mada sesungguhnya mengemban tugas menyiapkan tenaga-tenaga (SDM) yang harus mampu menjalankan pemerintahan NKRI. Maka pelajaran Kewiraan yang ditangani Prof. Mr. Hardjono merupakan persiapan bagi lahirnya para pejabat negara yang memahami tatakenegaraan. Fakultas HESP tidak hanya mampu meluluskan juris (ahli hukum), ekonom (ahli ekonomi), sosioloog (ahli sosial) serta politisi (ahli politik), namun juga para ahli tersebut diharapkan memiliki jiwa watak negarawan. Tenaga negarawan ini sangat dibutuhkan oleh NKRI. Sedangkan pelajaran/ilmu Kewiraan sendiri berisi mengenai etika yang harus dipegang erat oleh para negarawan. Milikilah watak “priayi”. Memang kata ”priayi” itu seringkali mengandung arti yang kurang baik. Misalkan pejabat negara yang kebetulan rajanya angkara murka. Umumnya pejabat negara itu lalu juga memiliki watak angkara. Namun sesungguhnya yang diambil peran dalam watak kepriyayian itu terletak pada keluhuran budi. Seperti misalnya tokoh Kumbokarno, harus dapat memisahkan bahwa watak wirya itu bukan asal setia. Yang diabdi bukanlah pangkat atau pemberian gaji yang diberikan oleh Pemerintah, namun mengabdi kepada negara, mengabdi kepada kebenaran, tegaknya keadilan. Maka dari itu Kumbokarno bukanlah membela Dasamuka (Rahwana) yang angkara murka.
Di jaman tahun 50-an 60-an, lulusan Gadjah Mada sudah cukup banyak yang terlihat menonjol. Kebanyakan mereka memegang jabatan di pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Banyak yang akhirnya menjadi bupati, walikota, menjadi pejabat atau Kepala Dinas, anggota DPR, DPRD dan sebagainya. Jaman itu KAGAMA (Keluarga Alumni UGM) sudah tersebar di mana saja, hampir setiap propinsi di Indonesia ada KAGAMA. Itu berarti lulusan Gadjah Mada pada jaman itu termasuk laris. Memang hingga sampai tahun 1970-an saja, PemDa Sumatra Utara, Sumatra Barat, DKI; bila mencari calon PNS pesan ke Yogya. Pemerintah DKI dan Pemda2 itu sering berhubungan dengan Pemerintah DIY berhubungan dengan urusan kepegawaian itu. Dikatakan bahwa tenaga-tenaga lulusan Yogyakarta umumnya dapat dipercaya, serta tidak pernah menuntut minta ini minta itu. Yang dari lulusan lain memang pandai-pandai, namun banyak menuntut; rumah dinas, kendaraan dinas, gaji harus sekian, dan seterusnya. Berbeda halnya dengan lulusan Yogyakarta, kebanyakan pada nrimo ing pandum (dapat memahami-memaklumi-menerima apa yang menjadi bagiannya). Itu di jaman tahun 70-an.
Pondokan
Ketika para pejabat pemerintahan se-Indonesia be-reuni tahun 70-an-80-an, tak henti saling mengobrol. Kebanyakan mengaku bahwa Almamater (ibu pengasuh yang turut membimbing) hingga akhirnya kini bisa pada menjadi pejabat tinggi itu, bukan hanya kampus Gadjah Mada belaka, namun juga yang menjadi pondokan tempat tinggalnya dulu. Demikianlah mereka membuka diri. Pelajar/mahasiswa dari luar daerah/luar Jawa yang tinggal mondhok/berasrama di Yogya sejak tahun 1950-an hapal dengan awal syair lagu Sepasang Mata Bola : Hampir malam di Yogya, ketika keretaku tiba, … Itu nyanyian jaman perjuangan dulu yang dinyanyikan para gadis yang menunggu tibanya kereta di stasiun Tugu, menanti datangnya para pejuang dari medan pertempuran. Oleh para mahasiswa perantau, nyanyian itu diganti kata-katanya: kalimatnya menjadi : Hampir mati di Yogya, tunggu wesel blum tiba. ..Ibu induk semang memahami, dan menghampiri; “Nak, tidak usah sedih, jangan khawatir. Di sini apa yang dimakan Ibu, ya marilah kita makan bersama. Terlambat sementara waktu itu wajar, jangan dipikirkan. Ibu menunggumu kok belum pulang-pulang. Sampai malam ibu belum bisa tidur. Si anak kos menjawab:”Anu kok bu. Tadi tentir dengan teman-teman.” “Tapi kamu kok pucat. Ke sinilah Ibu keroki. “…Akhirnya (bekas) si anak kos itu menjadi menantunya.
Hal yang demikian itu cukup banyak dijumpai di Yogyakarta pada jaman itu. Setelah lulusan dari Yogyakarta itu pada menjadi pejabat di luar daerah/luar Jawa, memiliki keluarga, setiap liburan menjadi wisatawan, melancong hingga ke Yogya, sekalian menengok tempat kosnya dulu dan jajan di warung langganannya dulu. Beserta anak-istri sekenyangnya di situ, lantas memberikan uang bayaran berlipat dibanding dengan harga yang harus dibayar. Penjualnya kaget. Sang mantan anak kos bilang:”Ini sebagai pengobat rindu, juga untuk membayar saat aku masih mahasiswa sering nggabrul (=makan nggak mbayar) makan rempeyek lima mengaku dua.” Si penjual teringat, lalu menepuk-nepuk punggung si mantan anak kos sembari matanya berlinang-linang karena terharu. “Wah sekarang sudah menjadi orang terpandang. Mobilnya saja mengkilat. Terima kasih ya nak…”
Kebanyakan anak-anak pejabat itu setelah tiba masanya kuliah, juga dikirim oleh orangtuanya untuk kuliah ke Yogya, napak tilas (meneruskan tradisi) orangtuanya. Bila perlu tidaklah mondhok di kos, namun dibuatkan rumah sendiri, diberi pegangan kendaraan mobil, digunakan bersama adiknya, disertai bersamanya seorang pembantu. Yang demikian itu selanjutnya lebih banyak ditemukan. Namun ya di rumah-rumah mewah inilah sering ditemukan praktek “kumpul kebo”, dikarenakan tetangga sekitar pakewuh (enggan-segan) tidak turut peduli mengawasi, karena rumah mewah itu milik pejabat atau orang kaya yang tinggal di Jakarta atau di luar Jawa.
Apa mampu bertahan sebagai kota pendidikan?
Di saat ini, sepertinya Bandung dan Malang akan menggusur Yogyakarta, sebagai kota pendidikan. Malah sekarang sudah banyak perguruan-perguruan tinggi modern tumbuh di kota-kota lain. Bila “kota pendidikan” mengandalkan pada banyaknya tempat-tempat pendidikan, sekolahan, kampus-kampus yang modern dengan perangkat pendidikan yang lengkap dan maju; mungkin saja bisa jadi Yogyakarta tidak dapat mengejar, alias dapat tertinggal. Sedangkan pada tahun 60-an Yogyakarta terkenal menjadi kota-pendidikan, bukan karena lulusan (yang sekedar) cerdas-trampil, namun dalam hal lulusan yang memiliki karakter. Sedangkan karakter atau watak, memang dapat terbina oleh pendidikan yang harus diampu oleh guru yang menurut semboyan Taman Siswa dinamakan dengan pamong (ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). Bukan hanya sekedar cerdas dalam kemajuan ilmu-teknologi. Maka bila Yogyakarta ingin lestari menjadi kota pendidikan sebagaimana pada jaman tahun 60-an, perlu ditanyakan, apakah masih ada pendidikan budi-pekerti luhur yang mengukir watak negarawan terhadap para lulusan perguruan tinggi. Apa kini masih ada pondhokan bagi anak kos yang induk-semangnya sedemikian memperhatikan terhadap anak asuhnya itu? Jaman sekarang orang membuka pondokan=kos bagi mahasiswa-pelajar menyediakan kamar kos hingga sejumlah 16. Apa mampu memperhatikan anak kos sejumlah 16 dengan baik? Menganggap anak kos bagaikan anak atau calon menantu sendiri? Jaman sekarang pikiran kita sudah berbeda. Pikiran bisnis, tidak lagi mengandung dan menjunjung tinggi nilai luhur pendidikan.
-o0o-
Sumber: Djaka Lodang no. 40 tahun XXXVI; Sabtu Wage, 3 Maret 2007

Kamis, 29 Januari 2015

Tiga Generasi Membentuk Kultur Minum Kopi di Bali



Wirawan Tjahjadi (foto: gus wira/JB)

MEMBANJIRNYA coffee shop franchise dunia dan pelbagai merek kopi instant di Bali, tidak membuat Wirawan Tjahjadi merasa gentar. Sebagai pengusaha yang menjalankan roda bisnis kopi merek Kupu Kupu Bola Dunia (KKBD), Wirawan berkeyakinan bahwa produk kopi yang telah dipasarkan sejak 1935, memberikan produk kopi berkualitas yang sesuai dengan cita-rasa masyarakat.
KKBD selama tiga generasi telah membentuk kultur minum kopi di Bali. Cikal bakal KKBD dirintis kakek Wirawan, Bian Ek Ho. Kala itu Bian pedagang hasil bumi mencoba mengolah tumpukan kopi bahan dagangannya menjadi kopi bubuk. Meski diolah secara sederhana, hasil produknya lebih unggul ketimbang kopi buatan home industry lain karena bahan bakunya berkualitas bagus. Dalam melakoni pekerjaannya itu, Bian dibantu anak lelakinya, Djuwito.
Di luar dugaan, kerja sama ayah-anak dalam berbisnis kopi bubuk selama bertahun-tahun itu menuai sukses. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen, mereka mendapat kepercayaan pinjaman modal. Djuwito, sebagai generasi kedua, pun dipercaya menangani usaha, mulai dari memutuskan membeli mesin penggorengan asal Jerman seharga US$ 250 ribu hingga memasarkan kopi.
Pertimbangan Djuwito investasi di mesin kopi adalah ingin meningkatkan kualitas dan jumlah produksi. Targetnya, penjualan kopi tidak hanya untuk warga Bali, tetapi juga meluas ke wisatawan yang mulai banyak mengunjungi Pulau Dewata. Kemudian, dia bergerilya menawarkan produk ke hotel atau toko-toko, sampai akhirnya mampu menembus Hotel Bali Beach, satu-satunya hotel berbintang kala itu. Di tangan Djuwito itulah usaha kopi keluarga tersebut mulai dikelola secara modern dan diberi label produk Kupu-kupu Bola Dunia.
Babak baru perkembangan bisnis kopi KKBD terjadi tahun 1984. Waktu itu, pabriknya yang terletak di tengah Kota Denpasar habis terbakar. Selanjutnya, pabrik kopi dipindahkan ke Jalan Pulau Moyo, Bali. Di atas tanah seluas 1 hektare didirikanlah pabrik modern yang bangunannya tertata rapi, mulai dari tempat penjemuran, gudang penyimpanan, areal sortir biji kopi, ruang produksi (lengkap dengan mesin goreng dan mesin giling), hingga ruang pengemasan. Juga, ada pohon kopi dan binatang luwak yang dikandangkan mengikuti alur kegiatan di bawah pengelolaan PT Putra Bhineka Perkasa.
Proses produksi dan fasilitas pabrik pun ditingkatkan. Sebelumnya cuma memiliki satu mesin, lalu ditambah menjadi empat. Kontrol mutu diterapkan dengan sangat ketat, mulai dari umur panen biji kopi, pengeringan, lama simpan, proses produksi hingga pengemasan. Biji kopi yang diterima harus sudah berwarna merah, lalu dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya dalam jumlah tertentu. Lama penyimpanan biji kopi kering juga dibatasi maksimal 8 bulan. Tidak hanya itu, asap yang berasal dari mesin pembuat kopinya juga dijamin tidak mencemari lingkungan sekitarnya, sedangkan kulit-kulit biji kopinya bisa dipakai untuk pupuk. Djuwito pun memberikan pembelajaran untuk konsumennya agar membeli kopi dalam kemasan kecil saja sehingga selalu mendapatkan kopi yang baru, walau untuk itu akan lebih merepotkan pihak KKBD.
Kendati cuma tamatan sekolah setingkat SMP, Djuwito ingin pendidikan anak-anaknya lebih maju. Untuk itulah, keenam anaknya dikirim ke AS untuk bersekolah. Wirawan, anak bungsunya, dikirim ke luar negeri sejak umur 9 tahun. Djuwito berharap anak-anaknya meneruskan tongkat estafet bisnis KKBD yang dibesut generasi pertama dan dikembangkannya. Wirawanlah yang ditunjuk untuk memegang kendali perusahaan.
Program wisata pabrik kopi (foto:gus wira/JB)
Berbeda dari Djuwito yang melakukan banyak gebrakan dalam membesarkan KKBD, Wirawan mewarisi usaha yang sudah dirintis. Dia berusaha melakukan inovasi cita-rasa kopi, misalnya dengan mengembangkan kopi lanang, yang rasanya lebih mantap. ”Pesan Ayah yang harus dipegang teguh adalah menjaga mutu,” ujarnya.
Berikut ini petikan perbincangan I.B Wiradharma dari JournalBali.com dengan Wirawan Tjahjadi, pengusaha berjiwa muda yang sedang mengibarkan Jazz Cafe dan Kopi Bali House, keduanya berlokasi di daerah By Pass Sanur, tempat orang muda nongkrong dan mengapresiasi musik jazz.
Kenapa disebut kopi lanang?
Kopi lanang itu biji kopi yang tumbuh bundar seperti kembar siam tidak terbelah dua seperti biji kopi pada umumnya. Biji kopi tersebut tumbuh hanya dua persen pada waktu panen di setiap pohon kopi, dalam bahasa Inggris disebut peaberry. Jadi kita harus memilahnya untuk mendapatkan biji kopi tersebut sebelum diproses menjadi bubuk kopi lanang.
Apakah setiap pohon kopi di setiap daerah mempunyai kopi lanang?
Setiap daerah seperti Aceh, Sulawesi, Sumatra dan Bali pasti mempunyai kopi lanang.
Apakah kopi lanang mempunyai khasiat tertentu?
Menurut mitos orang Jawa, kopi lanang dikatakan mempunyai khasiat untuk vitalitas pria.
Berapa banyak peminum kopi lanang ini?
Sayangnya disini belum banyak orang mengerti kopi lanang, tapi kalau orang luar negeri, seperti orang Taiwan, orang Korea mereka sudah mengerti.
Menurut Anda,  apa khasiat yang dirasakan setelah minum kopi lanang?
Menurut saya sendiri hanya merasakan kopi lanang itu rasanya lebih mantap berbeda dengan kopi biasa.
Sudah sejak kapan merek Kopi Kupu-kupu Bola Dunia ini eksis?
Kita sudah berdiri sejak tahun 1935, saya sudah termasuk pada generasi ke-3, dulu pabrik kita ada di jalan Thamrin yang sekarang menjadi Lippo Bank. Karena peraturan pemerintah yang melarang adanya pabrik di dalam kota, maka kami pindah ke jalan Pulau Moyo ini.
Toko kita yang pertama di Jalan Gajah Mada, sampai sekarang masih ada, dulu namanya Bian Ek Ho sekarang menjadi Bhineka Jaya.
Kapan pabrik dipindahkan ke Jalan Pulau Moyo?
Kurang lebih sudah 25 tahun kita menempati lokasi seluas 2 hektar disini.
Sejak kapan merek kupu-kupu bola dunia diusung perusahaan Anda?
Mungkin sejak tahun 50-an sudah kita pakai, tapi sebenarnya dulu merek produk  kita Cap Kupu-Kupu, namun ketika ayah saya hendak mendaftarkan merek tersebut ternyata sudah di ambil orang. Atas inisiatif ayah, namanya menjadi Kupu-Kupu Cap Bola Dunia.
Kopi yang diolah di pabrik berasal dari mana saja?
Sebagian besar kopi yang kita olah adalah kopi Bali karena sebenarnya kopi Bali itu mempunyai khas tersendiri seperti ada rasa coklatnya, berbeda seperti kopi Lampung atau kopi daerah lainnya. Begitu juga dengan orang Bali, mereka sudah terbiasa dengan kopi Bali kalau disuruh minum kopi luar biasanya lidah mereka tidak bisa menerima.
Mengolah dan mengemas bubuk kopi di pabrik (foto:gus wira/JB)
Apa jenis kopi bali yang diolah?
Kebanyakan kopi yang ada di Bali adalah jenis robusta. Jadi kita lebih banyak mengolah kopi jenis robusta, dan kopi arabica yang kita olah itu hanya untuk turis-turis. Tapi saya ingin mendidik orang Indonesia untuk minum kopi arabica. Memang kopi yang tumbuh di Indonesia adalah jenis kopi robusta karena iklim di sini sangat cocok untuk pertumbuhan kopi robusta. Tapi dari segi cafein kopi robusta mengandung lebih banyak cafein dibanding kopi arabica itulah mengapa orang Amerika, Australia dan negara lainnya memilih kopi arabica dibandingkan dengan kopi robusta. Mungkin karena karakter kopi arabica yang agak kecut itu membuat orang kita tidak terlalu menyukainya, sedangkan kopi robusta tidak memiliki karakter rasa kecut.
Di Bali apakah ada daerah yang bisa ditumbuhi kopi arabica?
Ada… Itu di daerah Kintamani, karena daerah Kintamani memiliki ketinggian yang cocok untuk ditumbuhi kopi arabica yaitu sekita 6000 feet. Dibawah dari itu kopi arabica tidak bisa berbuah, hanya jenis kopi robusta yang dapat berbuah.
Bisa dijelaskan kopi yang baik itu seperti apa?
Kopi sendiri ada beberapa tingkatan, ada kualitas 1, kualitas 2, kualitas 3, kualitas 4, yang dimaksud dengan berbagai kualitas itu adalah kualitas 4 akan terlihat banyak kopi yang pecah, kualitas 3 mungkin pecahnya 40 persen, kualitas 2 mungkin pecahnya 20 persen sedangkan yang kualitas 1 tidak ada biji kopi yang pecah, semuanya harus bundar.
Apa yang dilakukan oleh perusahaan Anda untuk menjaga kualitas?
Pertama setiap petani yang datang ke sini harus kita tes biji kopinya dari tahapan penggorengan sampai menjadi bubuk, kita mempunyai tim untuk melakukan tes itu dan tim kita akan mencoba dari biji kopi sampai menjadi minuman. Selain itu kita juga mempunyai ISO, untuk mendapatkan itu tidak mudah, jadi kita berkomitmen untuk menjaga kualitas mutu dengan standar ISO. Selain itu kita juga selalu membeli kualitas biji kopi yang berkualitas 1. Selain itu kopi yang baru datang akan kita simpan minimum selama 6 bulan sebelum proses pengolahan menjadi bubuk kopi, jadi kopi itu semakin lama disimpan akan menjadikan rasanya lebih nikmat sama seperti wine, itulah bedanya kopi kita dengan kopi yang diolah oleh home industry.
Kopi Bali House
Petani dari mana saja yang menyuplai  pabrik Anda?
Kebanyakan petani kopi Kintamani dan Pupuan di Singaraja, jadi di Bali hasilan kopinya masih sedikit dibandingkan hasil kopi dari Sumatera dan Sulawesi, hanya sekitar 9000 ton kopi setiap tahunnya dimana 70-80 persen adalah jenis robusta dan sisanya adalah arabica.
Kemana saja distribusi Kopi Kupu-Kupu Cap Bola Dunia?
Sebagian besar di Bali, selain itu juga ke Jakarta dan kita juga mengekspor ke beberapa negara seperti, Guam, Jepang dan Singapura. Dan hanya 10 persen dari omzet kita yang didapatkan dari nilai ekspor. Jadi mengikuti prinsip ayah saya, pangsa pasar lokal harus tetap dijaga karena biar bagaimanapun jangan ketergantungan oleh wisatawan atau orang luar selain orang lokal juga penggemar minum kopi.
Apakah perusahaan Anda pernah mendukung kegiatan yang berhubungan dengan Kopi?
Beberapa waktu lalu kita mengadakan lomba barista internasional yang diakui di Indonesia
Siapa saja yang terlibat dalam acara tersebut?
Kita banyak dibantu STP Bali juga Special Coffee Association dimana 6 dari juara tersebut akan dikirim untuk mengikuti lomba barista tingkat nasional. Jadi lomba ini diadakan juga bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang tehknik membuat kopi yang benar, jadi bagaimana perusahaan bisa maju jika baristanya tidak mengerti bagaimana membuat kopi yang benar.
Sekolah kopi untuk generasi muda Bali (foto:gus wira/JB)
Bagaiman dengan fenomane kopi instan yang semakin marak di Bali, apakah anda mempunyai langkah tertentu untuk menyikapi persaingan ?
Menurut saya lebih baik konsentrasi kepada pangsa pasar masyarakat yang selalu setia kepada kopi kita, juga berinovasi dengan membuat oleh-oleh karena Bali ini pulau wisata, daripada memasuki wilayah kopi instant yang persaingannya cukup ketat saat ini.
Apa barang  cendera-mata atau oleh-oleh apa yang telah diproduksi  selama ini?
Seperti yang anda lihat di toko-toko, kopi juga menjadi oleh-oleh dengan kemasan yang menarik, dari kopi biasa sampai kopi lanang dan kopi luwak. Disamping itu kita juga membuat lukisan dengan bahan dasar kopi, dan cinderamta seperti kalung yang di selipkan kopi, parfum yang beraroma kopi bahkan kita mempunyai dupa yang beraroma kopi.
Bagaiman dengan trend minum kopi di Bali sendiri apakah ada penurunan?
Menurut saya perkembangan yang terjadi sekarang seperti maraknya kopi instan itu hanya sebatas pada kalangan anak muda, dan orang-orang yang tidak mempunya waktu. Tapi bagi masyarakat penggemar kopi dan masyarakat tradisional pada umumnya lebih memilih kopi tubruk.
Apakah anda mempunyai kiat untuk mempertahankan kopi dikalangan generasi muda?
Tentunya dengan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengenalkan bagaimana menilai kopi yang baik itu bentuknya, seperti kita mengadakan lomba barista, jadi tidak mungkin membuat kopi yang enak dengan kopi insan. Kedepannya kita akan membuka sekolah kopi, sebagai salah satu bentuk perhatian kami terhadap pengenalan pengetahuan kopi kepada masyarakat.
Saya kasih contoh untuk mengetes minuman kopi , yaitu dengan menyedot kopi sekeras mungkin agar kopi tersebut lansung masuk ke rongga tenggorokan lalu keluarkan udara dari hidung, maka anda bisa membedakan aroma kopi yang keluar.
Bagaimana dengan trend kopi luwak saat ini?
Kita adalah pelopor yang menjual kopi luwak di Bali, coffee shop kamu menyediakan kopi luwak dengan kualitas 1, banyak sekarang yang mengiktu kami, tapi kami berani jamin kopi luwak yang kami jual adalah yang terbaik, walaupun kamu menjual terkesan mahal tapi kami selalu memilih jenis kopi luwak yang terbaik dari biji kopi sampai proses menjadi minuman kopi.
Apakah orang lokal juga membeli kopi luwak ?
Sekitar 50-50 antara orang lokal dan orang asing yang suka minum kopi luwak di coffee shop saya.
Sebagai generasi ke-3 dalam mengelola usaha ini, apa harapan Anda?
Saya harap perusahaan yang telah dirintis oleh kakek dan orang tua saya ini tetap eksis dan berkembang, selain kopi yang kami olah adalah hasil dari petani di Bali, saya harap setiap orang yang datang ke Bali bisa minum kopi Bali untuk lebih memperkenalkan kopi Bali kepada dunia luar. Juga kita tidak akan tinggal diam terhadap persaingan global untuk terus berinovasi terhadap kopi lokal.karena kopi Kintamani salah satu dari 5 terbaik di dunia bersama daerah lainnya di indonesia, sumatra dan sulawesi.(I.B Wiradharma/http://www.journalbali.com)

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Hasil gambar untuk silsilah sri sultan hamengkubuwono ix



Nama Lengkap : Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta, Hindia Belanda (Ngayogyakarta Hadiningrat)
Tanggal Lahir : Jumat, 12 April 1912
Zodiac : Aries

BIOGRAFI
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah anak kesembilan dari Sultan Hamengkubuwono VIII dengan istri kelimanya RA Kustilah/KRA Adipati Anum Amangku Negara/Kanjeng Alit.
Ia lahir pada masa pemerintahan Belanda di Ngayogyakarta Hadiningrat (sekarang Yogyakarta) pada 12 April 1912 dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem.
Sebagai keturunan langsung dari Sultan, ia diangkat menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 mulai 18 Maret 1940 sampai menghembuskan nafas terakhirnya di usia 76 tahun pada 2 Oktober 1988 di Amerika.
Saat itu ia diberi gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.
Di bawah pimpinan Hamengkubuwono IX inilah Yogyakarta banyak mengalami perubahan. Ia sangat berani dan dengan tegas menentang kaum penjajah. Ia bersemangat memperjuangkan nasib rakyat Yogyakarta agar segera meraih otonomi sendiri.
4 tahun waktunya dihabiskan untuk bernegosiasi dengan Dr Lucien Adam selaku Diplomat Senior Belanda. Kemudian, di masa penjajahan Jepang, ia berada paling depan dalam menolak pengiriman romusha yang mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram.
Hamengkubuwono IX yang jengah terhadap intimidasi haus akan kemerdekaan. Ia lantas mendorong pemerintah RI agar bisa merdeka dan memberi status Istimewa bagi Yogyakarta. Perjuangannya bersama Paku Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia pun terwujud.
Ia diangkat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama oleh Presiden Soekarno tepat di Hari Proklamasi pada 17 Agustus 1945. Jabatan itu diembannya hingga akhir hayat, yang dibantu Paku Alam VII selaku Pejabat Gubernur.
Mulai 2 Oktober 1946 sampai 27 Juni 1947, Hamengkubuwono IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet Sjahrir III. Ia diangkat lagi dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II pada 3 Juli 1947 - 11 November 1947, yang dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.
Di masa ini, Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan pada 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947, Hamengkubuwono IX mengajak Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta.
Jabatan di Kementerian terus dipercayakan kepadanya. Dari Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949) dan Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950). Setelah itu dalam Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951), ia diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia menggantikan Abdul Hakim.
Konsentrasi Hamengkubuwono IX tidak hanya pada kesejahteraan dan ekonomi rakyat. Di bidang pendidikan, Sultan yang pernah mencicipi bangku Frobel School (setara TK) asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul, Eerste Europese Lagere School (1925), Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931), serta Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi ini juga sangat menaruh perhatian.
Ia juga disebut-sebut sebagai salah satu founding father Universitas Gadjah Mada sejak mulai pendirian Balai Perguruan Tinggi UGM pada 17 Februari 1946 sampai pendirian UGM pada 19 Desember 1949, hingga berubah menjadi Universitiet Negeri Gadjah Mada sampai menjadi Universitas Gadjah Mada di tahun 1954. Atas usahanya, ia dipilih menjadi Ketua Dewan Kurator UGM tahun 1951.
Di bidang olahraga, mantan Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956), mantan delegasi Indonesia di PBB urusan pariwisata (1963 dan 1968) ini dipercaya menjadi Ketua Federasi ASEAN GAMES (1958) dan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada 1968.
Pengalaman dan kecerdasannya juga dimanfaatkan secara penuh di bidang ekonomi ketika kembali di Kementerian menjadi Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pada 5 Juli 1959 dan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 pada Maret 1966.
Jabatan itu kemudian berganti nama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI pertama masa jabatan 25 Juli 1966 - 17 Oktober 1967, yang kemudian digantikan oleg Ali Wardhana.
Hamengkubuwono IX yang juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan pernah menjabat sebagai ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968), dipilih untuk mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden RI ke-2 menggantikan Mohammad Hatta pada 24 Maret 1973 - 23 Maret 1978. Jabatan itu dilanjutkan Adam Malik di periode berikutnya.
Dalam kehidupan pribadinya, Hamengkubuwono IX tercatat pernah 5 kali menikah. Istri pertamanya adalah BRA Pintakapurnama/KRA Pintakapurnama pada tahun 1940. Kemudian RA Siti Kustina/BRA Windyaningrum/KRA Widyaningrum/Ray Adipati Anum, putri R.W. Purwowinoto pada tahun 1943. Ketiga, Raden Gledegan Ranasaputra/KRA Astungkara, putri Raden Lurah Ranasaputra dan Sujira Sutiyati Ymi Salatun di tahun 1948. Keempat, KRA Ciptamurti, dan yang terakhir Norma Musa/KRA Nindakirana, putri Handaru Widarna di tahun 1976. Dari pernikahan itu, Hamengkubuwono IX dikaruniai 15 putra dan 7 putri.
Tepat tanggal 2 Oktober 1988 malam, Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia (1945-1988) dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama (1940-1988) ini menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center, Amerika.
Jenazahnya lalu dibawa kembali ke tanah air dan dikebumikan di kawasan pemakaman para Sultan Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Riset dan Analisa: Yunita Rachmawati
KARIR
  • Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)
  • Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
  • Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 11 November 1947 dan 11 November 1947 - 28 Januari 1948)
  • Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)
  • Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
  • Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)
  • Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951)
  • Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
  • Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)
  • Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
  • Ketua Federasi ASEAN Games (1958)
  • Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (5 Juli 1959)
  • Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
  •     Menteri Koordinator Pembangunan (21 Februari 1966)
  • Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
  • Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968)
  • Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
  • Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California, Amerika Serikat (1968)
  • Wakil Presiden Indonesia (25 Maret 1973 - 23 Maret 1978)  (www.merdeka.com)

Tradisi Minum Teh Sejak Masa Kolonial

Tradisi Minum Teh Sejak Masa Kolonial
Warta Kota/Feryanto Hadi
Tradisi minum teh 
 
Masyarakat Indonesia sudah menjadikan minum teh sebagai sebuah tradisi turun menurun. Tradisi minum teh ini awalnya hanya dimiliki kalangan bangsawan, namun kemudian sudah menjadi kebiasaan masyarakat luas.
Pada pertunjukkan 'Tradisi Minum Teh Tempoe Doeloe' pada gelaran Festival Seni Budaya Nusantara (FSBN) di pelataran dalam Museum Sejarah Jakarta, Kawasan Kota Tua Jakarta, Sabtu (23/8) malam, tercermin bagaimana kaum bangsawan dalam hal ini mengambil contoh kebiasaan Gusti Adipati Paku Alam VII yang selalu melestarikan tradisi minum teh bersama keluarganya setiap sore hari.
Menurut KRAy. SM. Anglingkusumo selaku Kepala Harian Museum Puro Pakualaman, di Indonesia, teh pertama kali dikenap pada 1686, yakni ketika warga kebangsaan Belanda, Dr. Andreas Cleyer membawa tanaman tersebut ke Indonesia sebagai tanaman hias.
"Pada 1782 Pemerintah Belanda mulai membudidayakan tanaman the utamanya di Pulau Jawa dengan mendatangkan biji-biji teh dari China. Semenjak itu, dimulailah kebiasaan untuk minum teh," jelasnya.
Indonesia sendiri merupakan negara penghasil teh terbesar kelima setelah India, China, Srilanka dan Kenya.
Pada 1826, tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor dan pada 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman teh di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) pada 1877 membuka jalan bagi Jacobus Loedewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi perkebunan teh di Jawa.
Teh dari Jawa tercatat diterima pertama kali di Amsterdam pada 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Jawa pada 1877 dan ditanam oleh RE Kerkhoven di Kebun Gambung, Jawa Barat.
"Sejak itulah perkebunan teh di Indonesia mulai berkembang luas," jelas KRAy. SM. Anglingkusumo. (http://www.tribunnews.com)

Rabu, 28 Januari 2015

Ginastel, Dongeng Teh dari Solo

Seduhan Teh Melati
Seduhan Teh Melati
Minum teh tidak hanya dikenal warga London dengan high-tea dan Twinings-nya. Masyarakat Jawa pun terkenal dengan budaya minum teh. Orang Tegal, misalnya, terkenal dengan teh poci gula batu yang manis-manis pahit. Sementara budaya minum teh di Solo, ehm..sama seperti teh khas kota tersebut, sangat kental.
Mungkin dulu, pucuk-pucuk daun teh terbaik mengembara dan berjatuhan di Solo sehingga teh menjadi minuman yang sangat populer. Tiada pagi tanpa minum teh, tiada siang tanpa minum teh, tepatnya, tiada hari tanpa teh bagi warga Solo.

Teh Ginastel Favorit Semua

Teh yang diseduh warga Solo terkenal Ginastel alias legi-panas-kentel. Legi-panas-kentel ini muncul karena kebiasaan masyarakat di Subosukowonosraten atau Eks-Karisidenan Surakarta yang gemar mencampur beragam merek teh melati kemudian membuatnya sebagai biang untuk diseduh. Bahkan mayoritas teh yang disajikan dirumah penduduk, angkringan sampai catering menggunakan metode ini. Rasa yang muncul pun khas dan ngangenin.

Jayèngan, Sang Ahli Meramu Teh

Teh Melati Kering
Teh Melati Kering
Dalam tradisi minum teh Solo, orang yang didapuk khusus sebagai pembuat teh disebuah acara disebut sebagai Jayeng atau Jayengan (penulisan asli: Jayèng atau Jayèngan). Ia bertugas untuk mengoplos, merebus, menghidangkan dan menjamin cita rasa teh sesuai kesukaan banyak orang. Yogyakarta juga mengenal penyaji teh dengan sebutan patehan. Di tangan merekalah nyawa dan rasa dari sajian teh diciptakan.
Konon, Jayengan merupakan salah satu budaya dari Kraton Surakarta yang ditiru oleh penduduk hingga sekarang. Jaman dahulu, Jayengan memasukkan teh oplosannya ke dalam kantung dari blacu atau kain katun untuk menghindari keribetan saat menyaring ampas. Tapi sekarang tak jarang mereka mengganti kain dengan plastik demi alasan kepraktisan. Para ahli meramu teh ini ternyata hanya berbekal dandang atau panci besar serta kantung teh hasil racikan rahasia untuk menyajikan teh terenak.

Teh Favorit Warga Solo

Teh Blontea ( sumber: tentangsolo.web.id ) dan Teh Sintren ( sumber: baltyra.com )
Teh Blontea ( sumber: tentangsolo.web.id ) dan Teh Sintren ( sumber: baltyra.com )
Di antara banyak merek teh melati yang beredar di Solo dan sekitarnya, ternyata teh Sintren yang menjadi primadona. Merek ini selalu ada untuk menjadi biang racikan. Biang racikan ini kemudian dicampur dengan merek lain seperti Nyapu, Gopek, Gardu atau 999. Teh Blontea hasil racikan tangan Blontak Poer pun menjadi salah satu teh enak kesukaan warga Solo. Walau beragam merek tersedia, kunci cita rasa teh campuran tetap berada di tangan sang peracik dan panasnya air saat menyeduh. Teh, walau sederhana, rasanya selalu mengena dan disukai banyak orang.
Pengin merasakan nikmatnya Ginastel asli Solo? Solo menggelar Solo International Tea Festival yang rencananya akan diadakan pada 12 Oktober 2013 di kawasan Jalan Sudirman. Monggo, sruput ginastelnya! (http://jelajah.valadoo.com)

Selasa, 27 Januari 2015

Hikayat, Ragam dan Manfaat Teh Oolong

 Hikayat, Ragam dan Manfaat Teh Oolong

Image by : Fotosearch
Manfaat teh oolong telah diketahui sejak lama. Namun, ketika Lu Yu, seorang Cina, menulis buku teh pertama pada abad ketujuh, ia mungkin tak menyangka ada beragam manfaat lain seperti berikut ini.

Perjalanan teh oolong hingga kini memang terbilang panjang. Teh oolong dipercaya mulai dikenal pada zaman dinasti Tang (618-907) di daerah Beiyun, Phoenix Mountain, di Fujian, Cina. Oleh karenanya, ia kerap disebut the Beiyun. Namun, pada perkembangannya, teh oolong juga dikenal orang sebagai “tribute tea”, karena pada zaman dinasti Song (960-1279), teh tersebut seringkali dijadikan persembahan terhadap kaisar Cina.

Melompat ke depan, pada abad ke 18, para produsen teh di Anxi, Fujian, turut memperkenalkan teh tersebut ke Taiwan. Kedua daerah tersebut (Cina Selatan dan Taiwan) hingga kini dikenal sebagai penghasil teh oolong ternama. Tetapi, apa sesungguhnya perbedaan teh oolong dengan lainnya?

Teh oolong merupakan teh yang dalam pembuatannya mengalami oksidasi sebagian. Untuk menghasilkan teh oolong, daun teh dilayukan dengan cara dijemur atau diangin-angin, kemudian diayak agar daun teh mengalami oksidasi sesuai dengan tingkatan yang diinginkan. Teh yang telah selesai dioksidasi lantas dikeringkan, kemudian diproses hingga memiliki bentuk yang khas, yaitu seperti daun terpilin. Proses terakhir adalah pengeringan kembali. Hal itu dilakukan untuk memastikan daun benar-benar kering dan tidak ada lagi oksidasi yang terjadi.

Bicara soal ragam teh oolong, ia bisa dibagi-bagi menurut beberapa parameter. Misalnya, menurut kadar oksidasi. Teh oolong memiliki empat kategori berdasar tingkat oksidasi, yaitu 5-15 persen, 20-30 persen, 30-40 persen, dan 60-70 persen. Semakin tinggi tingkat oksidasi, semakin gelap warna teh-nya.

Lain lagi jika kita bicara ragam teh oolong yang populer. Beberapa teh oolong memiliki popularitas yang mencuat di antara yang lainnya. Misalnya, Tie Kuan Yin yang terkenal di Fujian, Guangdong, dan Hongkong. Atau, Monkey Picked Oolong, yang dulunya merupakan teh yang untuk pengolahannya menggunakan daun yang dipetik oleh kera. Kini, sebutan Monkey Picked Oolong mengacu pada Tie Kuan Yin berkualitas tinggi. Beberapa ragam teh oolong lain yang cukup terkenal adalah Wuyi oolong dari pegunungan Wuyi, Danchong dari provinsi Guangdong, Taiwan oolong, serta Oriental Beauty yang diolah dari daun teh yang telah digigit sejenis wereng hijau.

Lantas apa manfaat teh oolong bagi tubuh manusia? Dalam materi presentasinya saat peluncuran produk Mytea, Emilia Achmadi MS., RD., ahli nutrisi, menunjukkan bahwa secara umum, kandungan yang terdapat dalam secangkir teh oolong memiliki beragam manfaat. Hal tersebut meliputi antioksidan polifenol, menenangkan syaraf, menghambat emulsifikasi lemak, menangkan kontraksi dan melindungi pencernaan, hingga meningkatkan metabolisme. Namun, bagaimana cara bijak mengkonsumsi teh oolong?

Teh oolong, seperti juga teh lainnya, baiknya dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang, 2-3 cangkir per hari dan dibarengi dengan mengkonsumsi air putih. Segala sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik bagi tubuh, kan? (http://www.readersdigest.co.id)

Menyambung Budaya Minum Teh di Indonesia


KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Beberapa Jenih Teh dalam 'Nusantara International Tea Festival'
 

Tak banyak yang tahu, teh sebagai minuman yang digemari banyak orang di dunia telah membangun budayanya sendiri. Dari dalam cangkir-cangkir teh yang berhasil diseduh selalu menyimpan historis, membuat teh tak hanya menjadi sekadar minuman karena di dalamnya, terkumpul narasi dan sejarah yang ikut mengiringi peradaban sebuah bangsa.
Kalau Jepang memiliki tata cara untuk menikmati minuman yang satu ini, berbeda dengan Indonesia, di sini tata cara menikmati teh belum ada aturan seragam yang seperti itu hanya saja cara menyeduhnya di tiap daerah bisa saja berbeda-beda.
Satu fakta lagi soal teh di Indonesia, keberadaannya di Indonesia menjadi cukup penting karena saat ini, Indonesia menjadi negara penghasil teh nomor empat di dunia. Mengapresiasi hal tersebut maka diselenggarakan festival teh dengan tajuk ‘Nusantara International Tea Festival' di Kota Tua Jakarta hasil kerja sama komunitas Lingkar Teh Indonesia dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mulai 19 hingga 22 Juni 2014.
Di hari-hari tersebut, anda dapat menikmati berbagai jenis tradisi minum teh dan mengenal jenis-jenis teh dari Indonesia maupun manca negara, di antaranya teh yang berasal dari India, yakni Nilgiri Tea, Jepang dengan Siang Ming Tea, lalu untuk peserta lokal Tong Tji, Kepodang, Arafa Tea, Pagilarang, Sariwangi, Banten Tea, Teh 63, dan Amaran Tea.
Untuk Indonesia sendiri, nyatanya sudah ada budaya di tiap daerahnya. “Kalau bicara budaya minum teh, rasanya Indonesia tak kalah menarik. Tahu kan, di Tegal sana sudah tercipta tradisi turun-menurun menikmati teh. Teh di sana diseduh dengan air panas dalam poci yang ditambahkan gula batu. Gula tak boleh diaduk, dinikmati panas-panas dengan wangi bunga melati yang kuat dan warna teh yang sedikit hitam hingga terasa kental. Istilahnya wasgitel yaitu wangi, sepet, legi dan kentel (wangi, sepet, manis dan kental),” ujar Eva Nainggolan, Public Relation dari Teh Enam Tiga, Jumat (20/6/2014). Teh Enam Tiga merupakan salah satu teh lokal yang ikut menyemarakkan festival ini.
Begitu juga dengan Padang, ada budaya menyeduh teh yang unik di sana menurutnya. “Kita kenal dengan teh talua, yaitu teh yang diseduh dan ditambahkan telur mentah. Nikmat sekali, soal budaya, cita rasa teh, hingga kualitas Indonesia tak pernah kalah.
KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Teh dari Bunga Krisan dalam 'Nusantara International Tea Festival'
Sebenarnya, walaupun Indonesia dikenal sebagai penghasil teh yang cukup dipandang di dunia, tak serta merta membuat budaya minum teh di Indonesia konsisten terbangun dan cenderung belum peka. “Sayang sekali, masih banyak produsen teh Indonesia mengirimkan produk berkualitasnya ke negara-negara lain, pucuk dijual dengan harga mahal, dikirim ke negara lain. Di sana merk diganti-ganti. Sedang untuk orang Indonesia hanya kebagian teh dari batangnya, terang saja kualitasnya tak sama. Tapi begitulah, belum banyak penikmat teh yang peka di sini,” tambahnya lagi.
Kegelisahan itu pula ternyata yang menjadi fondasi diselenggarakan festival ini, hal tersebut diutarakan oleh Sylviana Murni, inisiator acara sekaligus Deputi Gubernur Pemprov DKI Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. “Dengan adanya festival ini, kami ingin mendorong budaya minum teh di Indonesia sekaligus mendorong Kota Tua Jakarta menjadi pusat kegiatan kebudayaan di Jakarta,” ungkapnya.
Hingga tanggal 22 Juni 2014, anda tak hanya dapat mengenal lebih dalam budaya teh saja, karena di kawasan itu juga sedang diselenggarakan Kota Tua Creative Festival (KTCF). Di mana pengunjung juga dapat menikmati pameran seni kontemporer, arsitektur, instalasi dan fotografi yang diselenggarakan di beberapa gedung bersejarah di seputar Taman Fatahillah, di antaranya adalah Gedung Tjipta Niaga, Gedung Kerta Niaga, Gedung Samudera dan Stasiun Kota. (http://travel.kompas.com)

Sejarah Teh di Indonesia

Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias. daun teh (tea leaves)
Kebiasaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa. Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta.
Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.
Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Jan Pieterszoon Coen (30 Mei 1619)
J.P. Coen menaklukkan Jayakarta dan namanya diubah menjadiBatavia (Batavieren). Jayakarta dibumiratakan dan dibangun benteng yang bagian depan digali parit. Di bagian belakang dibangun gudang juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kuat. Selama 8 tahun kota Batavia sudah membengkak 3 kali lipat. Pembangunannya selesai pada tahun 1650. Kota Batavia sebenarnya terletak diselatan Kastil yang juga dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-potong oleh banyak parit.
Kapten Phoa Bing Am 1648
Molenvliet adalah kanal besar yang dibangun. untuk menghanyutkan kayu bakar dan lain-lain dari daerah “dekat hutan” (di sekitar bekas gedung Harmoni) ke kota. Penggaliannya mulai dari depan harmoni di berakhir di pos keamanan “Bantenburg” yang letaknya kira-kira di depan Glodok Building sekarang).
1684
Seperti yang telah diketahui tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Purwakarta dan di Banyuwangi membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828 masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stelsel). Sejak saat itu teh menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
1720
Pabrik-pabrik gula cukup banyak didirikan di sepanjang Sungai Ciliwung. Dari sejumlah 130 terdapat 50 pabrik gula yang berlokasi di tepi Sungai Ciliwung. Para pekerja biasa membuang sisa-sisa sampah tebu ke Sungai Ciliwung. Mereka tidak menyadari bahwa akibat kebiasaannya itu aliran sungai menjadi tersumbat.
1728
Pengolahan teh didukung oleh pemerintah.
1750
East India Company menciptakan sistem lelang dan sampai dengan sekarang masih bertahan di London.
Gubernur Jendral Mossel 1750-1761
Ia membeli weltevreden mendirikan rumah kediaman besar dan bagus (dekat RS Gatot Subroto sekarang). Di sekeliling rumah itu dibuatlah kebun yang sangat luas terhampar sampai ke Senen, dilengkapi dengan telaga-telaga buatan, kijang dan menjangan bergerombol di kebun itu. Ketika van Overstraten menjabat Gubernur Jendral weltevreden dijual kepada Belanda dengan batas-batas: Di sebelah utara Postweg (jalan Pos) dan Schoolweg (jl. Dr. Sutomo); di sebelah timur Groote Zuiderweg (sekarang jl. Gung sahari-Senen-Kramat bunder); di sebelah selatan: kramat bunder-jembatan Prapatan; di sebelah Barat dibatasi oleh sungai Ciliwung.
1753
  • Linnaeus meulis sistem binominal tentang teh.
  • John Hill, menganggap thea virdis sebagai teh hijau, danthea baliwa teh hitam.
Pemerintah Belanda 1798
VOC bangkrut dan dikelola langsung oleh pemerintah Belanda. Pada 1 Januari 1800 didirikan majelis untuk urusan jajahan Asia.
Gubernur Jenderal Daendels 1808-1811
  • Berlakunya sistem pemerintahan secara radikal (meletakkan dasar pemerintahan sistem Barat).
  • Membangun Jalan dan Benteng bagi pertahanan menghadapi serangan Inggris.
Gubernur Jenderal Raffles 1811-1816
  • Sistem Landrete (Semua tanah milik negara) rakyat penggarap harus membayar sewa tanah, diteruskan oleh Belanda hingga tahun 1830.
Gubernur Jenderal van der Capellen
  • 1816-1823 Penghapusan sewa Tanah.
  • 1817 Belanda Membangun Kebon Raya Bogor.
Jenderal de Kock 1825-1830
  • Perang Diponegoro.
1826-1828
  • Percobaan-percobaan di Kebun Botani di Bogor berhasil (1826).
  • Perkebunan teh yang pertama di Nusantara dimulai olehJ.L.L.L. Jacobson (1828).
  • Awal industri teh (akhir 1928), semak teh 96.400 ha.
Jenderal van de Bosch
1830 –1870
  • 1830 Diulainya Sistem tanam paksa.
  • 1833 Terdapat 1.700.000 batang pohon teh dengan hasil 16.833 pon.
  • 1835 Hasil teh dari Nusantara mulai diangkut ke negeri Belanda sebanyak 200 peti, pertama kalinya diikutkan pelelangan teh Amsterdam.
  • 1841 Kebun teh di seluruh Jawa baru ada kira-kira 3.000 bau (2.129 hektar).
  • 1843 Robert Fortune, menemukan hitam dan hijau teh karena prosesnya bukan tanamannya .
  • 1846 Kebun teh di seluruh Jawa kira-kira 4.500 bau (3.193 hektar).
  • 1858 450 orang dikerahkan untuk penanaman kopi, 300.000 orang untuk menanam tebu, 110.000 orang menanam nila.
  • 1832-1867 Saldo Untung (Batig slot) pemerintah Belanda mencapai 967 juta Gulden.
1870 -1910
  • 1870 Awal peraturan hak Erfpacht (75 tahun), ada 15 perusahaan.
  • Periode Politik Kolonial Modern.
  • Undang-undang Gula (suikerwet), (Para petani selain harus mengerjakan penanaman juga, mengerjakan tanpa upah untuk pengangkutan, pengolahan gula di pabrik, pembuatan jalan, pembuatan saluran air dan jembatan).
  • 1872 Import benih teh Assam, sebelumnya dari Tiongkok dan Jepang.
  • 1875 Kebun teh rakyat terdapat di Sinagar dan Parakan;A.B.B. Crone; Biji teh cuma-cuma kepada rakyat diCicurug dan Cibadak; Bapak perkebunan teh rakyat.
  • 1878 Datangnya varitas thea assamica di Nusantara.
  • 1880 Kebun Rakyat (Cibadak dan Cicurug).
  • 1893 Luas Kebun Rakyat 300 ha.
  • 1870-1900 Zaman Liberalisme (masuknya Modal Barat).
  • 1900-1914 Pemerintah Hindia Belanda mencari bentuk pemerintahan yang mensejajarkan Barat dan Timur dan mendudukkan keduanya dalam satu kesatuan politik. Perubahan ini dilatarbelakangi oleh keinginan merdeka dari rakyat.
  • 1901 Terjadi bencana hama pada tumbuhan tebu dan kopi.
  • 1902 Thee Proefstation (balai penelitian) yang pertama diBogor, kemudian bernaung di bawah Centrale Proefstationsvereniging (CPV).
  • 1909 Luas Kebun Rakyat 8000 ha.
1910-1942
  • 1910-1914 dan 1920-1928 Periode puncak laju pertumbuhan teh per tahun per hektar menjadi rata-rata 6.3 % dengan laju pertumbuhan penanaman yang jauh lebih tinggi.
  • 1910-1940 Perluasan perkebunan di Selatan Priangan.
  • 1918-1921 Depresi ekonomi, hanya pabrik-pabrik dekat Sukabumi yang disewa pemerintah bertahan melakukan pengolahan teh rakyat.
  • 1918 Krisis perusahaan gula tahun di Hindia Belanda.
  • 1920 Ekspor menurun sehingga perusahaan-perusahaan di Eropa mengalami kerugian dan bahkan ada yang bangkrut.
  • 1921 Dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal Fockmengalami krisis ekonomi; Pergantian pemerintahan ke tangan Gubernur Jenderal Fock
  • 1922 Terjadi pemogokan pegawai pegadaian.
  • 1923 Terjadi pemogokan pegawai kereta api.
  • 1925 Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh pemerintah yang mencakup:
  1. desentralisasi,
  2. perubahan pemerintahan,
  3. perbaikan kesehatan rakyat dan emigrasi,
  4. perbaikan pertanian dan peternakan, serta
  5. pembangunan irigasi dan lalu lintas
Menjelang PD II – Perdagangan teh memberikan keuntungan besar bagi kas negeri pemerintah kolonial (berkantor di Amsterdam dan Roterdam).-Terdapat 324 perusahaan (259 perusahaan di Jawa Barat atau 78%)
sumber : Ansari, wikipedia indonesia

Minggu, 25 Januari 2015

Bir, Minuman Tertua di Dunia





Popularitas bir sebagai minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi di dunia sudah tidak diragukan lagi – saat ini bir bahkan menduduki peringkat ketiga minuman terpopuler di dunia.

Satu lagi fakta yang menarik tentang bir: minuman ini ternyata merupakan salah satu minuman tertua yang dibuat manusia. Bukti-buktinya tercatat pada sejarah tertulis Mesir Kuno dan Mesopotamia.

Meskipun tidak ada yang tahu pasti kapan bir pertama kali diproduksi, beberapa bukti sejarah telah membuktikan bahwa minuman ini telah menyertai perjalanan panjang peradaban manusia. Prasasti tanah liat di Babilon, misalnya, menjelaskan dengan rinci resep pembuatan bir di tahun 4.300 SM. Selain itu, bir juga telah dibuat oleh bangsa Cina kuno, Asiria dan Inka.

Nampaknya bir dengan racikan jaman dulu juga pernah menjadi minuman obat. Sebuah tulisan yang ditemukan di Mesir dan diduga dibuat pada tahun 1600 SM menuliskan 100 resep pengobatan dengan menggunakan bir. Sebuah resep kuno berusia 3 milenium yang ditemukan di kuli matahari Ratu Nefertiti juga pernah diolah oleh New Castle Brewery di Inggris menjadi 1000 botol bir yang diberi nama “Tutankhamun Ale”.

Produksi bir untuk tujuan komersil pertama kali tercatat pada tahun 1200 di suatu tempat yang saat ini masuk ke dalam wilayah negara Jerman. Di tahun 1506, Jerman mengeluarkan sebuah undang-undang yang mengatur kemurnian bir, dan pembotolan bir mulai diterapkan pada tahun 1605.

Karakter bir telah berubah secara drastis sepanjang ribuan tahun. Meskipun pada esensinya bir merupakan minuman beralkohol, saat ini telah ada beberapa variasi bir dengan kadar alkohol mendekati atau tepat 0%.

Lantas bagaimana dengan sejarah bir di Indonesia? Bangsa Indonesia pertama kali diperkenalkan pada bir saat penjajah Belanda mendirikan NV Nederlands Indische Bierbrouwerijen dan mulai memproduksi bir di Surabaya pada November 1931. Pabrik bir inilah yang kemudian menghasilkan brand bir paling populer di Indonesia saat ini: Bir Bintang. (http://indonesiaindonesia.com/)

Sabtu, 24 Januari 2015

8 Kasus Besar yang Tetap Misteri di Indonesia

Tidak hanya di luar negeri terjadi kasus orang hilang atau pun peristiwa yang tetap menjadi misteri baik itu motif, atau pun siapa pelaku atas berbagai kasus-kasus yang menjadi misteri dan tak terpecahkan (sengaja ditutupi) hingga kini.
Berikut dibawah ini adalah beberapa kasus besar di Indonesia yang hingga kini tetap masih menjadi misteri dan belum tuntas penyelesaiannya baik secara hukum maupun keberadaan fisik ataupun siapa pelaku sebenarnya.



1. Kasus Sum Kuning (1970)
Ini adalah kasus getir dan pahit dari seorang gadis muda bernama Sumarijem seorang gadis muda dari kelas bawah seorang penjual telur dari Godean Yogyakarta yang (maaf) diperkosa oleh segerombolan anak pejabat dan orang terpandang di kota Yogyakarta kala itu.Kasus ini merebak menjadi berita besar ketika pihak penegak hukum terkesan mengalami kesulitan untuk membongkar kasusnya hingga tuntas. Pertama-tama Sum Kuning disuap agar tidak melaporkan kasus ini kepada polisi. Belakangan oleh polisi tuduhan Sum Kuning dinyatakan sebagai dusta. Seorang pedagang bakso keliling dijadikan kambing hitam dan dipaksa mengaku sebagai pelakunya.
Tanggal 18 September 1970 Sumarijem yang saat itu berusia 18 tahun tengah menanti bus di pinggir jalan dan tiba-tiba diseret masuk kedalam sebuah mobil oleh beberapa pria, didalam mobil Sumarijem (Sum Kuning) diberi bius (Eter) hingga tak sadarkan diri, Ia dibawa ke sebuah rumah di daerah Klaten dan diperkosa bergilir hingga tak sadarkan diri.
Kasus ini cukup pelik karena menurut Jendral Pur Hoegeng mantan Kapolri bahwa para pelaku pemerkosaan adalah anak-anak pejabat dan salah seorang diantaranya adalah anak seorang pahlawan revolusi (Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa, penerbit Bentang).
Dalam bukunya juga disebutkan bahwa Sum Kuning ditinggalkan ditepi jalan, Gadis malang ini pun melapor ke polisi. Bukannya dibantu, Sum malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu.
Dalam pengakuannya kepada wartawan, Sum mengaku disuruh mengakui cerita yang berbeda dari versi sebelumnya. Dia diancam akan disetrum jika tidak mau menurut. Sum pun disuruh membuka pakaiannya, dengan alasan polisi mencari tanda palu arit di tubuh wanita malang itu.Karena melibatkan anak-anak pejabat yang berpengaruh, Sum malah dituding anggota Gerwani. Saat itu memang masa-masanya pemerintah Soeharto gencar menangkapi anggota PKI dan underbouw-nya, termasuk Gerwani.Kasus Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Sidang perdana yang ganjil ini tertutup untuk wartawan. Belakangan polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo. Trimo disebut sebagai pemerkosa Sum. Dalam persidangan Trimo menolak mentah-mentah. Jaksa menuntut Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan. Tapi majelis hakim menolak tuntutan itu. Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sum tak terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sum harus dibebaskan.Dalam putusan hakim dibeberkan pula nestapa Sum selama ditahan polisi. Dianiaya, tak diberi obat saat sakit dan dipaksa mengakui berhubungan badan dengan Trimo, sang penjual bakso. Hakim juga membeberkan Trimo dianiaya saat diperiksa polisi.
Hoegeng terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sum, Hoegeng memanggil Komandan Polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah Kombes Suswono. Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum Kuning."Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak," tegas Hoegeng.Hoegeng membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Namanya 'Tim Pemeriksa Sum Kuning', dibentuk Januari 1971. Kasus Sum Kuning terus membesar seperti bola salju. Sejumlah pejabat polisi dan Yogyakarta yang anaknya disebut terlibat, membantah lewat media massa.Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team pemeriksa Pusat Kopkamtib. Hal ini dinilai luar biasa. Kopkamtib adalah lembaga negara yang menangani masalah politik luar biasa. Masalah keamanan yang dianggap membahayakan negara. Kenapa kasus perkosaan ini sampai ditangani Kopkamtib??
Dalam kasus persidangan perkosaan Sum, polisi kemudian mengumumkan pemerkosa Sum berjumlah 10 orang. Semuanya anak orang biasa, bukan anak penggede alias pejabat negara. Para terdakwa pemerkosa Sum membantah keras melakukan pemerkosaan ini. Mereka bersumpah rela mati jika benar memerkosa.
Kapolri Hoegeng sadar. Ada kekuatan besar untuk membuat kasus ini menjadi bias.
Tanggal 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri. Beberapa pihak menilai Hoegeng sengaja dipensiunkan untuk menutup kasus ini.
Sum sendiri kemudian bekerja di Rumah Sakit Tentara di Semarang. Dia kemudian menikah dengan seorang pria yang sudah dikenalnya saat masih dirawat.
Tapi siapakah pelaku pemerkosaan sebenarnya dari Sum Kuning masih menjadi tanda tanya besar sampai saat ini sebab baik Sum Kuning tetap pada pendiriannya bahwa pemerkosanya adalah sekumpulan anak pejabat maupun 10 pemuda anak orang biasa yang diajukan ke pengadilan dan membantah habis-habisan tuduhan yang diajukan kepada mereka dan dijadikan sebagai kambing hitam untuk menutupi para pelaku sebenarnya.


 2. Menghilangnya 13 Aktifis menjelang Reformasi
Menjelang Reformasi di tahun 1998 ada sekitar 13 orang aktivis yang diculik paksa oleh militer dan hingga kini keberadaan mereka masih menjadi misteri, jika mereka sudah meninggal dimanakah mereka dikuburkan dan alasan apa yang menyebabkan sehingga militer menculik ke-13 orang aktivis ini. Mereka adalah Yanni Afri, Sonny, Herman Hendrawan, Dedy Umar, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Ucok Munandar Siahaan, Petrus Bima Anugerah, Widji Tukul, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.
Pasukan Kopassus dari tim mawar dianggap bertanggung jawab atas peristiwa menghilangnya ke-13 aktivis tersebut dimana ada 24 orang yang diculik namun 9 orang berhasil bebas yakni Aan Rusdiyanto, Andi Arief, Desmon J Mahesa, Faisol Reza, Haryanto Taslam, Mugiyanto, Nezar Patria, Pius Lustrilanang dan Raharja Waluya Jati.
Sementara 1 orang lagi yakni Leonardus Nugroho (Gilang) yang sempat dinyatakan hilang lalu 3 hari kemudian ditemukan telah meninggal dunia di Magetan dengan luka tembak dikepalanya.
Karena kasus ini sempat membuat heboh di tahun 1998 dan atas desakan berbagai pihak didalam maupun luar negri pada tanggal 3 Agustus 1998 Panglima ABRI saat itu, Jend Wiranto membentuk Dewan Kehormatan Perwira yang diketuai oleh Jend TNI Soebagyo HS yang saat itu menjabat sebagai KSAD, dan wakil ketua terdiri dari Let Jen TNI Fahrur Razi (Kasum ABRI), Let Jen Yusuf Kartanegara (Irjen Dephankam) dan anggota yang terdiri dari : Let Jen Soesilo Bambang Yudhoyono yang kini menjadi Presiden RI (Kassospol ABRI), Let Jen Agum Gumelar (Gubernur Lemhanas), Let Jen Djamiri Chaniago (Pangkostrad) dan Laksdya Achmad Sutjipto (Danjen AKABRI).
Pada tanggal 24 Agustus 1998 Letnan Jendral Prabowo Subianto selaku Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) diberhentikan dari dinas kemiliteran.
Menindaklanjuti keputusan dari Menteri Pertahana/Panglima ABRI Jendral Wiranto, dilakukan penyelidikan oleh PUSPOM ABRI dan selanjutnya diketahui bahwa tim mawar dari Kopassus diduga bertanggung jawab terhadap kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis 1998 tersebut.
11 anggota Kopassus diadili secara militer namun KONTRAS dalam siaran pers nya menyebutkan :"Proses peradilan terhadap 11 anggota Kopassus terdakwa penculikan itu tidak lebih hanya sebuah rekayasa hukum untuk memutus pertanggung jawaban Letnan Jendral Prabowo Subianto yang sebenarnya paling bertanggung jawab atas operasi ini. Hal tersebut jelas bertolak belakang dengan hasil pemeriksaan DKP yang membuktikan bahwa Letjen Prabowo lah yang bertanggung jawab atas penculikan itu, karena itulah akhirnya ia dipensiunkan. Jadi secara keseluruhan kami berkesimpulan bahwa persidangan itu tidak lebih dari sebuah pertunjukan dagelan yang tidak lucu. Oleh sebab itu KontraS bersama keluarga korban tetap menuntut Letjen Prabowo Subianto, Mayjen Muchdi PR serta Kolonel Chairawan segera diseret ke pengadilan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kasus penculikan ini”
 Pembacaan putusan pengadilan Mahkamah Militer Tinggi (Mahmilti) II Jakarta dengan nomor perkara PUT. 25 – 16 / K- AD / MMT – II/ IV/ 1999. Isi dari keputusan pengadilan menyatakan ;
No Nama Terdakwa Vonis / Hukuman
1 Mayor (Inf) Bambang Kristiono 22 bulan / dipecat, 2 Kapten (Inf) F.S Multhazar 20 bulan / dipecat, 3 Kapten (Inf) Nugroho Sulistyo 20 bulan / dipecat, 4 Kapten (Inf) Yulius Stevanus 20 bulan / dipecat, 5 Kapten (Inf) Untung Budi Harto 20 bulan / dipecat, 6 Kapten (Inf) Dadang Hendra Yuda 16 bulan / dipecat, 7 Kapten (Inf) Djaka Budi Utama 16 bulan / dipecat, 8 Kapten (Inf) Fauka Noor Farid 16 bulan / dipecat, 9 Sersan Kepala Sunaryo 12 bulan / dipecat, 10 Sersan Kepala Sigit Sugianto 12 bulan / dipecat, 11 Sersan Satu Sukadi 12 bulan / dipecat

Namun proses pengadilan tersebut tetap saja tidak memberikan kepastian dimanakah mereka menahan para aktivis tersebut dan jika sudah meninggal dimanakah mereka menguburkan atau membuang mayat ke-13 aktivis yang hilang tersebut.



3. Penembak Misterius (Petrus) 1982-1985.
Petrus atau juga dikenal sebagai operasi clurit dianggap oleh banyak orang sebagai sebuah operasi rahasia dimasa pemerintahan Orde Baru untuk menghabisi para Gali (Gabungan anak liar) dan Preman yang dianggap meresahkan dan mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat kala itu.
Hingga kini para pelaku Petrus tidak pernah tertangkap dan tidak jelas siapa pelakunya.
Kemungkinan besar adanya operasi ini karena instruksi dari Presiden Soeharto di tahun 1982 saat memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya, Anton Soedjarwo atas keberhasilannya membongkar kasus perampokan yang meresahkan masyarakat, lalu ditahun yang sama Soeharto kembali meminta Polisi dan ABRI dihadapan RAPIM ABRI untuk mengambil langkah pemberantasan yang efektif dalam menekan angka kriminalitas.Karena permintaan atau perintah Soeharto disampaikan pada acara kenegaraan yang istimewa, sambutan yang dilaksanakan oleh petinggi aparat keamanan pun sangat serius. Permintaan Soeharto itu sontak disambut oleh Pangkopkamtib Laksamana Soedomo melalui rapat koordinasi bersama Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta yang berlangsung di Markas Kodam Metro Jaya 19 Januari 1983. Dalam rapat yang membahas tentang keamanan di ibukota itu kemudian diputuskan untuk melaksanakan operasi untuk menumpas kejahatan bersandi Operasi Celurit di Jakarta dan sekitarnya. Operasi Celurit itu selanjutnya diikuti oleh Polri/ABRI di masing-masing kota serta provinsi lainnya. Para korban Operasi Celurit pun mulai berjatuhan.
Petrus pada awalnya beraksi secara rahasia namun lambat laun aksi mereka seperti sebuah teror menakutkan bagi para bromocorah dan preman di kota-kota besar,  pada tahun 1983 berhasil menumbangkan 532 orang yang dituduh sebagai pelaku kriminal. Dari semua korban yang terbunuh, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Tahun 1984 korban Petrus (Penembak Misterius) yang tewas sebanyak 107 orang, tapi hanya 15 orang yang tewas oleh tembakan. Sementara tahun 1985, tercatat 74 korban Petrus (Penembak Misterius) tewas dan 28 di antaranya tewas karena tembakan. Secara umum para korban Petrus saat ditemukan dalam kondisi tangan dan leher terikat. Kebanyakan korban dimasukkan ke dalam karung dan ditinggal di tepi jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, hutan-hutan, dan kebun. Yang pasti pelaku Petrus terkesan tidak mau bersusah-susah membuang korbannya karena bila mudah ditemukan efek shock therapy yang disampaikan akan lebih efektif. Sedangkan pola pengambilan para korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal atau dijemput aparat keamanan. Akibat berita yang demikian gencar mengenai Petrus yang berhasil membereskan ratusan penjahat, para petinggi negara pun akhirnya berkomentar.ketika berita serupa hampir tiap hari muncul di seantero Jakarta dan massa mulai membicarakan masalah penembakan misterius, Benny Moerdani sebagai Panglima Kopkamtib seusai menghadap Presiden Soeharto lalu memberi pernyataan kepada pers bahwa penembakan gelap yang terjadi mungkin timbul akibat perkelahiaan antar geng bandit. “Seiauh ini belum pernah ada perintah tembak di tempat bagi peniahat yang ditangkap” komentar Benny. Dan tak ada seorang pun wartawan yang saat itu berani melaniutkan pertanyaan kepada jenderal yang dikenal sangat tegas dan garang itu.
Kepala Bakin saat itu, Yoga Soegama juga memberikan pernyataan yang bernada enteng bahwa masyarakat tak perlu mempersoalkan para penjahat yang mati secara misterius. Tapi pernyataan yang dilontarkan man-tan Wapres H. Adam Malik justru bertolak belakang sehingga membuat kasus penembakan misterius tetap merupakan peristiwa serius dan harus diperhatikan oleh pemerintah RI yang selalu menjunjung tinggi hukum. “Jangan mentangmentang penjahat dekil langsung ditembak, bila perlu diadili hari ini langsung besoknya dieksekusi mati. Jadi syarat sebagai negara hukum sudah terpenuhi,” kecam Adam Malik sambil menekankan, “Setiap usaha yang bertentangan dengan hukum akan membawa negara ini pada kehancuran.”
Tindakan tegas para Penembak Misterius (Petrus) pada akhirnya memang menyulut pro dan kontra. Pendapat yang pro, Petrus pantas diterapkan kepada target yang memang jelas-jelas penjahat. Sebaliknya pendapat yang kontra menyatakan keberatannya jika sasaran Petrus hanya penjahat kelas teri atau mereka yang hanya memiliki tato tapi bukan penjahat beneran. Pendapat atau komentar yang cukup kontroversial adalah yang dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Belanda, Hans van den Broek, yang secara kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta pada awal Januari tahun 1984. Setelah bertemu dengan Menlu Mochtar Kusumaatmadja, Broek secara mengejutkan berharap bahwa pembunuhan yang telah mejnakan korban jiwa sebanyak 3.000 orang itu pada waktu mendatang diakhiri dan Indonesia juga diharapkan dapat melaksanakan konstitusi dengan tertib hukum. Menlu Mochtar sendiri menjawab bahwa peristiwa pembunuhan misterius itu terjadi akibat meningkatnya angka kejahatan yang mendekati tingkat terorisme sehingga masyarakat merasa tidak aman dan main hakim sendiri.
Atas pernyataan Menlu Belanda itu, Benny yang merasa kebakaran jenggot sekali lagi harus tampil untuk meluruskan tuduhan tadi. Ia kembali menegaskan bahwa pembunuhan yang terjadi karena perkelahian antar geng. “Ada orang-orang yang mati dengan luka peluru, tetapi itu akibat melawan petugas. Yang berbuat itu bukan pemerintah. Pembunuhan itu bukan kebijaksanaan pemerintah,” tegasnya. Namun persoalan penembakan itu akhirnya tidak lagi misterius meskipun para pelakunya hingga saat ini tetap misterius dan tidak terungkap. Beberapa tahun kemudian Presiden Soeharto justru memberikan uraian tentang latar belakang permasalahannya dimana ia mengatakan Tindakan keamanan tersebut memang terpaksa dilakukan sesudah aksi kejahatan yang terjadi di kota-kota besar Indonesia semakin brutal dan makin meluas. Seperti tertulis dalam bukunya Benny Moerdani hal 512-513 Pak Harto berujar : “Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment therapy, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor-dor! Begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya mau tidak mau harus ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak. Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampui batas perikemanusiaan. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu”
Namun jika para petinggi militer maupun presiden sendiri menyatakan bahwa penembakan terhadap para preman karena melawan saat hendak ditangkap bagaimana Moerdani menjelaskan para korban Penembakan Misterius yang ditemukan dalam goni-goni dengan tangan terikat atau yang dihanyutkan di sungai? atas kordinasi siapakah para Penembak Misterius itu menjalankan perintah?


4. Kasus Kematian Peragawati Terkenal Dietje
Diera tahun 1980an ada seorang peragawati ternama yang cantik bernama Dietje yang bernama lengkap Dietje (Dice) Budimulyono/Dice Budiarsih, ia tewas dibunuh dengan tembakan berulang kali oleh seorang yang ahli dalam menembak kemudian mayat nya dibuang disebuah kebun karet dibilangan kalibata yang sekarang menjadi komplek perumahan DPR. Setelah kasus tersebut marak di media massa, Polisi akhirnya menangkap seorang tua renta yang nama aslinya tidak diketahui dan hanya dikenal dengan panggilan Pakde dikenal juga sebagai Muhammad Siradjudin, konon ia adalah seorang dukun. Yang entah dengan alasan dan motif apa yang tidak jelas ia dianggap sebagai pembunuh Dietje. Bagi Polis Motif tidak begitu penting karena Polisi mengungkapkan bahwa "katanya" mereka "Memiliki bukti yang kuat".
Pak De membantah sebagai pembunuh Ditje seperti yang tercantum dalam BAP yang dibuat polisi. Pengakuan itu, menurut Pak De dibuat karena tak tahan disiksa polisi termasuk anaknya yang menderita patah rahang. Ketika itu, Pak De mengajukan alibi bahwa Senin malam ketika pembunuhan terjadi, dia berada di rumah bersama sejumlah rekannya. Saksi-saksi yang meringankan untuk memperkuat alibi saat itu juga hadir di pengadilan. Namun, saksi dan alibi yang meringankan itu tak dihiraukan majelis hakim.
Akhirnya Pakde dijatuhi hukuman penjara seumur hidup namun publik saat itu sudah mengetahui rumor bahwa Dietje menjalin hubungan asmara dengan menantu dari orang paling berkuasa di Indonesia saat itu. Dan tentu saja kasus seperti ini tidak akan pernah terungkap dengan benar. Karena pemilik informasi satu-satunya kepada media atau publik berasal dari polisi. Dan bisa jadi, publik digiring dengan sekuat tenaga, untuk ‘meyakini’ bahwa benarlah yang membunuh Dietje adalah Pakde.
Dietje disebutkan dipakai sebagai "Jasa" oleh seorang eks petinggi militer yang terjun ke dunia usaha dan untuk memuluskan bisnisnya Dietje dipakai oleh sang eks petinggi militer untuk menyenangkan menantu orang paling berkuasa di Indonesia,  Hasil dari jasa Dietje, sang ‘jenderal’ pengusaha mendapat satu kontrak besar pembangunan sebuah bandar udara modern. Tapi hubungan Dietje berlanjut jauh dengan sang menantu. Ketika perselingkuhan itu ‘bocor’ ke keluarga besar, keluar perintah memberi pelajaran kepada Dietje, hanya saja ‘kebablasan’ menjadi suatu pembunuhan. Dietje ditembak di bagian kepala pada suatu malam tatkala mengemudi sendiri mobilnya di jalan keluar kompleks kediamannya di daerah Kalibata. Pak ‘De’ Siradjuddin yang dikenal sebagai guru spiritualnya dikambinghitamkan, ditangkap, dipaksa mengakui sebagai pelaku, diadili dijatuhi hukuman seumur hidup dan sempat dipenjara bertahun-tahun lamanya, Hingga akhirnya Pak De mendapat grasi dari Presiden BJ Habibi dimana hukuman Pak De dirubah dari seumur hidup menjadi 20 tahun di tahun 1999.Akhirnya 27 Desember 2000 Pak De dapat meninggalkan hotel prodeo setelah pemerintah memberikan kebebasan bersyarat. Setelah menghirup udara bebas, Pak De lebih sering mengurusi ayam-ayamnya. Tubuhnya telah lama layu. Kumis tebalnya juga sudah berwarna kelabu. Kepada setiap orang kembali Pak De menyatakan: “Pak De tidak membunuh Ditje". Pak De dalam kasus pembunuhan itu merasa menjadi kambing hitam oleh polisi dan Polda Metro Jaya. "Sebenarnya saat itu polisi tahu pembunuhnya," kata Pak De. Siapakah pelakunya? Pak De menyebut-nyebut sejumlah nama yang saat itu dekat dengan kekuasaan. Entahlah, sebab di negeri ini keadilan tidak berlaku bagi rakyat kecil


5. Kasus Pembunuhan Udin
Udin adalah seorang wartawan Harian Bernas di Yogyakarta yang tewas terbunuh oleh seseorang tidak dikenal. Udin yang bernama asli Fuad Muhammad Syafrudin pada selasa malam 13 Agustus 1996 kedatangan seorang tamu misterius yang kemudian menganiyaya dirinya dan pada tanggal 16 Agustus 1996 Udin harus mengembuskan nafas terakhirnya.
Udin tercatat sebagai seorang wartawan yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer.
Kasus Udin menjadi ramai karena Kanit Reserse Polres Bantul, Serka Edy Wuryanto dilaporkan telah membuang barang bukti dengan membuang sampel darah Udin ke laut dan mengambil buku catatan Udin dengan dalih penyelidikan dan penyidikan.
Kasus Udin menjadi gelap akibat hilangnya beberapa bukti penting dalam pengungkapan kasus kematian sang wartawan dan juga terdapat beberapa orang yang dikambing hitamkan atas peristiwa kematian Udin.
Seorang wanita bernama Tri Sumaryani mengaku ditawari dengan imbalan sejumlah uang untuk membuat pengakuan bahwa ia dan Udin telah melakukan hubungan gelap dan suaminya lah yang telah membunuh Udin.
Lalu Dwi Sumaji alias Iwik  seorang supir dari Dymas Advertising Sleman diculik di perempatan Beran Sleman lalu dibawa ke Hotel Queen of the South Parangtritis dan dipaksa oleh Serka Edy Wuryanto yang memiliki nama panggilan Franky agar mengaku sebagai pembunuh Udin, sebelumnya di sebuah losmen bernama Losmen Agung yang juga berada di parangtritis Iwik dicekoki berbotol-botol minuman keras hingga mabuk dan disuguhi wanita penghibur dan diberi janji uang, pekerjaan yang layak serta jaminan hidup buat keluarganya dimana sebelumnya ia dijebak oleh Edy Wuryanto dengan dalih pembicaraan bisnis Billboard. Di pengadilan Iwik mencabut seluruh "pengakuan" dirinya dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Polisi karena ia sebagai korban rekayasa dan berada dibawah ancaman tekanan dan paksaan oleh Kanit Reserse Polres Bantul Serka Edy Wuryanto.
Komnas HAM mengadakan investigasi lapangan dan menyimpulkan telah terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia namun tetap saja Iwik dijadikan sebagai tersangka utama oleh Polisi dan diajukan ke persidangan, walau penuh teror dari berbagai pihak akhirnya Iwik divonis bebas oleh majelis hakim dan motif perselingkuhan yang selama ini dihembuskan secara otomatis gugur selain itu majelis hakim memerintahkan agar polisi mencari, mengungkap motif, dan menangkap pelaku pembunuhan Udin yang sebenarnya.
Dalam kesaksiannya di persidangan Iwik menyatakan bahwa dirinya selain menjadi korban rekayasa dan bisnis politik, ia hanya dipaksa menjalankan skenario rekayasa Franki alias Serma Pol Edy Wuryanto dengan alasan untuk melindungi kepentingan Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo.
Namun hingga kini para pelaku kejahatan pembunuhan terhadap sang wartawan yang kritis tersebut tidak ada yang ditangkap atau diadili ke meja hukum.


6. Kasus Marsinah
Marsinah hanyalah seorang buruh pabrik dan aktivis buruh yang bekerja pada PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong Sidoarjo, Jawa Timur. Ia ditemukan tewas terbunuh pada tanggal 8 Mei 1993 diusia 24 tahun. Otopsi dari RSUD Nganjuk dan RSUD Dr Soetomo Surabaya menyimpulkan bahwa Marsinah tewas kerena penganiayaan berat.
Marsinah adalah salah seorang dari 15 orang perwakilan para buruh yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. Awal dari kasus pemogokan dan unjuk rasa para buruh karyawan CPS bermula dari surat edaran Gubernur Jawa Timur No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp 1700 menjadi Rp 2250.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.
Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Pada tanggal 30 September 1993 dibentuk tim Bakorstanasda Jatim  untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI.
Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa".
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.  Hingga kini kasus Marsinah tetap menjadi misteri dan menjadi sejarah kelam ranah hukum di Indonesia.

7. Kasus Menghilangnya Edy Tansil

Edy Tansil adalah seorang pengusaha keturunan yang memiliki nama asli Tan Tjoe Hong/Tan Tju Fuan yang menjadi narapidana dan harus mendekam selama 20 tahun di penjara Cipinang atas kasus kredit macet Bank Bapindo yang merugikan negara senilai 565 juta dollar (1.5 T rupiah dengan kurs dollar saat itu). Edy Tansil dilaporkan kabur dari penjara pada tanggal 4 Mei 1996 dan 20 petugas LP Cipanang dijadikan tersangka karena dianggap membantu Edy Tansil melarikan diri dan sejak itu keberadaan dari Edy Tansil seperti raib ditelan bumi.
Sebuah LSM pengawas anti-korupsi bernama Gempita melaporkan bahwa Edy Tansil tengah menjalankan bisnis sebuah perusahaan bir yang mendapat lisensi dari perusahaan bir Jerman bernama Becks Beer Company di kota Pu Tian Provinsi Fujian China.
Di tahun 2007 Tempo interactive melaporkan bahwa tim pemburu koruptor (TPK) berdasarkan temuan dari PPATK menyatakan akan segera memburu Edy Tansil dimana PPATK menemukan bukti bahwa buronan tersebut telah melakukan transfer uang ke Indonesia setahun sebelumnya. Namun hingga kini keberadaan Edy Tansil tetap masih menjadi misteri.
Ada beberapa koruptor yang juga melarikan diri ke luar negri dan hingga kini keberadaan mereka tidak terungkap atau belum tertangkap seperti Adelin Lis, Sjamsul Nursalim, David Nusa Wijaya, Maria Pauline, Djoko S Tjandra, Marimutu Sinivasan, Hendra Rahardja, Sukanto Tanoto dan masih banyak lainnya.


8. Kasus Munir
Munir sebenarnya akan melanjutkan study S2 di Univeritas Utrecht, Belanda dan dalam kronologi kasus pembunuhan aktivis HAM tersebut disebutkan bahwa menjelang memasuki pintu pesawat, Munir bertemu dengan Polycarpus seorang pilot pesawat Garuda yang sedang tidak bertugas dan Polycarpus menawarkan kepada Munir untuk berganti tempat duduk pesawat dimana Munir menempati kursi Polycarpus dikelas bisnis dan Polycarpus menempati kursi Munir dikelas ekonomi.
Sebelum pesawat mengudara, flight attendant (Pramugari) Yetti Susmiarti dibantu Pramugara senior Oedi Irianto membagikan welcome drink kepada para penumpang dan Munir memilih Jus Jeruk.
Pukul 22.05 WIB pesawat lepas landas dan 15 menit kemudian kembali Flight Attendant membagikan makanan dan minuman kepada para penumpang, Munir memilih mi goreng dan kembali memilih jus jeruk sebagai minumannya, setelah mengudara hampir 2 jam pesawat mendarat di bandara Changi Singapura.
Di bandara Changi Munir menghabiskan waktu di sebuah gerai kopi sedangkan seluruh awak pesawat termasuk Polycarpus berangkat menuju hotel menggunakan bus dan perjalanan dari Singapura menuju Belanda seluruh awak pesawatnya berbeda dari perjalanan Jakarta menuju Singapura.
Dalam perjalanan Munir meminta kepada flight attendant Tia Ambarwati segelas teh hangat dan Tia pun menyajikan segelas teh hangat yang dituangkan dari teko ke gelas diatas troli dilengkapi gula sachet.
Tiga jam setelah mengudara Munir bolak balik ke toilet, saat berpapasan dengan Pramugara bernama Bondan, Munir memintanya memanggil Tarmizi seorang dokter yang ia kenal saat hendak berangkat yang kebetulan juga menuju Belanda, Tarmizi melakukan pemeriksaan umum dengan membuka baju Munir. Dia lalu mendapati bahwa nadi di pergelangan tangan Munir sangat lemah. Tarmizi berpendapat Munir mengalami kekurangan cairan akibat muntaber. Munir kembali lagi ke toilet untuk muntah dan buang air besar dibantu pramugari dan pramugara. Setelah selesai, Munir ke luar sambil batuk-batuk berat.Tarmizi menyuruh pramugari untuk mengambilkan kotak obat yang dimiliki pesawat.Kotak pun diterima Tarmizi dalam keadaan tersegel. Setelah dibuka, Tarmizi berpendapat bahwa obat di kotak itu sangat minim, terutama untuk kebutuhan Munir: infus, obat sakit perut mulas dan obat muntaber, semuanya tidak ada. Tarmizi pun mengambil obat di tasnya. Dia memberi Munir dua tablet obat diare New Diatabs; satu tablet obat mual dan perih kembung, Zantacts dan satu tablet Promag. Tarmizi menyuruh pramugari membuat teh manis dengan tambahan sedikit garam. Namun, setelah lima menit meminum teh tersebut, Munir kembali ke toilet. Tarmizi menyuntikkan obat anti mual dan muntah, Primperam, kepada Munir sebanyak 5 ml. Hal ini berhasil karena Munir kemudian tertidur selama tiga jam. Setelah terbangun, Munir kembali ke toilet. Kali ini dia agak lama, sekitar 10 menit, ternyata Munir telah terjatuh lemas di toilet.
Dua jam sebelum pesawat mendarat, terlihat keadaan Munir: mulutnya mengeluarkan air yang tidak berbusa dan kedua telapak tangannya membiru. Awak pesawat mengangkat tubuh Munir, memejamkan matanya dan menutupi tubuh Munir dengan selimut. Ya, Munir meninggal dunia di pesawat, di atas langit Negara Rumania.
Setelah dilakukan penyelidikan termasuk oleh pihak otoritas Belanda ditemukan bahwa didalam tubuh Munir ditemukan kandungan racun Arsenik sebanyak 460mg didalam lambungnya dan 3.1mg/l dalam darahnya.
Namun terdapat keanehan setelah dilakukan otopsi oleh pihak RS Dr Soetomo dimana kandungan arsenik yang ditemukan didalam lambung Munir sedikit ganjil karena seharusnya kandungan arsenik tersebut sudah hancur/melarut.
Ini terkesan mempertegas spekulasi jika kandungan arsenik dalam tubuh Munir baru dimasukkan ketika jenazahnya sudah di Indonesia. Spekulasi ini juga diperkuat dengan permintaan mereka untuk menahan lebih lama organ tubuh Munir. Spontan ini juga menimbulkan indikasi bahwa hal itu dilakukan agar organ tubuh Munir bisa dipersiapkan (dimark-up) agar benar-benar akan terkesan keracunan arsenik ketika diperiksa oleh pihak lain. Disebutkan juga ciri-ciri korban yang keracunan arsenik, antara lain: ada pembengkakan otak, paru paru yang mengalami kerusakan, mulut keluar darah karena indikasi kerusakan sistem pencernaan. Ketika arsenik masuk kedalam tubuh (dan racun mulai bekerja), biasanya korban mengalami muntaber berat disertai kejang-kejang.
Apapun itu penyebab kematian aktivis HAM tersebut namun hingga kini tampaknya kasus tersebut belum tuntas walaupun ada beberapa orang yang telah dijatuhi vonis oleh pengadilan namun Suciwati selaku istri Munir tetap merasa tidak puas dan meminta pemerintah menuntut secara tuntas kasus kematian suaminya.
Apakah ini tindakan kontra intelijen ataupun sebuah operasi pembunuhan oleh intelijen? tidak ada yang mengetahui kejadian sebenarnya kecuali mungkin para pelaku utama pemberi perintah untuk membunuh sang aktivis. Namun yang pasti didalam sebuah kasus pembunuhan terencana harus ada motif dan tujuan dari melenyapkan seseorang, apakah pihak dinas intelijen RI begitu bodoh untuk membunuh seseorang yang secara aktif mengkritisi berbagai persoalan HAM di indonesia dan jika ia dihilangkan secara paksa pasti mata dan tuduhan internasional pasti akan mengarah kepada pemerintah Indonesia, dan pihak militer serta badan intelijennya, atau mungkin ada beberapa pihak yang telah gelap mata akibat sikap kritis dari Munir yang membuat mereka mengambil keputusan untuk menghabisinya, sebuah misteri yang belum terungkap hingga kini.

Sumber : jakartapress.com, id.wikipedia.org, merdeka.com, tempo.co, rajawalinews.com/7612/kronik-kasus-penculikan-dan-penghilangan-paksa-aktivis-1997-1998/, detik.com, politik.kompasiana.com