Mr. Self-Destruct
Menang US$ 30juta di meja poker. Kehilangan US$ 900ribu sekali main. Tewas akibat kokain di usia 46.
Dalam poker hall of fame, ada seorang pemain yang ketrampilan dan kenekatannya begitu dikenal, demikian pula dengan
gayahidupnya yang rock n’roll. Ia adalah Stu Ungar yang kini sudah almarhum. Namm legenda pemain poker terbaik di dunia ini terus hidup.
Poker bukanlah jenis “olahraga” yang
sehat. Tidak ada udara segar dan latihan fisik, yang ada malah minuman
keras, tembakau dan obat-obat terlarang. Pemainnya melek sampai tiga
hari berturut-turut, tidak makan kecuali istri, pacar atau cewek-cewek
fans mereka membawakan sandwich. Sebagaimana dalam permainan lainnya,
poker juga melahirkan berbagai personaliti yang unik dan menonjol.
Kalau anda bertanya ke para pemain poker profesional, siapakah pemain
poker terhebat sepanjang masa, mereka akan menjawab : Stu Ungar.
The Kid – julukan diawal karirnya – pertama kali muncul di sebuah klub kecil di
kotamanhattan,
new york
. Pemilik klub, seorang mantan napi bernama Victor Romano, berkeliling ke meja-meja permainan untuk mengusir anak-anak di bawah umur. Ketika melihat Stu, ia malah sangat terkesan dengan keahliannya dan mengamatinya lebih lanjut. Meski sudah memiliki sejumlah klub yang sukses, Romano tetaplah berjiwa petaruh dan remaja kurus yang tampak di hadapannya sangatlah menjanjikan bagi proyek barunya.
Lahirnya Sang Legenda
Ketertarikan Romano pada Ungar bukanlah sekadar
masalah uang. Ia mengenal ayah Ungar, Ido, yang beberapa waktu
sebelumnya meninggal akibat serangan jantung ketika sedang
berasyik-masyuk dengan selingkuhannya dikamar hotel. Kematiannya yang
memalukan ini menyebabkan kedua anaknya dia asuh oleh istrinya, seorang
pecandu obat-obatan yang tidak bertanggung jawab. Maka anak muda
keturunan Yahudi bertubuh mungil itu kemudian mencari sosok pengayom
yang meskipun berbahaya, bisa mengangkatnya dari kelas pemain kartu
jalanan menjadi poker sukses. “dibeberapa tempat dimana saya main kartu,
kalau bukan karena Victor saya ngak akan mungkin keluar hidup-hidup,”
kata Ungar dalam memoarnya yang belum seleasi.
Meski begitu, Victor tak mampu memperbaiki kelakuan Ungar
yang brengsek di meja permainan. Sikap kurang sportifnya kalau kalah
dan kearoganannya hika menang menyebabkan lawan-lawannya sering
kehilangan kesabaran. Suatu malam, salah seorang lawannya naik pitam
dan melemparkan kursingya ke Ungar, menyebabkan ia cedera pada bahunya.
Romano menarik pria itu dan menyuruhnya untuk bersalaman. “Menyalami
si Bangsat ini?” kata si pria sambil mengulurkan tangan dengan
terpaksa. Dua hari kemudian, ia ditemukan sudah jadi mayat di sebuah
gang dengan luka tembak.
Salah
seorang lawan lainnya lebih beruntung. Suatu ketika, Romano memergoki
lawan main Ungar mengintip kartu terbawah dari tumpukan saat membagikan
kartunya dan mengangkat dua kartu, bukannya satu ketika mencangkul
kartu. Romano membisikkan Ungar bahwa ia sedang di curangi. Ungar
berkata, “ya, saya tahu”. Tapi saya akan tetap mengalahkannya. “ia pun
menang dan mengantongi US$16 ribu.
Sembrono
Walaupun Ungar dikenal sebagai pencandu kokain
parah, di masa-masa awal karirnya ia terbilang bersih. Hal ini
tampaknya bukan disebabkan sikap Ungar yang disiplin, namum lebih
karena faktor Romano yang pernah mengumumkan bahwa ia akan membunuh
siapa saja yang membahayakan anak didiknya itu. Jelas saja para bandar
narkoba menjauhinya.
Namum
Romano tak dapat mencegah Ungar terlibat dalam taruhan-taruhan bodoh
yang menghancurkan masa depannya. Beberapa bulan sebelum ulang tahunnya
yang ke-17, ungar menang US$ 20 ribu disebuah tempat lotere lokal. Ia
kemudian pergi ke klub blackjack dan pemilik klub ini mendengar
kemenangan besar Ungar sebelumnya. Ia pun mempersilahkan Ungar main
dengan taruhan kredit. Ketika orang dari tempat lotere datang
mengantarkan uang kemenangannya, Ungar sudah mengalami kekalahan besar.
Kesembronoan Ungar dalam hal finansial menyebabkan namanya sangat dikenal para rentenir di
Manhattan. Romano kerap melindungi Ungar dari para Debt collector keji. “Stu bukan orang jahat,” tegas Romano, “dia hanya sedikit kacau”
Sewaktu berusia 18 tahun, ia kalah
US$ 14 ribu yang merupakan uang warisan ayahnya hanya dalam waktu dua
hari di suatu pacuan kuda. “ya, saya menghabiskan uang ayah saya. Lalu
kenapa? Komentarnya ketika di tegur oleh Romano.
Namum demikian, Ungar masih merupakan tambang emas bagi
Romano. Itu sebabnya ia membayar suap agar Ungar tidak dipanggil wajib
militer dan mereka bisa terus berjuang di
medanpertempuran yang lebih hijau. Ketika reputasi Ungar sudah tersebar kemana-mana, semakin sulit bagi mereka mencari lawan main. Maka Romano membawa Ungar ke
Florida
untuk bermain dengan para pensiunan kaya raya. Ungar tidak menyukai kegiatan ini, maka tak lama kemudian mereka pergi ketempat utama para penjudi sejati,
Las Vegas
.
Ungar langsung sukses besar di
sana. Penampilannya yang polos dan kekanak-kanakan, ditambah sikat arogan dan keahliannya, membuat ia selalu menarik perhatian pengunjung. Namum tak lama kemudian, Ungar pun mengincar sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar berjudi kecil-kecilan.
Raja Baru
Malam Kejuaraan Dunia Poker yang berlangsung di
Binion’s Horsehoe merupakan suatu event terkemuka bagi para pencinta
poker. Biaya pendaftaran sebesar US$ 10 ribu tidak menghentikan
antusiasme peserta. Yang menjadi daya tarik turnamen poker ini adalah
dimainkannya varian Texas Hold ‘Em. Mempelajarinya hanya memerlukan
waktu satu menit namum untuk menguasainya membutuhkan waktu seumur
hidup. Disini, para pemula memiliki kesempatan yang tidak bisa di temui
para pemula dalam bidang permainan lainnya. misalnya, seorang pecatur
amatir tidak mungkin bisa mengalahkan Garry Kasparov, namum beda dengan
poker. Kalau kartunya bagus, seorang pemain poker yang masih hijau
bisa saja bertaruh dengan pemain profesional paling hebat di dunia dan
membawa pulang uang kemenangannya.
Ketika Ungar memasuki ruangan poker pada tanggal 19 mei 1980,
kebanyakan para pemain memandangnya karena sekadar ingin tahu
berdasarkan reputasinya. Di usianya yang 26 tahun, ia menjadi pemain
termuda dalam turnamen tersebut, namum begitu ia mengambil tempat
bersama dengan 72 pemain lainnya memperebutkan uang US$ 365 ribu yang
merupakan hadiah utamanya, ia segera mempertunjukkan permainannya yang
agresif. Dengan cepat Stu menggandakan taruhan, meningkatkan nilai
chip-nya dari US$10 ribu menjadi US$ 20 ribu. Yang juga menjadi kisah
melegenda di kalangan pemain no-limit adalah betapa ganasnya Ungar
bermain. Sebagaimana digambarkan oleh salah seorang pemain bernama
Amarillo Slim, “bagi Stu, uang seperti tidak ada nilai sebagaimana yang
tertera di kertasnya. Itu yang menjadikan dia pemain hebat. Ia tidak
takut kehilangan semua chipnya, ia tidak ragu mempertaruhkan semua
meskipun tidak memegang kartu yang bagus.”
Walaupun poker mengandalkan unsur-unsur keberuntungan dalam
jangka pendek, keahlian sangat berperan dalam jangka panjang. Maka,
para jagoan poker merasa takjub ketika pemuda kurus dari
New Yorkitu masuk ke putaran final. Salah seorang pemain senior asal
Texas
, Doyle Brunson memperhatikan permainan Ungar yang meningkat selama turnamen berlangsung.”ia menggunakan World Series dan kami semua di sini sebagai latihannya,” ujarnya. Satu persatu lawan Ungar menjadi korban permainannya yang agresif dan pernuh gertakan. Akhirnya tinggallah duel satu lawan satu antara Ungar dan Brunson. Di masa rehat, Ungar menawarkan taruhan kepada Brunson sebesar US$ 50ribu bahwa ia akan menang. Brunson menerima tantangan dan mengklaim ia yang akan memenangi duel ini. Brunson memang favorit juara dengan perbandingan 6/5. tak sampai satu jam kemudian, Brunson mempertaruhkan semua uang US$274 ribu yang akhirnya melayang ke tangan Ungar sebagai pemenangnya.
Para
reporter segera mengerumuni sang juara dan salah seorang bertanya kepadanya apa yang akan dilakukannya dengan semua uang itu. Ungar berpikir sejenak dan berkata, “saya akan mempertaruhkannya.”
Romano kemudian berkata kepadanya,
“kalau kamu serius, kamu bisa jadi jutawan.”mereka kemudian pergi
merayakan kemenangan, makan-makan dan minum-minum sepanjang malam.
Madeline, tunangan Ungar sejak lama merasa takjub melihat
bagaimana ia akhirnya bisa duduk diam sambil mengunyah makanannya
sepanjang malam. Enam jam kemudian, Romano terkena serangan jantung dan
meninggal dunia.
Ungar sangat
terpukul dengan kematian Romano, lebih dari ketik orangtuanya sendiri
meninggal. Tapi tak lama waktu ia berduka, ia segera berjudi kembali.
Semakin besar ia menang poker, semakin gila ia bertaruh untuk
pertandingan olahraga. Ia sering dengan entengnya mempertaruhkan puluhan
ribu dolar untuk pertandingan tinju.
Jim Albrecht, penyelenggara World Series sampai tahun 2003
berkomentar tentang Ungar. “saya tidak pernah melihat bakat yang begitu
besar dan kehidupan yang begitu terganggu. Didalam diri Ungar terdapat
keduanya,” katanya.
Sebagai
buktinya, lihat saja kejadian di kejuaraan Seri Dunia di tahun 1981
dimana Ungar juara lagi tapi langsung bangkrut dua hari kemudian.
Bintang jatuh
Satu juga dikenal sebagai seseorang yang kurang
santun. Ia menyebut semua bandar kartu “motherfuckers”. Itu belum
seberapa. Stu pernah dua kali menunda upacara pernikahan dengan
tunangannya yang hamil untuk bermain poker. Setelah mereka akhirnya
menikah, Stu seringkali memberi istrinya uang dan menyuruhnya untuk
membeli sendiri hadiah ulangtahunnya. Baginya, sopan santun adalah
sekadar tugas belaka dan ia juga berpendapat sama soal aktivitas
manusia sehari-hari, seperti makan atau mandi. Ia tidak tahu cara
menyalahkan kompor. Ia tidak pernah keramas sendiri melainkan selalu
keramas di barber kasino beberapa kali dalam seminggu.
Kalau ia merasa tiga langkah lebih maju dari oarng lain di
meja poker, maka dalam kehidupan sehari-hari ia selalu merasa harus
paling dua langkah di depan. Kekasaran dan ketidaksabaran seringkali ia
tunjukkan dalam aktivitasnya sehari-hari. Ia suka menelepon restoran
untuk meminta mereka menyiapkan makanan pesanannya terlebih dahulu
sehingga bila ia sampai disana, makanannya sudah siap. Bahkan di tempat
tidur pun Stu masih tetap tidak sabaran.
“bagi saya, kalau bergairah tinggal merobek baju ceweknya
dan langsung tuntaskan,”katanya suatu kali. Setiap kali ia kencan
dengan pelacur, ia selalu meminta salah seorang temannya untuk
meneleponnya 20 menit kemudian agar ia punya alasan untuk pergi.
Maka tidaklah mengherankan kalau sepanjang hidupnya ia telah
enam kali membiayai para wanitanya untuk aborsi. Bagi Ungar, membayar
itu merupakan suatu kegiatan basa basi seperti kalau kita membayar tip
pelayan atau menyuap polisi lalu lintas. Dan ia memiliki keahlian
tersendiri untuk mengetahu apakah si cewek berbohong atau tidak soal
bayinya. Kepada teman-temannya, Stu menyombong bahwa kemampuan itu
didapat dari pengalamannya main poker. Meski begitu, ia selalu memberi
uang kepada para wanitanya itu.
Kebiasaan menghirup serbuk kokain dalam jumlah besar secara perlahan
tapi pasti merusak tulang rawan peyekat kedua lubang hidungnya. Salah
satu lubang hidungnya hancur dan berbentuk seperti buah busuk. Stu pun
terpaksa berhenti menghirup kokain, namum ia beralih merokok crack.
Kasino Four Queens yang legendaris hanya berjarak 10 menit jalan kaki
menuju sebuah hotel murahan di Sixth Street yang buka 24jam,
menyediakan segala keperluan para pencandu narkoba. Tahun 1990-an
merupakan masa-masa kegelapan sang juara Poker.
Akhir Pahit
Ketika kejuaraan Dunia Poker kembali bergulir di
tahun 1997, Ungar sudah dianggap sisa-sisa masa lalu, bangkrut dan
seorang junkie. Kebiasaan buruknya itu menghabiskan US$1200 setiap
minggu dan ia mempunyai tagihan yang besar sekali. Ia sering berbohong
kepada para penjaminnya, mengatakan bahwa ia perlu uang untuk main
kartu padahal untuk narkoba. Tak jarang mereka memaksa Ungar untuk
menjalani test urine sebelum mereka memberinya uang untuk ikut turnamen.
Bahkan beberapa kali mereka ikut duduk di belakang Ungar selama
turnamen berlangsung dan mengikuti kalau ia ke toilet, khawatir ia akan
menyedot kokain disana. Tapi, kali ini, di hari pertama turnamen, tidak
ada bantuan dana tersedia bagi Ungar. Juara dunia dua kali ini
terpaksa hanya menjadi penonton. Salah seorang penjaminnya menolak
memberinya uang adalah Billy Baxter, yang merugi ketika meminjamkannya
uang untuk mengikuti turnamen pada tahun 1990, namum dua hari terakhir
pertandingan, Stu tidak muncul karena sedang overdosis.
Namum beberapa jam sebelum turnamen di mulai, Baxter berubah
pikiran dan setuju meminjamkan uang pendaftaran 10 ribu dolar dengan
jaminan ia mendapat setengah hasil kemenangan Ungar. Penampilan Stu
pada saat itu sudah tampak kacau-seperti orang teler dan giginya
ompong. Namum ternyata ia masih bermain kesetanan. Di akhir turnamen,
Ungar juara dan menggondol 1,8 juta dolar. Jumlah ini merupakan yang
terbesar dalam sejarah bagi seseorang yang comeback di World Series.
Ungar juga mencatatkan diri sebagai satu-satunya pemain yang berhasil
menjuarai turnamen tiga kali.
Namum seperti biasa, dua hari kemudian Stu kembali bangkrut. Ia
menantang jutawan Yunani, Archie Karras bermain poker dengan batas
tertinggi yang pernah dimainkan. Jim Albrecht yang menemani Stu
mengatakan, “meskipun kamu pikir memiliki keuntungan, main dengna limit
US$ 5 ribu dan US$ 10 ribu itu bagaikan main
RussiaRoulette. Resikonya terlalu besar. Kalau saya memegang pistol berisi 2 peluru dan saya memberikan kamu pistol dengan satu peluru, kemungkinan kamu hidup memang lebih besar dibandingkan saya. Tapi apakah kamu tetap mau main? Itu tetap saja bunuh diri.”
Dalam waktu enam jam, Ungar kalah
US$900ribu oleh Karras dan pada titik ini penjaminnya menyetop dana.
Kalah sampai hampir 1 juta dolar tak hanya menghancurkan ego dan
keuangannya. Ia juga kehilangan para penjaminnya.
Satu tahun kemudian, Ungar ditemukan tewas oleh pegawai
hotel dikamarnya dengan muka terlungkup ditempat tidur. Di dalam
darahnya ditemukan berbagai kadar obat-obatan, tapi yang mencabut
nyawanya adalah serangan jantung sebagai akibat kebiasaan buruknya
selama bertahun-tahun yang mencapai puncaknya. Teman-temannya berharap
ini merupakan suatu happy ending bagi Ungar. Pada hari pemakamannya,
para pemain poker terbaik dunia hadir mengenakan pakaian serba hitam
dan sumbangan mereka dipakai guna membayar biaya pemakaman.
Sepanjang 30 tahun karir pokernya, uang senilai US$30juta
telah mampir ketangan Stu Ungar. Di masa kini, pemain poker profesional
mempunyai tim PR dan manajemen tersendiri. Mereka menggangap profesi
ini sama seperti para olahragawan lainnya yang disiplin dan bertanggung
jawab. Noah Boaken, pemain poker berusia 24 tahun dari Belanda yang
memenangi turnamen European Poker Tour tahun 2005 mengatakan kepada
FHM, “saya tidak suka berjudi.
Parapenjudi adalah orang-orang kaya yang sembrono, orang-orang yang bangkrut dan putus asa, atau sekadar pencandu aksi. Stuey adalah penjudi. Sekarang, kami adalah pemain poker.”
Kecipratan Rezeki
~ para staff kasino Hard Rock di
Las Vegasberpesta gila-gilaan suatu kali setelah pada tahun 2002 Ben Affleck menang US$ 140 ribu dan memberikan semuanya ke mereka.
~ ketika jutawan media asal Australia Kerry
Packer dilayani oleh waitress seksi di Caesar’s Place, ia mengajak
ngobrol si waitress dan ia diberitahu bahwa waitress itu baru saja
membeli rumah pertamanya. Beberapa menit kemudian Packer bertanya berapa
jumlah cicilan rumahnya kemudian memberikan chip kemenangannya dan
menyuruh si waitress untuk melunasi rumah nya esok hari.
~
tahun 1997, gembong narkoba Jimmy Chagra memberi tip kepada bandar
yang melayaninya di Caesar’s Palace sebesar US$ 600 ribu. Tidak
mengherankan bila pekerjaan sebagai bandar begitu sulit diperoleh di
sejumlah kasino ternama di Vegas. Biasanya pekerjaan tersebut
diteruskan turun temurun ke keluarganya atau teman-teman pegawai kasino
itu sendiri.
Stuey Vs Mafia
Salah satu peristiwa gila yang dialami oleh si pemain poker tersinting yang pernah ada…
Musim panas 1978, Stu Ungar merasa ketakutan. Ia
memang sering bermasalah dalam hal pembayaran utang, namum kali ini ia
benar-benar khawatir dengan pinjaman sebesar US$ 65 ribu kepada
seorang mafia sangar bernama Tieri. Pada bulan Juli, Stu merasa yakin
bahwa ia akan berakhir sebagai mayat di suatu gang kalau ia tetap
berada di
New York, maka ia kabur ke LA. Ia sempet hidup baik-baik disana, namum lama-kelamaan ia tak tahan untuk mencoba peruntungan di
Las Vegas
.
Tak lama kemudian, ia menang 50 ribu dolar di
Vegas dan kabar kemenangan ini didengar Tieri. Namum Ungar langsung
menghilang lagi sebelum utusan mafia mendatanginya.
Tapi
Tieri kini semakin mudah mengawasi Ungar. Ia yakin Stu tidak akan bisa
menjauh dari Vegas terlalu lama. Benar juga, tak lama kemudian Stu
kembali muncul di Vegas untuk mengikuti suatu turnamen di kasino
Riviera. Ketika Ungar sedang menuju toilet, dua pria kekar mengikutinya-salah satunya dikenal sebagai Tony “The Ant” Spilotro, salah satu pembunuh bayaran terkenal di Vegas. “The Ant” pernah menjepit kepala seorang pengutang kesebuah mesin press sampai kedua mata korban keluar dari tempatnya.
Spilotro mengancamnya dan menagih utang US$ 65
ribu tersebut. Stu mengiba-iba dan mengatakan bahwa semua uangnya sudah
dipertaruhkan di meja poker. “kalau begitu kamu harus menang,” ancam
Spilotro. Sambil gemetaran, Stu kembali ke meja dan bermain sambil
diawasi Spilotro. Stu main tidak dengan
gayaberani sebagaimana ciri khasnya, tapi tetap berhasil menang. Ketika Stu mengambil uangnya, dua penjahat tersebut mendekati Stu dan menagihnya. “kalian nggak menyisakan saya sedikti pun?” keluh Stu sambil menyerahkan uang kepada mereka. Spilotro menghitung uangnya kemudian menatap mata Stu dengan tajam.”kamu beruntung masih bisa hidup,” kata Spilotro.(http://justdente.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar