Tana
Toraja memang terkenal dengan keunikan kebudayaannya. Salah satu budaya
Toraja yang unik adalah upacara pemakaman yang disebut Rambu Solo. Rambu Solo adalah suatu prosesi pemakaman masyarakat Tana Toraja, yang tidak seperti pemakaman pada umumnya.
Melalui upacara Rambu Solo
inilah, bisa Anda saksikan bahwa masyarakat Tana Toraja sangat
menghormati leluhurnya. Prosesi upacara pemakaman ini terdiri dari
beberapa susunan acara. Dimana dalam setiap acara tersebut Anda bisa
menyaksikan nilai-nilai kebudayaan yang sampai sekarang masih
dipertahankan oleh masyarakat Tana Toraja.
Prosesi Upacara Pemakaman
Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam 2 prosesi, yaitu Prosesi Pemakaman (Rante) dan Pertunjukan Kesenian. Prosesi-prosesi tersebut tidak dilangsungkan secara terpisah, namun saling melengkapi dalam keseluruhan upacara pemakaman.
Prosesi Pemakaman atau Rante tersusun
dari acara-acara yang berurutan. Prosesi Pemakaman (Rante) ini diadakan
di lapangan yang terletak di tengah kompleks Rumah Adat Tongkonan.
Acara-acara tersebut antara lain :
- Ma’Tudan Mebalun, yaitu proses pembungkusan jasad
- Ma’Roto, yaitu proses menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak.
- Ma’Popengkalo Alang, yaitu proses perarakan jasad yang telah dibungkus ke sebuah lumbung untuk disemayamkan.
- Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad dari area Rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.
Prosesi yang kedua adalah Pertunjukan
Kesenian. Prosesi ini dilaksanakan tidak hanya untuk memeriahkan tetapi
juga sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi orang yang sudah
meninggal. Dalam Prosesi Pertunjukan kesenian Anda bisa menyaksikan:
- Perarakan kerbau yang akan menjadi kurban
- Pertunjukan beberapa musik daerah, yaitu Pa’Pompan, Pa’Dali-dali, dan Unnosong.
- Pertunjukan beberapa tarian adat, antara lain Pa’Badong, Pa’Dondi, Pa’Randing, Pa’katia, Pa’Papanggan, Passailo dan Pa’Silaga Tedong.
- Pertunjukan Adu Kerbau, sebelum kerbau-kerbau tersebut dikurbankan.
- Penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban.
Penyempurnaan Kematian
Dalam
adat istiadat Tana Toraja, masyarakat mempercayai bahwa setelah
kematian maih ada sebuah ‘dunia’. ‘Dunia’ tersebut adalah sebuah tempat
keabadian dimana arwah para leluhur berkumpul. Serta merupakan tempat
peristirahatan. Masyarakat Toraja menyebutnya Puya, yang berada
di sebelah Selatan Tana Toraja. Di Puya inilah, arwah yang meninggal
akan bertranformasi, menjadi arwah gentayangan (Bombo), arwah setingkat
dewa (To Mebali Puang), atau arwah pelindung (Deata). Masyarakat Toraja
mempercayai bahwa wujud transformasi tersebut tergantung dari
kesempurnaan prosesi Upacara Rambu Solo. Oleh karena itu, Rambu Solo juga merupakan upacara penyempurnaan kematian.
Selain itu, Rambo Solo menjadi kewajiban
bagi keluarga yang ditinggalkan. Karena hanya dengan cara Rambu Solo,
arwah orang yang meninggal bisa mencapai kesempurnaan di Puya. Maka
keluarga yang ditinggalkan akan berusaha semaksimal mungkin
menyelenggarakan Upacara Rambu Solo. Akan tetapi, biaya yang diperlukan
bagi sebuah keluarga untuk menyelenggarakan Rambu Solo tidaklah sedikit.
Oleh karena itu, upacara pemakaman khas Toraja ini seringkali
dilaksanakan beberapa bulan bahkan sampai bertahun-tahun setelah
meninggalnya seseorang.
Bukan meninggal, tetapi sakit
Masyarakat Tana Toraja mempercayai bahwa
Rambu Solo akan menyempurnakan kematian seseorang. Oleh karena itu,
mereka juga beranggapan bahwa seseorang yang meninggal dan belum
dilaksanakan Upacara Rambu Solo, maka orang tersebut dianggap belum
meninggal. Orang ini akan dianggap bahkan diperlakukan seperti orang
yang sedang sakit atau dalam kondisi lemah.
Orang yang dianggap belum meninggal ini,
juga akan diperlakukan seperti orang yang masih hidup oleh anggota
keluarganya. Misalnya dibaringkan di ranjang ketika hendak tidur,
disajikan makanan dan minuman, dan diajak bercerita dan bercanda seperti
biasanya, seperti saat orang tersebut masih hidup. Hal ini dilakukan
oleh semua anggota keluarga, bahkan tetangga sekitar terhadap orang yang
sudah meninggal ini.
Maka
untuk menggenapi kematian orang tersebut, pihak keluarga harus
menyelenggarakan Rambu Solo. Oleh karena biaya yang tidak sedikit, maka
pihak keluarga membutuhkan waktu untuk mengumpulkan dana untuk upacara
pemakaman. Biaya untuk menyelenggarakan Upacara Rambu Solo berkisar
antara puluhan juta sampai ratusan juta rupiah. Itulah sebabnya mengapa
di Tana Toraja orang yang meninggal, baru akan dimakamkan berbulan-bulan
setelah kepergiannya. (http://www.gocelebes.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar